14. Tyo dan Yoyo

2.6K 644 34
                                    

Yuhuuu!

Cekidot.

BAGIAN EMPAT BELAS: TYO DAN YOYO

"Pagi, Setyo."

Setyo, satpam tampan nan gagah menoleh dan mendapati Diana yang berdiri sambil tersenyum manis. Spontan dia membalas senyum itu. "Hai, pagi juga."

"Tugas hari ini?" tanya Diana berbasa-basi. Iyalah tugas, kalau enggak, ngapain nih cowok di sini hari gini?

Setyo mengangguk, membuat Diana tidak jadi muntah karena malu dengan pertanyaannya sendiri. Ini cowok betulan polos, deh.

"Diana juga tugas?" Setyo balik bertanya, membuat Diana semringah. Aih, kayak gebet menggebet waktu SMA. Nyebut nama, euy!

"Iya. Barusan ada interview di dekat sini," jawab Diana sambil mendekat. "Sudah sarapan?"

"Sudah."

"Kalau makan siang?"

Setyo terlihat bingung. "Uhm ... belum. Masih pagi."

Diana cekikikan nista. "Iya, juga, ya?"

Setyo tersenyum. Dia sempat menyapa seorang tamu dengan ramah sebelum kembali memberikan perhatian kepada Diana. "Mau ke CS?"

Diana menggeleng. "Mau ngajak makan siang, makanya tadi nanya. Yuk."

Setyo langsung terlihat tak enak hati. "Wah ... enggak bisa. Masih tugas, dan ...."

"Kalau makan malam?"

"Uhm...."

"Kalau nonton, gimana?"

"Anu ...."

"Bilang aja, ini belum tanggal gajian, Yo, belum ada uang buat traktir." Mendadak sebuah suara menukas, membuat Diana dan Setyo menoleh berbarengan. Diana melebarkan matanya melihat siapa pemilik suara. Kenapa pria itu di sini?

Tyo, mendekat dengan penampilan dekilnya yang biasa sambil menggigiti sepotong tulang paha ayam. Pria itu terlihat tak acuh, tapi entah kenapa, Diana merasa salah tingkah karena ketahuan sedang merayu seorang satpam tampan.

"Lho, Mas Tyo?" sapanya, terlalu ramah.

Tyo mengangguk, menjawab sapaannya. Dia mendekati Setyo dan memberikan sebuah bungkusan. "Kenal Mbak Diana, Yo?" tanyanya.

Setyo mengangguk. "Iya, Mas. Uhm ...."

Tyo mengangguk-angguk, lalu menoleh pada Diana. "Mbak Diana butuh bantuan Yoyo?"

Lagi-lagi Diana tak mengerti kenapa dia merasa salah tingkah. "Uhm ... enggak sih. Cuma nyapa aja, kebetulan lagi ada interview sekitar sini."

Kembali Tyo mengangguk.

Saat itu sebuah pikiran konyol melintas di benak Diana, dia tertawa dan menunjuk kedua pria di dekatnya. "Wah ... nama kalian mirip, ya? Mas Tyo, dan Setyo. Kalian kembar, ya?" candanya, garing.

Tidak ada ekspresi aneh saat keduanya menggeleng berbarengan.

"Kembar sih, enggak. Cuma, kami sepupuan, Di," jelas Setyo. "Makanya, kami sama-sama pakai nama Prasetyo. Aku Prasetyo Aji, dia Anugerah Prasetyo. Tapi, yang dipanggil Tyo, dia. Lahirnya duluan."

Diana melongo, dan entah kenapa, dia mendadak lupa, kenapa ada di situ pagi ini. Apa ini efek ketemu dua pria tampan sepupuan dan terjebak dalam situasi absurd yang tak terdefinisikan?

*******

"Mas Tyo kebetulan ada di sekitar sini atau memang mau ketemu Setyo ... eh, Yoyo?" tanya Diana, canggung. Rasanya seperti habis ketahuan melakukan kenakalan.

Diana, Sang Pemburu BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang