Alingga Bimantara

1.6K 113 3
                                    

Alingga Bimantara dan Gattiara Anggraini.

Tumpukan kertas pada meja kerjanya membuat Tiara sendirian di rumah tanpa ada saudara ataupun kedua orang tuanya. Sudah tiga hari Tiara tinggal seorang diri untuk menyelesaikan berbagai kerjaan kantor. Belum lagi rapat dengan para investor esok hari. Padahal hari libur sudah terhitung semenjak keluarganya balik kampung.

Kepala Tiara nyut-nyuttan memikirkan tanggung jawabnya yang belum terselesaikan hingga hari ini. Bukan hanya Tiara sebagai manager yang belum mendapatkan jatah libur, karyawan lain juga tidak mendapatkan cuti izin. Jari jemari Tiara memijat pelipisnya, berharap rasa pening itu menghilang seraya memandang tumpukan kertas putih di hadapannya.

Ponsel Tiara berdering. Tak menjawab langsung, matanya hanya menatap ponsel itu tanpa ada niat akan menekan fitur hijau di layarnya. Kedua tangan dilipat pada atas meja lalu kepalanya bersandar di lipatan tangannya. Memandang nanar layar ponselnya hingga tanpa sadar kedua matanya terpejam memasuki dunia mimpi.

Dalam keadaan tidur, cahaya matahari masuk melalui celah horden kamarnya menyinari beberapa ruang di kamar. Perlahan gadis itu merasa terganggu karena cahaya itu bersamaan suara kicauan hewan peliharaan Papa di lantai bawah samping taman bunga Mamanya.

Secara tak sadar, gadis itu tidur dalam posisi kurang mengenakkan, merasakan pinggangnya sampai sakit ketika membuka kedua matanya.

Dia memegang punggung belakang, memijat karena pegal juga. Belum sempat ia meraih segelas air kemudian meneguk habis, getaran ponsel di antara tumpukan berkas itu berhasil mengalihkan atensinya. Perlahan ia mengambil benda persegi dan mengangkat panggilan itu tanpa melihat sang penelfon.

"Halo?" suara serak Tiara menyapa.

"Eh! Anak gadis bangun jam segini. Mau jadi apa kamu? Mama tinggal kamu makin males ya! Kalau gitu Mama jod-"

"Please, Ma. Jangan kaitkan dengan jodoh-jodoh. Biarkan Tiara yang milih."

"Kelamaan kalau kamu yang milih. Pilihan Mama tuh udah banyak, sesuai kriteria mantu idaman Mama Papa. Ap-"

"Ma, berhenti ya. Kepala Tiara sakit kalau dengar Mama ngomel pagi-pagi begini. Tiara baru bangun karena semalam begadang selesain kerjaan Tiara. Kalau Mama keseringan ngomel bisa tambah tua loh. Emang Mama mau?"

"Alasan kamu. Sekarang siap-siap. Abis itu ke kantor. Besok harus ada di sini. Mama nggak tenang biarin Anak Mama di kota sendirian. Mama tutup telfonnya, jangan lupa makan"

"Iy-"

Tut!

Ugh, ingin rasanya Tiara berteriak melampiaskan kekesalannya mendengar ocehan Mamanya. Yang tak lain dan tak jauh dari jodoh. Memang umur Tiara beranjak 25 tahun, tahun dimana anak teman Mama pada punya anak dan memiliki anggota keluarga baru. Tiara tahu maksud Mamanya yang terus menggodanya agar membawa calon menantu ke rumah tapi Tiara tidak akan memaksa kekasihnya. Perempuan itu ingin kekasihnya datang atas kemauan sendiri tanpa ada dorongan ataupun paksaan dari siapapun.

Malas memikirkan lebih jauh, Tiara beranjak dari kursi menuju kamar mandi. Sebenarnya sudah telat tapi Tiara tetap akan menghadiri meeting pagi ini.

Setelah semprotan terakhir di leher, tangannya menjangkau tas laptop dan keluar dari kamar. Mengunci semua akses pintu rumahnya setelah memastikan semua listrik dalam keadaan off. Karena rencana Tiara setelah pulang kerja akan langsung menuju kampung halaman menggunakan kendaraan pribadi.

Semua tas sudah masuk dalam bagasi mobilnya, menutup pintu belakang mobil dan mengeluarkan mobilnya dari halaman rumah. Tak lupa mengunci pagar rumah. Berdoa dan menyusuri jalan raya.

Dark ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang