Yuhuuu!
Met Rabu pagi! Uhuy, suasana hati eike udah cerah banget hari gini. Semoga kalian juga ya.
Bentar lagi udah lebaran, eike mo ngucapin selamat mudik buat yang mudik, hati-hati di jalan, istirahat kalo ngantuk. Ingat yang nunggu kalian, jadi, jangan turutin emosi di jalan, ya.
So, met baca, semoga Diana dan Tyo bisa bantu tambah semangat kalian.
BAGIAN EMPAT PULUH TIGA: KEAMANANMU PRIORITASKU
Rencananya, Tyo akan menggantikan Diana menyetir setelah mereka punya kesempatan mencari tempat singgah yang aman dan memastikan kalau dirinya tidak diikuti. Namun, saat akan memasuki pelataran parkir sebuah mal, Diana mendapati Tyo tertidur lelap begitu dia melihat melalui spion depan. Dia tersenyum sendiri. Sepertinya sang kekasih sedang kelelahan, kasihan juga kalau membangunkannya hanya untuk bergantian menyetir. Toh, dia sudah biasa menyetir dari dulu, sebaiknya langsung saja ke rumah. Nanti dia bisa mengirim hasil wawancara lewat surel kepada Gatot.
Tyo masih lelap saat mobil memasuki garasi rumah Diana, dan bergeming saat gadis itu membuka pintu untuk memeriksa keadaannya. Diana tertegun melihat sebuah bekas rembesan di bahu Tyo yang masih basah saat dipegangnya. Apakah Tyo terluka? Kelihatannya cukup dalam, karena dalam tidurnya pun pria itu mengerutkan kening ketika Diana menyentuh bagian rembes itu.
Hati-hati, Diana menyibak leher kaus dan jaket Tyo untuk melihat bagian yang mengeluarkan rembesan. Mulutnya berdesis menahan ngilu, mendapati perban di balik pakaian Tyo yang sudah kelihatan merah pekat. Tepat saat itu, tatapannya bertemu dengan sorot mata mengantuk Tyo yang terjaga karena usikannya.
“Didi?”
Diana mengerjap lambat. Astaga, wajah mengantuk Tyo sangat menggemaskan. Mirip bayi yang terbangun dari tidurnya, dan tidak menyimpan kewaspadaan sama sekali. Menyadari betapa dekat wajahnya dengan wajah berewokan pria itu, spontan saja membuat jantungnya berdebar lebih cepat.
“Sorry. Aku penasaran, kenapa kamu enggak ngomong apa-apa soal ini,” kata Diana sambil menyentuh lembut bagian luka Tyo. “Kamu lebih suka aku sendiri yang mergokin kalau kamu luka?”
Tyo tersenyum tipis. Matanya mengerjap berat. “Kamu selalu bikin aku kagum dengan pemikiranmu yang kadang aneh begitu,” sahutnya. Dia hendak menegakkan tubuhnya, tapi Diana malah menekan dadanya dan mendekatkan wajah.
“A sweet kiss before we enter the house?” tanyanya sambil mengerjap nakal. Pikirannya teralih dari luka di bahu Tyo.
Tyo mengerjap bingung, dan tidak sempat mengantisipasi saat bibir Diana mendekat dan mengecup bibirnya lembut.
*******
Tyo keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan tubuh sedikit menggigil karena lukanya dan juga dingin. Hari sedang hujan, tapi, dia harus mandi untuk cukup lama karena kejailan Diana. Awas saja, kalau sudah menikah nanti, Diana yang selalu dia buat salah tingkah. Lihat saja!“Kamu mikirin apa, Tyo? Yang jorok-jorok, ya?” goda Diana saat berjalan melewatinya sambil membawa sebuah panci kecil berisi mi instan yang mengepulkan uap tipis. Harum menguar dari dalam panci itu, mengundang cacing-cacing di dalam perut Tyo mengumandangkan koor dengan kompak.
“Iya. Kamu enggak akan mau tahu apa yang ada di pikiranku saat ini,” sahut Tyo sambil menghampiri Diana yang tertawa geli saat menaruh pancinya di tengah meja makan.
“Aku enggak keberatan kok kalo kamu mikir yang erotis tentang aku. Toh, akan sampe juga waktunya kita ngerjain itu.” Sambil mengatakan itu, Diana menusuk dada Tyo dengan telunjuknya.
Tyo menangkap tangan Diana dan menjauhkannya sedikit, membuatnya tertawa geli. “Jangan mancing, Di, bahaya. Ibu enggak mau ikut makan?” tanyanya mengalihkan pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diana, Sang Pemburu Badai
ActionTamat. Ayahnya terbunuh, dia sendiri mengalami kekerasan serta harus kehilangan tunangan. Namun, Diana tak mau menyerah kalah. Dia meneruskan jejak sang ayah menjadi seorang jurnalis, tak peduli risiko pekerjaannya begitu besar. Saat menginvestigasi...