"Kak Davin sama Kak Abi mulai jam berapa?"
Gianna Emmera atau Gia menoleh mendengar pertanyaan Utari. "Kemungkinan jam sepuluh pagi baru mulai. Emang kamu berubah pikiran?" Gia memutar kanan kiri tubuhnya menatap pantulan dirinya di cermin. Pakaian yang Gia kenakan sudah cukup bagus diantara empat pakaian lainnya.
Utari menghela nafas pelan, mengangguk perihal perkataan Gia. "Mama nyuruh gue pulang ke rumah tapi gue pengen hadir juga lihat Kak Davin"
Berarti?
Gia melangkah cepat "Hati lo udah terbuka buat Bang Davin?" Tangannya memegang kedua pundak Utari.
Tampak perempuan itu merunduk, tidak bisa menyangkal perasaannya pada sosok lekaki yang terus mengejarnya. "Salah dia sendiri. Gue tolak masih berani deketin gue."
Gia meremas bahu Utari "Lo tuh sebenarnya polos apa engga tahu perlakuan dia selama ini. Rela ngantri demi minuman kesukaan lo, rela mutar balik ke kost cuma mastiin lo baik baik aja, dan parahnya lo masih ngeraguin perasaan Bang Davin?"
Utari tuh diperlakuin seperti ratu, dari awal mahasiswa baru Utari satu divisi bareng Kak Davin yang jadi Ketua Panitia juga. Utari termasuk tipe perempuan sulit didekati bahkan rata rata cowok berhasil Utari tolak akan beralih ke sahabat perempuan itu--Farah. Tapi persamaan mereka bertiga manusia beku yang berarti hanya lelaki hebat berani deketin sekaligus luluhin mereka.
"Bukan raguin perasaan dia. Gue cuma takut kejadian dulu keulang lag-"
"Dengan Bang Gavin hadir di hidup lo, trauma yang lo pendem bisa terkikis kalo hati lo menerima keberadaan dia." Gia tak habis pikir.
Terkesan lucu, hampir keseringan Gia mendapat informasi dari Kak Abi mengenai Kak Davin.
---
Acara lomba antar kampus akan dimulai lima menit lagi. Tamu undangan yang hadir telah duduk sesuai kursi pada kartu mereka masing masing dan sesuai arahan dari karyawan panitia acara. Kegiatan ini juga diselenggarakan di suatu perusahaan besar dan sukses.
Melihat setiap kubu ada dua meja serta kursi. Dari tampaknya akan ada tiga perwakilan tiap kampus dalam perlombaan ini. Mereka semua termasuk mahasiswa hebat karena ditunjuk langsung oleh direktur.
Mendengar suara dari depan, atensi Gia tertuju pada panitia. Dalam pandangannya Gia mendapati Kak Davin sama Kak Abi telah duduk dalam satu kubu paling depan. Dengan setelan jas hitam menambah kesan wibawa dari penampilan Kak Abi membuat Gia tertegun.
Gia berdiri, melambaikan tangan ke arah Kak Abi berusaha menarik perhatian lelaki itu. Berhasil, Abi membalas dengan senyuman senang serta lambaian tangan.
Kembali duduk, Gia merogoh ponsel dari tas kemudian mencari roomchat Abi. Tangannya mengetik kata perkata.
Setelah selesai dan acara akan dimulai, Gia mengangkat kepalanya bermaksud ingin melihat wajah tampan Abi tapi netranya tak sengaja melihat sosok laki laki berjas biru tengah duduk di samping podium. Kedua mata Gia melotot. Sosok laki laki dengan kulit putih serta rambut hitam pekat memandangnya tajam. Tangan Gia bergetar hingga ponselnya jatuh ke bawah. Secepatnya ia meraih ponsel kembali.
Kenapa Gia harus bertemu laki laki itu setelah empat tahun berlalu?
Kenapa harus di tempat seperti ini?
Suasana yang seharusnya menyenangkan malah cukup menegangkan karena kehadiran laki laki itu
Dan kenapa disaat Gia sudah tidak memikirkannya lagi?
Isi Kepala Gia seperti mengulang beberapa kejadian sebelum semuanya menjadi jalan mereka berdua.
Gia memejamkan kedua mata, berusaha menepis perasaan takut dan cemas dalam diri. Menarik nafas dalam kemudian menghembuskan secara pelan.