Tepat setahun Cassy memasrahkan kehidupannya pada pilihan keluarga. Tak punya pilihan lain agar bisa melanjutkan kuliah di salah satu Universitas impiannya sejak sekolah menengah pertama. Penolakan dari keluarga ketika mendapat kabar bahwa Cassy terima di Universitas Y cukup meruntuhkan impian perempuan berusia 19 tahun. Namun berkat kerabat Valen-Kakak Cassy menyakinkan jika hidup Cassy akan dalam pengawasannya, keluarga menyetujui permohonannya, dengan syarat Cassy tak boleh meminta bantuan dana kecuali pemenuhan konsumsi sehari-hari. Bagaimanapun Cassy adalah saudara Valen.
Kedua orang tua Cassy telah pisah sejak Yogi berusia 4 tahun. Semua itu terjadi Ayah Cassy menemukan pekerjaan di luar kota, Mama Cassy terpaksa menjadi pekerja di daerah lain sehingga ia tidak pernah bertemu dengan mereka lagi, tanpa mengetahui status hubungan saat ini. Hanya Valen, Yogi serta Cassy tinggal di rumah kedua orang tuanya.
Tahun demi tahun berlalu, Cassy memasuki dunia perkuliahan, Valen dituntut mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan, dan Yogi terpaksa dititip di Paman dari Mama Cassy. Ia sangat beruntung memiliki Paman yang begitu perhatian pada saudaranya, terutama Yogi yang semakin bertambah usia semakin terawat.
Balik ke keadaan saat ini. Cassy menatap nanar jari manis, terdapat sebuah cincin dengan mutiara kecil di tengah melingkar pas di jari tangannya. Bukan merasa bahagia namun perasaan tak terima menyelimuti hari-hari Cassy. Setiap ingin menarik keluar cincin dari jari manis, selalu tidak bisa. Menggunakan berbagai cara tak mempan. Akhirnya Cassy menyerah dan membiarkan benda itu melingkar di jarinya.
Kepala Cassy mendongak ke arah jam dinding perpustakaan menunjukkan pukul setengah lima sore. Situasi di sekitarnya masih sangat ramai bahkan mahasiswa dari luar terus berdatangan ikut meramaikan kursi yang kosong. Suasana yang sunyi, damai, dan nyaman membuat betah untuk selalu berada di ruangan perpustakaan. Matanya kembali menatap layar laptop di hadapannya dengan segelas air di tumbler. Selalu dan selalu seperti ini.
Cassy menggerakkan kedua tangannya untuk mengetik kalimat-kalimat yang terbesit dalam pikiran. Jarinya begitu lincah menekan huruf pada keyboard laptop. Tak terasa dua jam berlalu, ia telah menyelesaikan tiga tugas dari mata kuliah berbeda hari ini, menyisakan satu tugas kelompok dimana Cassy harus mengerjakan tugas tersebut bersama anggota kelompok. Sebenarnya cukup menyusahkan, kemudian Cassy membaca soal tugas kelompoknya. Setelah memahami pertanyaannya, ia melakukan pencarian di beberapa situs internet kemudian membuat sebuah kalimat berupa pendapat mengenai pengaruh pendapatan masyarakat setiap tahun pada perekonomian negara. Cukup mudah dan Cassy bisa menyelesaikan dalam waktu satu setengah jam beserta powerpoint presentasi.
Menyadari sesuatu, kepala Cassy spontan melihat sekitarnya dan masih cukup ramai. Ia bernafas lega. Segera membereskan perlengkapan masuk ke dalam tas, hanya handphone di tangan. Melangkah keluar dari perpustakaan menuju halte bus mengingat jam operasional bus sampai pukul sepuluh malam, jika lewat maka terpaksa Cassy menggunakan taksi. Sembari menunggu bus tangannya menekan nomor seseorang yang selalu ia hubungi.
"Halo, Dek?"
"Kak Cassy!!"
"Yogi sekarang lagi ngapain?"
"Temenin Paman belanja bahan buat jualan besok. Banyak sekali belanja Paman, Kak Cassy. Katanya buat Yogi ke sekolah juga. Kakak mau bicara sama Paman?"
"Kakak pengen denger suara Yogi aja. Gak perlu. Kalau gitu, hati-hati, ya. Berdoa kalau mau keluar rumah. Meminta izin sama Paman dan Mima sebelum keluar. Jangan lupa makan, nanti Kakak jenguk kalau waktu libur."
"Siap, Yogi bakal ingat perkataan Kak Cassy. Yogi selalu sayang Kakak"
"Kakak juga. Udah dulu, ya."
Setelah itu panggilan terputus. Bertepatan bus datang. Cassy 'pun berdiri berjalan masuk ke dalam bus, menempelkan kartu ke mesin pembayaran kemudian memilih duduk paling belakang. Perjalanan yang ditempuh sekitar 15 menit. Merasa bosan, mendengarkan musik menjadi pilihan terbaik.