Tubuh Nara benar benar terkunci. Sosok lelaki dibelakangnya tidak membiarkan ia membebaskan diri. Sudah lima menit Kenan memeluknya tanpa mengeluarkan sepatah kata. Nara membenci lelaki itu. Sangat dan sangat benci, lelaki brengsek. Mau apalagi kedatangan Kenan. Nara pikir Kenan telah menikah dan memiliki anak semenjak meninggalkan Nara tanpa kejelasan apapun. Namun kenapa masih berani menemukan Nara dan memeluknya
Nara memejamkan kedua matanya, punggungnya menyentuh dada bidang Kenan. Tanpa jarak. Kenan mengeratkan pelukan itu lebih erat saat Nara menggerakkan tubuhnya.
"Jangan kabur, Sayangku"
Posisi kepala Kenan tepat di leher perempuan itu. Menghirup dengan rakus aroma tubuh gadisnya. Perempuan dalam rungkuhannya itu adalah gadisnya, miliknya yang tidak boleh dimiliki siapapun termasuk keluarga.
"Nara. Kamu merindukanku, kan?"
Alih-alih rasanya Nara menggelengkan kepalanya, ia diam tidak membalas ucapan Kenan.
1
2
3Sikut Nara jadi senjatanya saat ini. Saat Nara akan menyikut perut Kenan dari belakang, Kenan sudah bisa membaca pergerakan Nara. Dengan cepat, Kenan mengenggam tangan Nara lalu ia letakkan bersamaan tangannya memeluk pinggang Nara.
"Mau kemana, hm?"
"Kenan. Lepasin, lepas!"
"Kemanapun kamu pergi, aku ikutin. Jadi ngomong mau kemana?"
"Ga akan! Lo itu bukan siapa siapa gue. Lepasin gue, Kenan"
Nara membrontak, berusaha melepaskan diri dari jeratan Kenan. Sebaliknya, Kenan menahan tubuh Nara yang akan kabur, ia memajukan tubuhmya agar tidak ada jarak keduanya.
"Lo brengsek. Lepasin gue!"
Tiba tiba seseorang keluar dari lift, mengalihkan pandangan Kenan. Saat itu juga Nara menyikut perut Kenan, menendang kakinya dan berlari memasuki lift sebelum pintu lift tertutup.
Dengan rasa panik yang besar, Nara terus menekan tombol itu agar tertutup sebelum Kenan ikut menyusulnya. Deru nafas memburu, air matanya ikut keluar saat Kenan hampir mendekati lift. Lima langkah lagi, Kenan semakin mendekat. Sosok itu sangat mengerikan, meskipun memiliki wajah tampan namun seperti sekarang Kenan layaknya seorang psychopat.
Perlahan pintu lift tertutup dan berhasil. Nara berhasil lari dari sosok mengerikan itu. Ia jatuh duduk di lantai lift. Tangannya ikut gemetar.
Ting
Pintu lift terbuka, Nara menyembulkan kepalanya memastikan tidak ada Kenan. Tidak ada, aman! Nara keluar dengan terburu buru menuju parkiran. Hendak memasuki mobilnya dan mengendarai keluar dari tempat mengerikan itu.
Namun naas, Nara kedapatan. Tepat di pintu parkiran, Kenan muncul dan langsung memeluk tubuh Nara dengan erat. Sontak Nara berteriak. Kehadiran lelaki itu secara tiba tiba. Nara sudah kehabisan tenaga, ia tidak bisa membrontak lagi. Kenan memeluknya sangat erat dan lebih erat.
"NARA!"
Bahkan disela pelukan, Kenan berteriak memanggil namanya karena Nara tidak berhenti menjerit. "Kamu tidak akan bisa kabur. Milikku selalu disampingku, jangan berpikir kabur atau kamu kehilangan segalanya"
Saat Nara tidak mengatakan apapun tiba-tiba Farah datang menarik lengan kakaknya dan memaki cowok yang berani memeluknya.
"Bangsat! Lo kerja jadi dokter tujuannya apa?! Manfaatin anak pasiennya? Muka ganteng tapi sifat lo itu brengsek anjing!"
Perempuan berusia dua tahun lebih muda dari Nara itu tidak segan menedang perut Kenan hingga tubuh Kenan terpental kebelakang karena serangan yang tak biasa. Secepatnya Farah menarik lengan Nara membawanya menuju parkiran mobil milik Mamanya. Ia mendorong masuk tubuh Nara ke kursi penumpang dan Farah berputar arah memasuki kursi pengemudi.
Farah menyalakan kendaraan, memastikan kaca mobil tertutup rapat, menyalakan pendingin mobil kemudian mengunci seluruh pintu mobil agar cowok brengsek itu tidak menerobos masuk.
Nafas perempuan itu memburu, masih terbayang perlakuan tak senonoh dari lelaki berusia 28 tahun. Sementara Farah menghela nafas berat. Ini semua salahnya, tidak mengenali sosok yang selama ini kakaknya hindari. Farah akui, wajah mantan teman Kakaknya semakin tampan dan sedikit membuat bulu kuduknya berdiri.
"Nar. Mau minum?" Tawarnya, Nara mengangkat kepalanya memandang adiknya yang berhasil membawa dirinya kabur. Segera ia tersenyum tipis dan memeluk tubuh adiknya. Nara bersyukur kedatangan Farah yang tiba-tiba bahkan Nara memilih pasrah jika Kenan melakukan hal lebih parah.
"Sesak, Kak!"
"Makasih udah selamatin kakak. Dia-dia datang lagi, Far. Kakak harus apa lagi?" Ujarnya sembari melepaskan pelukan keduanya.
"Papa bakalan tangani dia. Mama juga udaj boleh keluar besok pagi. Kakak ngga akan ketemu dia lagi"
"Tapi dia berbahaya, Far. Lebih bahaya dari dugaan kamu selama ini. D-"
"Buka pintunya, Nara"
Gedoran pada kaca mobil mengangetkan kedua manusia itu, Nara menolehkan kepalanya, terkejut mendapati wajah Kenan yang menatapnya tajam. Gedoran itu terus terdengar.
"Far. Antar kakak ke kost Bianca."
Farah menoleh arah Nara lalu fokus mengendarai kendaraan roda empat. Ditengah kemacetan, Farah merasakan sesuatu yang aneh. Jalanan yang biasa cewek itu lewati jarang macet. Nara menyadari perubahan raut wajah adiknya
"Ada sesuatu yang ganggu?"
Kepala Farah menggeleng. Lampu sudah hijau, kaki kanan Farah hendak menekan pedal gas namun seketika mobil yang berhenti samping kanan kiri dan belakangnya mengerubungi mobil mereka. Sial! Firasat Farah memang benar.
Tak tak!
Gedoran kaca mobil begitu keras hingga membuat mereka terlonjak kaget. Nara menjangkau tangan Farah pas melihat sosok yang ia hindari. Berjalan menuju kearah Nara tanpa memutuskan tatapan tajam miliknya.
Tubuhnya terdiam kaku, bersamaan juga Farah yang berusaha menenangkannya terlihat panik. Kenan. Cowok itu sudah berdiri menjulang dari luar yang berusaha membuka pintu mobil.
"Keluar, Nara! Sekarang keluar!" Teriakan disusul gedoran dan paksaan itu membuat Nara mengeluarkan butiran air dari kedua matanya. Seagresif ini Kenan mencari Nara, dirinya tak sebanding dengan istri lelaki itu.
Memilih pasrah setelah mendengar ucapan keluar dari mulut lelaki itu.
"Kalau kamu tetap bertahan di dalam mobil, saya tidak segan segan untuk membakar mobil dan wanita paruh baya yang sedang terbaring di rumah sakit. Kamu yang buat saya melakukan semua ini. Keluar atau semuanya saya lakukan mulai detik ini"
Detik itu juga. Nara dan Farah memutuskan keluar dari mobil dan menghempaskan tubuhnya dari posisi berbeda. Farah terjatuh ke aspal jalanan sementara Nara terjatuh ke dada bidang seorang lelaki. Lelaki itu menangkap tubuh milik gadisnya dengan cepat dan merengkuh erat.
"Pilihan yang bagus, sayang. Kita tidak akan berpisah, kamu tau itu, kan?"