PART 13 : Postingan Instagram Aciel Gibran

81 26 88
                                    

 

Sejak pagi, Heera sudah sibuk menyiapkan beberapa menu baru. Jam enam pagi, Heera sudah tiba di kafe dengan Gibran. Gibran masih bisa membantu kakaknya karena kuliahnya masuk jam sepuluh pagi. Ia hanya membantu kakaknya menyiapkan bahan-bahan untuk membuat menu tambahan saja.

Heera mengganti setiap buku menu yang ada di meja. Sebelum berangkat, Heera meminta Gibran memotret menu-menu barunya dan membuatkan buku menu yang baru. Gibran juga diminta mengiklankan menu baru kafe Diatmika di media sosialnya. Heera juga mengiklankan di media sosialnya.

“Kak, menu sebanyak ini nggak akan capek? Kakak sendirian, loh. Gibran ada kelas sampai jam lima sore nanti. Gibran cuma bisa bantu sampai jam sembilan pagi aja, Kak,” ujar Gibran yang menatap kakaknya tengah sibuk meletakkan bahan-bahan masakan.

Heera mengangguk. “Tidak apa, Gibran. Kakak bisa mengerjakan semuanya. Kalau menu baru ini bikin ramai, nanti Kakak akan cari karyawan, Gib,” sahut Heera.

Gibran mengerutkan keningnya. “Kakak ambisi banget mau ngalahin Kak Darrel? Kenapa?” tanya Gibran begitu penasaran.

“Dia sekarang sukses, Gib. Kita nggak boleh kalah saing sama dia, lah. Pokoknya kita harus bisa kalahkan dia,” sahut Heera.

Gibran mengembuskan napasnya. “Sebenarnya produk kita sama Kak Darrel beda, loh, Kak. Kakak boba, dia seblak. Kenapa Kakak jadiin saingan? Kita malah bisa berkolaborasi atau bekerja sama. Boba sama seblak disatuin sangat cocok,” argumen Gibran, membuat Heera mendengkus kesal.

Heera menyentil dahi Gibran. “Jangan ngada-ngada kamu, Gibran! Kakak nggak mau, ya, bersatu sama Darrel! Enak aja!” gerutu Heera yang tidak terima dengan pendapat Gibran yang menyatukan antara boba dengan seblak.

Gibran mengerutkan keningnya. “Lah, yang bilang mau nyatuin Kakak sama Kak Darrel itu siapa? Boba sama seblak, Kak. Makanan, loh. Bukan orangnya. Aku ada jodohin Kakak sama Kak Darrel?” tanya Gibran dengan mendelik, membuat pipi Heera bersemu merah. Ia telah salah tangkap. Ia pikir menyatukan dirinya dengan Darrel.

Gibran tertawa. “Kan, salah tangkap. Jangan-jangan Kakak mulai ada rasa, ya, sama Kak Darrel?” tanyanya, lalu menudingkan jari telunjuk di depan Heera.

Heera membulatkan matanya, lalu segera menggeleng. “Eh, mana ada! Jangan ngaco kamu! Kakak ogah banget suka sama cowok modelan gitu!” sangkal Heera dengan tegas.

Gibran tersenyum miring. “Aku tahu, apa alasan Kakak benci sama Darrel. Karena tatapan Kak Darrel sama kayak tatapan Kak Oliver. Memang, mereka hampir sama, Kak. Kakak takut jatuh cinta sama Kak Darrel karena tatapan mereka sama. Kak, jangan terlalu membenci. Apa yang Kakak lakukan itu hanya sia-sia. Kakak bisa saja nanti jatuh cinta sama Kak Darrel. Kak, banyak, loh, temen Gibran dari awalnya benci jadi cinta. Kakak hati-hati soal itu,” peringat Gibran, membuat Heera mendengkus kesal.

“Jangan sok tahu kamu, Gib! Udah, Kakak mau menyiapkan menu baru. Kamu jaga di depan aja,” pinta Heera.

Gibran tersenyum lebar, lalu menduduki kursi di depan meja kasir. “Kalau mereka berjodoh beneran, gimana jadinya, ya? Ngebayanginnya lucu banget,” gumam Gibran.

Di sisi lain.

Darrel baru saja keluar dari kamar mandi. Ia tengah mengeringkan rambut hitamnya dengan handuk berwarna putih. Darrel meletakkan handuknya di atas ranjang. Andaikan saja memiliki istri, pasti dirinya sudah diomeli karena para istri tidak suka suami mereka meletakkan handuk basah di atas kasur.

“Jadi pengen nikah, tapi aku trauma. Ayudia sudah sangat menyakiti hatiku,” gumam Darrel.

Lelaki tampan itu mengambil sisir berwarna cokelat di atas nakas, lalu mulai menyisiri rambutnya yang lebat. Darrel mengisi rambutnya sembari bernyanyi dengan merdu.

Usai menyisiri rambut, Darrel meraih ponselnya di atas nakas. Darrel mulai scroll aku Instagram miliknya. Tiba-tiba, dirinya menemukan postingan akun Instagram milik Aciel Gibran dengan username @aciel.gibrantampan31. Darrel terbelalak, melihat postingan di akun tersebut mempublikasikan beberapa foto makanan.

“Kebab sapi kamu harus selalu tersenyum untukku, kebab ayam aku selalu mencintaimu apa adanya, rujak cireng cinta sejati tidak harus memiliki, tteoboki berbunga-bunga hatiku denganmu, risoles isi ayam aku tidak akan pernah berpaling darimu, risoles isi bakso sosis beragam manis kenangan cinta kita, risoles seafood nikmatnya menjadi kekasihmu, martabak mi kesetiaan harus kuat kita miliki,” ujar Darrel, menyebutkan menu dari foto-foto yang Gibran posting di akun Instagramnya.

Darrel geleng-geleng kepala, melihat nama-nama menu itu. “Heera ... Heera ... nama menunya bucin semua, astaga,” gumamnya.

Darrel melebarkan senyumannya, saat membuka semua postingan foto di Instagram Gibran. Yang menjadi pusat perhatian kedua bola matanya yaitu foto seorang perempuan berambut ikat satu yang duduk manis di tepi pantai. “Dia cantik, manis, galak minta ampun, sangat iri, tapi dia bagiku unik sekali. Aku tidak pernah menemui perempuan gila seperti dia. Dia beda dari yang lain.”

“Apa aku mulai buka hati saja, ya? Aku mulai tertarik kepada perempuan galak ini, tapi dia pasti sulit untuk ditaklukkan. Bagaimana caranya mengambil hati Heera? Dia saja masih bucin sama kekasihnya yang sudah meninggal?” tanyanya pada dirinya sendiri.

Darrel meletakkan ponselnya, lalu membayangkan wajah Heera yang menunjukkan kekesalan di depannya. Darrel tertawa. “Bagaimana, ini? Aku apa sudah gila menyukainya? Bisa-bisa kena hantaman keras dari perempuan gila itu. Eh, tapi, kemarin aku kasih boneka boba, dia suka nggak, ya? Nanti aku tanya Gibran lewat chat.”

Darrel segera bersiap, akan menuju restorannya.

Beberapa menit kemudian, Darrel sudah tiba di sekitar restoran. Lelaki itu melewati kafe Diatmika. Ternyata, di depannya memasang menu baru dengan banner yang besar. Darrel juga bisa melihat, sepertinya kafe itu sedang ramai.

“Tumben banget, ramai,” gumam Darrel. Darrel mengerutkan keningnya. “Biasanya juga sepi. Apa karena menu tambahan yang mereka sebar?” tanya Darrel.

Darrel membuka ponselnya, lalu memasuki room chat What’sApp dengan Gibran.

Kak Darrel.

“Gibran, kamu tahu Heera menyukai boneka boba pelangi dariku atau tidak?”

Gibran baru selesai memberikan pesanan kepada pembeli. Ia mengecek ponselnya. Gibran tersenyum, melihat pesan yang baru saja masuk.

Aciel Gibran

“Oh, boneka itu. Aku lihat kemarin Kak Heera bawa pulang. Ditaruh di kamarnya.”

Darrel makin melebarkan senyumannya, menatap ponselnya. “Baguslah. Berarti dia menyukai hadiah dariku. Apa ini bisa menjadi awal pendekatanku dengan Heera?” gumamnya bertanya. Darrel berharap bisa memiliki kesempatan untuk membuka hatinya kembali dengan ketertarikannya kepada Heera Diatmika.

Darrel menjalankan mobilnya, memasuki restorannya. Para karyawannya sedang bersih-bersih ruangan restoran. Darrel berjalan, menuju ruangan kerjanya.

Sesampai di dalam ruangan, Darrel menyalakan AC, lalu menyandarkan tubuhnya di kursi kebesaran. Darrel memutar kursi ke kanan, kemudian ke kiri. “Langkah apa, ya, selanjutnya untuk mendekati Heera? Apa aku harus menambah kemarahan, atau kemanisan padanya?” Darrel begitu bimbang saat ini. Hatinya begitu tertarik kepada sosok Heera. Namun, ia tidak tahu langkah apa yang bisa mendekatkan dirinya dengan Heera selanjutnya.

Mbak Boba & Mas Seblak [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang