50. Pembunuh

1.5K 404 29
                                    

Hai ... hai!
Hepi wiken! Jangan kaget jangan bingung, kebetulan eike lagi gampang mindahin dari Karyakarsa ke sini, jadi, Diana-Tyo indehaus. Baik, kan, eike? Ehem!

Pengingat biar gak lupa, bulan Mei, tungguin Winnyraca di Spotify, dalam cerita dongeng yang enggak ada di platform mana pun.

Klik aja tombol ijo ... tapi sekarang belum, ya. Bentar lagi.

For now, enjoy!

BAGIAN LIMA PULUH: PEMBUNUH

Taurus Indah. Sebuah perusahaan transportasi kecil, lebih tepatnya, perusahaan angkutan khusus yang berafiliasi dengan perusahaan impor ikan kaleng yang cukup besar. Sedikit aneh, karena Taurus Indah sendiri hanya memiliki tiga armada truk ukuran sedang, dan lima pikap, sangat tidak memenuhi standar untuk kebutuhan perusahaan impor besar. Belum lagi, pimpinan perusahaan itu ternyata hanyalah seseorang yang namanya dipinjam untuk membuat akta. Saat nama perusahaan ini muncul ketika Tyo mencari tahu pemilik nomor kendaraan penguntit Diana, dia langsung menyelidiki lebih lanjut. Besar kemungkinan kalau perusahaan itu hanyalah perusahaan cangkang yang dibuat untuk tujuan tertentu.

Kalau perusahaan cangkang ini terlibat dalam penculikan Marini Seto, maka sudah pasti, siapa pun yang ada di baliknya terlibat dalam kejadian delapan tahun lalu. Namun, untuk membuktikan kaitan Taurus Indah dengan Olympus Group bukanlah hal mudah, jajaran pimpinan sama sekali tidak berkaitan dengan perusahaan milik Utomo itu, ataupun Grup Wijaya Kusuma milik Rachmat Wijaya. Taurus Indah hanya terkait dengan perusahaan impor ikan milik asing itu.

Tyo mengamati gedung yang dipagari seng sekelilingnya. Dia sempat mengintip dari lubang di pagar dan melihat kalau hampir tidak ada kegiatan di lapangan parkir truk perusahaan ataupun di sekitar kantornya yang berupa bangunan kecil berdinding seng yang dipenuhi debu. Tyo mereka-reka, kalau seandainya Marini ada di situ, maka dia harus memastikan dulu apakah ada kamera CCTV yang mungkin memantaunya. Jangan sampai mereka melihat kedatangannya dan membahayakan hidup sang calon mertua. Namun, baru saja dia akan memeriksa, sebuah notifikasi di ponsel mengalihkan perhatian. Dia tertegun saat membacanya, dan secepat kilat kembali menunggangi sepeda motornya dan langsung melesat menuju alamat yang tertera dalam pesan yang diteruskan Diana barusan.

******

Bejo menghentikan mobil di ujung gang sebuah pemukiman yang sepi, sebuah kompleks perumahan yang tidak terlalu laku karena lokasinya kurang strategis, dan tidak banyak penghuninya. Di sisi kiri ke jalan, agak ke atas, sebuah gedung tiga lantai menjulang. Melihat bentuknya, gedung itu mungkin difungsikan menjadi semacam penginapan atau tempat kos, dan menjadi satu-satunya bangunan yang ada di bagian jalan itu.

“Di sini, kan?” Bejo bertanya tak yakin.

Diana mengamati sekeliling. “Iya, itu kata sms-nya,” jawabnya.

Bejo mematikan mesin dan ikut mengamati. “Lo … enggak takut tuh orang bohong? Maksudnya … hari gini masih pakek SMS, gitu, lho. Apa gak janggal?” katanya, sangsi.

Diana mengembuskan napas keras. “Gue tahu. Tapi, enggak ada salahnya kita coba, kan? Nyawa Ibu yang jadi taruhan, Jo,” sahutnya.

Bejo mengangguk-angguk. Dia keluar dari mobil, lalu membuka pintu belakang. Sejenak melihat barang apa saja yang ada di bagasi, lalu mengambil tripod dan mematahkan dua kakinya sekuat tenaga. Diserahkannya salah satu kaki kepada Diana. “Buat jaga-jaga,” katanya.

Diana menerimanya dan menggenggamnya erat. Dia memeriksa sekeliling, lalu menunjuk pada lahan kosong di sebelah bangunan, yang dipenuhi semak dan pohon tekokak liar yang berbuah lebat. “Kita lewat situ, cari jalan ke belakang, Jo. Mudah-mudahan bisa ngumpet dari CCTV.”

“Oke.”

Berdua mereka bergegas menerobos pepohonan liar yang daunnya dan entah apa lagi yang ada di situ, membuat kulit gatal. Dengan sangat hati-hati mereka memutari bangunan itu, berusaha mencari titik buta dari CCTV yang dipasang di sekitar gedung. Di satu bagian pagar, Diana menghentikan langkah Bejo dan menunjuk sebuah pohon besar. ada sebuah kamera CCTV terpasang di tiang dekat pohon besar, tapi menghadap ke bagian dalam pagar. Membuat bagian luar pagar merupakan titik buta karena terhalang pohon yang rimbun.

Diana, Sang Pemburu BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang