PART 29 : Jeweran Maut Mbak Boba

66 20 64
                                    


Ayudia dan Darrel memasuki time zone. Ayudia lagi-lagi memegang tangan Darrel. Darrel kembali melepaskan tangan Ayudia dari tangannya. “Sudah aku bilang, jangan pegang. Kita ini teman, bukan pasangan,” tegur Darrel.

“Maaf, Rel. Lagi-lagi aku kelepasan. Aku terlalu rindu sama masa-masa kita dahulu pacaran, aku sering pegang tangan kamu,” ujar Ayudia.

“Kita main, yuk,” ujar Darrel, mengajak Ayudia. Lelaki itu sepertinya tidak ingin menanggapi perkataan Ayudia.

Darrel terlebih dahulu membeli koin untuknya dan untuk Ayudia. Ia memberikan beberapa koin kepada Ayudia. “Itu koin untuk kamu main.” Ayudia mengangguk.

Darrel menaiki permainan dance. Dahulu, saat masih kuliah, Darrel sering bermain time zone dance bersama Candra. Dahulu, Darrel ingin mengajak Ayudia main, perempuan itu selalu menolak saat mereka masih pacaran dahulu.

Ayudia menyusul langkah Darrel. Darrel mulai memasukkan koin pada mesin musik dance. Darrel mulai menari, mengikuti lagu dan gerakan. Ayudia juga mengikuti. Darrel menikmati ini setelah lama tidak berkunjung ke time zone. Darrel menatap Ayudia, perempuan itu terlihat sangat bersemangat menari.

“Kamu suka?” tanya Darrel.

Ayudia mengangguk. “Suka banget, asal sama kamu, Darrel,” ungkap Ayudia, lalu tersenyum. Darrel hanya membalas senyuman, lalu kembali fokus kepada gerakannya.

Usai menari, Darrel mengajak Ayudia untuk bermain permainan motor. Ayudia mengikuti langkah Darrel. Mereka sudah duduk di hadapan layar permainan. Ayudia dan Darrel memasukkan koin bersamaan. Mereka mulai memainkan permainan balapan motor.

“Ayo, semangat!” seru Darrel sangat antusias. Lelaki itu begitu cepat memainkan permainan balapan motor. Ayudia terlihat lesu memainkannya.

Darrel mengerutkan keningnya, menatap Ayudia. “Jangan lesu kalau main. Nanti kalah, loh. Ayo, semangat!” tutur Darrel. Ayudia bersemangat, memulai memainkan balapan motor karena perkataan dari Darrel.

***

Usai kerja kelompok di rumah teman, Gibran merasakan kepalanya begitu pening karena mengerjakan banyak tugas kampus dari dosennya. Ia berniat akan healing dengan bermain time zone di mall.

Gibran memasuki area time zone, kemudian membeli koin untuk bermain. Gibran memilih menari terlebih dahulu. Hal yang paling disukanya yaitu menari. Dahulu, saat pertama kali kenal Darrel, Gibran diajak bermain time zone menari.

“Kak Darrel kayaknya sibuk akhir-akhir ini. Nggak pernah ke kafe lagi. Ya sudahlah. Gue kangen banget main sama Kak Darrel lagi,” gumam Gibran. Gibran mulai menggerakkan tangan dan kakinya begitu enjoy apalagi musik yang begitu mendukung, mengiringi gerakannya.

“Kak Heera nggak pernah mau diajak main begini, jadi selalu main sendiri. Nasib-nasib.”

Selesai menari, Gibran akan mencoba permainan time zone lainnya. Gibran hendak mencoba permainan bola basket. Tiba-tiba saja, kedua bola matanya menangkap dua insan manusia yang salah satunya Gibran tidak asing. Gibran melihat seperti postur Darrel dari samping bersama seorang wanita.

“Kamu tidak keseleo main time zone dengan high heels?” tanya Darrel.

Ayudia menggeleng. “Enggak, kok. Nggak apa-apa,” jawab Ayudia.

“Oke, aku ingin mendapatkan boneka. Kita ke mesin boneka, ya?” ajak Darrel.

Darrel dan Ayudia menghampiri mesin capit boneka. Gibran memotret mereka dari belakang. Pemuda itu belum bermain, ia sibuk memperhatikan Darrel dengan perempuan lain..

Mbak Boba & Mas Seblak [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang