PART 24 : Stalking Mantan Yang Dibuangnya

69 19 62
                                    


Sosok lelaki mengenakan jas berwarna hitam tengah duduk di kursi kebesaran. Ia tengah fokus menatap layar laptop, tengah mengerjakan pekerjaan di kantor. Tiba-tiba saja, terdengar suara ketukan pintu, membuat lelaki itu menatap ke arah pintu. “Masuk!” teriaknya. Ia kembali menatap datar layar laptop.

Pintu dari kaca itu terbuka oleh sosok perempuan berambut gelombang berwarna cokelat, mengenakan dress di atas lutut berwarna merah. Ia menghampiri lelaki yang tengah fokus memandangi laptop. “Sayang!” panggilnya.

Dareen menoleh. Ia menatap datar Ayudia, kekasihnya. “Ada apa?” tanyanya dengan dingin.

Ayudia mengerucutkan bibirnya. Dareen bertanya seperti tidak peduli dengan kehadirannya. “Kenapa kalau aku datang ke sini? Nggak boleh?” tanya Ayudia. Ayudia memegang pundak Dareen, lalu mengusapnya dengan lembut.

“Ya, boleh, tapi aku lagi banyak kerjaan, nggak bisa jalan-jalan sama kamu. Kalau mau nanti malam,” sahut Dareen masih setia menatap layar laptop.

“Aku bukan ngajakin kamu jalan. Aku datang membawakan makan siang. Aku bawakan spageti Carbonara kesukaan kamu, Sayang,” jelas Ayudia.

Dareen menoleh, lalu menatap kekasihnya. “Oke, kita makan siang dulu. Kamu suapin aku,” sahut Dareen.

Ayudia tersenyum, ia membuka sterofoam. Tiba-tiba Dareen menggelengkan kepalanya. “Ambil piring di pantry. Aku nggak mau makan di sterofoam. Ada bahan kimianya,” pinta Dareen.

Ayudia menghela napas, lalu pergi ke pantry untuk meminta piring, sendok, dan garpu. Selama Ayudia pacaran dengan Dareen, Dareen selalu menginginkan makan makanan yang bersih. Terkadang membuat Ayudia kesal, lelaki itu selalu ingin yang perfect.

Ayudia membawa piring, sendok, dan garpu ke ruangan kerja Dareen. Ia menuangkan spageti di atas piring ceper berwarna hitam tersebut.

Mereka duduk di kursi sofa berwarna putih yang berada di ruang kerja Dareen. Ayudia mulai menyuapkan spageti Carbonara ke mulut Dareen.

“Malam nanti kita akan jalan?” tanya Ayudia.

“Jangan bicara saat makan, tidak baik,” tegur Dareen, membuat Ayudia menghela napas. Dareen memiliki kebiasaan menghargai aturan. Makan tidak sambil bicara, makan dengan peralatan makan yang bersih, makanan harus dari restoran. Menurut Dareen, makanan di pinggir jalan tidak bersih. Pernah Ayudia meminta Dareen membelikan gula kapas di pinggir jalan, Dareen menolaknya. Lelaki itu malah membelikan di mall.

Setelah selesai makan, Ayudia memberikan Dareen jus mangga. Dari gelas plastik, dipindahkan ke gelas kaca. Sungguh, menurut Ayudia Dareen sangat ribet dalam urusan makanan.

“Benar, ya, nanti malam jalan? Kita udah tiga Minggu nggak jalan bareng, Sayang. Aku kangen banget, Sayang sama kamu,” ujar Ayudia terdengar manja.

Dareen mengangguk. “Iya, nanti malam kita jalan-jalan ke mall. Kamu mau beli apa saja silakan. Aku akan temani. Sekarang, pulanglah. Aku banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Terima kasih makan siangnya,” pinta Dareen.

Ayudia berkacak pinggang. Ia menatap tajam Dareen. “Reen, kamu ngusir aku? Aku baru datang, loh!” protes Ayudia yang tidak terima Dareen mengusirnya dengan halus.

Dareen mengembuskan napasnya. “Kamu nggak lihat aku lagi sibuk banget? Kenapa kamu nggak bisa paham, Ayudia?” tanya Dareen dengan dingin.

“Kamu yang nggak ngerti aku, Reen! Aku jauh-jauh ke sini, kamu malah ngusir aku!”

Dareen mengangkat sebelah alisnya. “Aku nggak nyuruh kamu ke sini. Sudahlah, pulang saja. Atau janjian kita batal,” ancam Dareen.

“Oke, aku pulang.” Ayudia bergegas meninggalkan ruang kerja Dareen, lalu keluar dari perusahaan tekstil milik Dareen Aileen.

Di dalam taksi, Ayudia mendengkus kesal. Bisa-bisanya Dareen begitu dingin padanya. Sudah tiga Minggu Dareen seperti ini padanya. Seolah-olah lelaki itu sudah malas berhubungan dengannya. “Kenapa sih, sama Dareen? Aneh banget, deh,” gerutu Ayudia.

“Kita udah lama pacaran, kok, dia malah abaikan aku. Padahal selama ini dia selalu ada buat aku dan selalu manis. Kenapa akhir-akhir ini sikapnya datar sekali?” gumam Ayudia.

Ayudia teringat, bagaimana dirinya memutuskan Darrel saat Darrel tahu dirinya dan Dareen berkencan. “Hah, kenapa rasanya lebih manis Darrel daripada Dareen?”

Ayudia kembali teringat, setelah kejadian dirinya memutuskan hubungan dengan Darrel, Darrel mengalami kecelakaan dan dirawat di rumah sakit.

Ayudia menatap Darrel yang terbaring lemah dengan peralatan medis menempel di tubuhnya. Di hari Darrel kecelakaan, Ayudia dan Dareen datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan Darrel.

“Lihat, Sayang, dia kena sial,” ujar Dareen, lalu tersenyum.

Ayudia tersenyum. “Iya, dia sial. Makanya aku memutuskannya dan berpacaran denganmu saja, Dareen.” Ayudia mencium pipi Dareen dengan lembut.

“Kita pergi saja, Sayang. Doakan saja, semoga mantan kekasihmu segera mati,” ujar Dareen, membuat kedua alis Ayudia berkerut.

“Kamu tidak kasihan padanya?” tanya Ayudia.

Dareen tertawa, lalu tersenyum miring. “Buat apa kasihan sama orang sial kayak dia? Kamu tahu, kan, dia itu penyakitan? Orang penyakitan cuma nyusahin orang. Dia selama ini sudah menyusahkan orang tuaku. Seharusnya dia mati saja sejak awal,” sahut Dareen tanpa berperasaan.

“Kamu nggak sayang sama kembaran kamu?” tanya Ayudia.

Dareen menggeleng. “Tentu saja tidak. Aku berharap dia segera mati setelah ini. Ayo, kita pergi. Jangan bicarakan dia lagi, aku muak mendengarnya.” Dareen segera menarik tangan Ayudia, keluar dari ruangan ICU.

Ayudia menatap pemandangan kota dari jendela taksi. Ia tiba-tiba teringat bagaimana Darrel memperlakukannya seperti ratu begitu manis. “Bagaimana kabar Darrel sekarang, ya? Apakah dia sudah punya pacar? Atau dia masih merana karena cinta mati padaku?” gumam Ayudia bertanya.

Ayudia telah sampai di apartemen. Ayudia tinggal sendiri di apartemen karena kedua orang tuanya sudah tiada karena kecelakaan pesawat beberapa tahun yang lalu saat dirinya masih sekolah menengah atas.

Ayudia membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Tiba-tiba, Ayudia membuat akun Instagram baru untuk mencari tahu mantan kekasihnya. Semenjak Ayudia tahu Darrel sudah sadar, Darrel memblokir semua akun media sosial dengannya. Ayudia tidak bisa melacak bagaimana keadaan Darrel saat ini.

Setelah selesai membuat akun Instagram baru, Ayudia mencari akun Instagram milik Darrel. Akhirnya Ayudia menemukan dengan nama @darreltampanmemesona73. Ayudia melihat banyak postingan foto-foto restoran seblak. Berbagai foto makanan menu di restoran yang bernama Restoran Aileen.

Tiba-tiba saja, ia menemukan postingan foto-foto Darrel dengan sosok pemuda. Ayudia membaca caption foto tersebut. “Dengan calon adik ipar,” ujar Ayudia, membacakan caption tersebut.

“Siapa cowok mungil ini?” gumam Ayudia. Ayudia membuka akun Instagram yang ditandai oleh Darrel dalam foto tersebut. Postingan pemuda itu banyak dengan seorang wanita.

“Heera Diatmika? Apakah Darrel sudah memiliki kekasih lagi, namanya Heera?” gumam Ayudia yang tengah berpikir.

“Apakah semudah itu dia melupakanku? Aku kan, cantik, modis, idaman para lelaki. Kenapa Darrel secepat itu melupakan diriku?”

“Perempuan ini biasa aja, nggak cantik. Cantikan aku. Masa Darrel mau sama perempuan modelan gitu? Mukanya aja kelihatan galak banget. Mana mungkin dia pacaran sama Darrel? Nggak level banget sumpah!”

Ayudia meletakkan ponsel di atas nakas. “Aku harus cari tahu lagi nanti. Sekarang, waktunya aku tidur siang. Capek, debat sama Dareen.” Ayudia menarik selimut, lalu mulai menutup kedua matanya dengan sempurna.

 




See you next part ☺️

Mbak Boba & Mas Seblak [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang