32. Kebimbangan Sisa Mas Lalu

2K 486 35
                                    

Met Rabu malam!

Gimana hari kamu? Capek? Tenang, Diana indehaus, siap nemenin kamj istirahat.

Pengen ngingetin juga, episode baru Dear Precious Me udah tayang ya. Kali ini eike bahas soal cinta diam-diam dan apa yang perlu kamu tahu seandainya ditolak gebetan. Cuss ke Spotify.

Now, enjoy.

BAGIAN TIGA PULUH DUA: KEBIMBANGAN SISA MASA LALU

Pria itu tidak bertubuh besar, bahkan Tyo terlihat lebih seram darinya. Namun, ada sesuatu pada dirinya yang menyiratkan bahaya. Dia jelas bukan orang sembarangan. Tyo saja menundukkan diri di depannya, dengan cara yang membuat Diana ikut merinding.

"Ini siapa, Ceng? Menur atau Juleha?" tanya pria itu sambil mengamati Diana dengan tatapan penuh selidik.

Hampir Diana membuka mulut dan mengaku Juleha, tapi tatapan sekilas Tyo mengingatkan pada bisikan tadi. Dia mengulas senyum, sedikit takut—yang sebetulnya palsu, dan mengangguk segan pada pria dengan aura mengerikan itu. "Anu ... Menur atau Juleha siapa, ya?" tanyanya balik.

Pria itu menoleh pada Tyo, dan terkekeh saat Tyo menggeleng. "Ah ... bukan, ya? Menur sama Juleha itu mantannya Aceng. Ya, Ceng?"

"Iya, Bang," jawab Tyo cepat. Diana bisa melihat pria itu tampak lega karena respons yang sesuai harapan.

Diana memutuskan untuk terus berakting. "Mantan ... beneran mantan?" tanyanya dengan nada curiga yang bisa membuatnya mendapat piala Citra.

Tyo mengangguk cepat. "Iya, mantan, Beb. Uhm, kenalin. Ini Bang Rosyad." Dia meraih tangan Diana dan mengarahkannya untuk menjabat tangan pria yang disebut Rosyad. "Ini bos Abang."

Diana menjabat tangan Rosyad dengan ogah-ogahan. "Diana."

"Rosyad." Rosyad mengutik telapak tangan Diana dengan usil, membuatnya mengerutkan kening. Tapi, pria itu hanya menjabat tangannya sebentar. Dia malah langsung mengalihkan perhatian kepada Tyo.

"Kenapa, Ceng? Siapa yang ngerjain tangan lo?" tanyanya. Suaranya berubah menjadi dingin, terlihat menekan kemarahan.

"Ah, anak buahnya Mugeni, Bang. Saya ngerebut...." Tyo mendekatkan mulutnya ke telinga Rosyad dan berbisik.

Rosyad mengangguk, terlihat puas. Dia menggerakkan kepalanya. "Ya udah, lo ke dokter dulu sana. Si ... siapa nama lo tadi, Neng?" Dia mengalihkan fokus kembali pada Diana.

"Diana, Bang," jawab Diana dengan nada sebal.

Rosyad terkekeh. "Elah, Ceng. Ngapa lo nyari cewek yang gampang ngambek gini, dah?" godanya. "Lo balik aja sana, Neng. Si Aceng banyak kerjaan. Bisa nyetir sendiri kan lo?"

Diana merengut. "Bisa. Permisi." Sambil mengerucutkan bibir ke arah Tyo, dia berbalik dan langsung masuk ke mobil. Dia yakin, Tyo tidak ingin dia berada lebih lama bersama pria berbahaya itu. Masih sempat didengarnya ejekan mesum Rosyad yang ditanggapi Tyo dengan sama mesum.

"Pacar baru lo bohay, semok tapi ngambekan, Ceng."

"Iya. Tapi di ranjang hot, Bang."

Kekehan mesum Rosyad membuat Diana merengut. Dasar Tyo sialan. Hot di ranjang? Memangnya dia tahu bagaimana Diana di ranjang? Awas saja. Dia akan sungguhan menyeret pria itu ke ranjang begitu mereka bertemu lagi nanti.

******

"Kamu masih nyelidik kasus Bapak, Di?" tanya Marini sambil menaruh piring berisi makan malam di depan Diana yang masih berkutat dengan laptopnya.

Diana mengangkat wajah. "Makasih, Bu," ucapnya sambil mendekatkan piring. "Iyalah, masih. Sampek kapan pun aku enggak akan nyerah untuk bersihin nama Bapak."

Diana, Sang Pemburu BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang