Chapter (02) Penjelasan

1.8K 171 6
                                    

Ruangan besar beraroma seharum bunga-bunga segar, sedingin hembusan angin dimalam hari, sedingin itu pula suasana diantara beberapa orang yang berada dalam ruangan itu. Pertemuan atas penjelasan yang nampak sudah ditunggu-tunggu. Seorang ayah, seorang ibu, yang tiba-tiba kehilangan hak atas anaknya, hari ini hak dan tanggung jawab beralih tangan, orang pilihan atas ketidaksengajaan akan keadaan, bagaimana mereka bisa tenang.

"Kejadian malam itu terjadi karena ketidaksengajaan, tapi itu bukan alasan untuk aku lari dari tanggung jawab. Terlepas dari tanggung jawab itu sendiri, kami sudah mengenal dari semasa awal tahun perguruan tinggi, sudah cukup untuk mengenal sifat serta sikap kami masing-masing. Appa, Eomma, kami berdua mohon kemurahan hati kalian untuk merestui pernikahan kami."

Suho yang berperan sebagai kepala keluarga sekaligus ayah, tidak bisa berkata-kata lebih. Menelan amarah yang mungkin akan meledak bagai bom waktu. Di satu sisi, Suho menaruh suatu kebanggaan atas keberanian pemuda yang sudah sah menjadi suami dari putrinya. Tanggung jawab, kekhwatiran, dia sudah memikirkan dengan matang langkah yang akan dia ambil untuk kebaikan dirinya serta sang putri.

Keluarga Kim sendiri begitu menjunjung tinggi kehormatan. Dari kecelakaan ini, dan keputusan adanya pernikahan menyelamatkan tercorengnya kehormatan keluarga, terlebih sang putri, Katarina Kim. Tidak bisa disalahkan, keduanya tidak salah. Maka, tidak ada alasan Suho untuk menghalangi niat baik tersebut.

"Tidak ada alasan untuk menghalangi pernikahan kalian. Jadi berhenti memasang raut tegang begitu."

"Appa, kami hanya takut kalian tidak setuju." Katarina mencebik tanpa sadar menyuarakan protesnya.

"Kenapa juga Appa tidak setuju? Siapa tahu saja calon cucu Eomma sekarang tengah berkembang di dalam sana." Katarina tergagap mendengar penuturan sang ibu.

"Mungkin saja. Tak apa, itu lebih bagus, berarti calon pewaris ku sudah ada sebelum keluarga mempertanyakannya."

"Sebagus-bagusnya hal itu Jeevans, melihat sekilas keluargamu, sepertinya posisi ahli waris begitu menggiurkan di mata mereka."

"Ya begitulah seperti yang Appa katakan. Kalau orang-orang bilang aku ini memiliki sembilan nyawa layaknya kucing."

"Hihihi~" Katarina menutup mulutnya tertawa geli. "Perandaian yang memang begitu yang terjadi, hahaha ...."

"Lumayan menakutkan untuk kenyamanan putri serta calon cucuku nanti."

"Kurasa perjanjian pra nikah bisa membuat mereka berhati-hati."

Katarina tidak sebodoh itu masuk ke kandang serigala tanpa persiapan. Segala perbuatan apa yang akan terjadi di masa mendatang, Katarina sudah memikirkan sejauh itu. Perebutan kekuasaan, harta, terkadang membuat manusia lupa akan akal serta rasa kemanusiaan yang sejatinya mereka mempunyai hal itu. Jeevans Ferrero, lelaki itu tidak bisa bertahan sendiri dalam waktu lebih lama lagi. Nyawanya begitu sering terancam selama Katarina mengenal Jeevans.

Isi perjanjian pra nikah, Katarina menegaskan kekuasaannya setelah menjadi pasangan ahli waris. Melindungi dirinya, suami, serta anak mereka nanti. Melihat gelagat serta penolakan yang hampir mereka layangkan tadi, sudah sangat memperjelas seperti apa kehidupan rumah tangganya nanti.

Namun begitu, dihadapan sang kakak, siapa yang berani menolak. Bukan lah si sulung Kim kalau tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Kenapa? Kalian tidak setuju dengan isi perjanjian itu, berarti aku patut menaruh curiga dong. Kalau kalian tidak punya niat, untuk apa kalian menolak, bukankah begitu, Tuan Ferrero?"

Rasanya Katarina mau tertawa kencang tadi kalau saja Jeevans tidak cepat mengingatkan dirinya.

---^

"Benarkah kita akan ke Jeju?"

"Dibanding ke luar negeri, kurasa kamu lebih suka ke Jeju."

"Jeju di luar Indonesia, tapi ya bagiku yang memiliki darah Korea, biasalah diartikan bukan luar negeri. Wah, kamu sangat mengenal diriku ternyata, aku terharu hihi .... Setelah aku pikir-pikir lagi, tidak ada ruginya juga menikah denganmu, Jeev."

"Kita sudah mengenal cukup lama. Aku memilihmu bukan tanpa pertimbangan. Ya, walaupun aku sudah ada rencana cadangan semisal kamu menolak ajakan ku."

"Tidak apa-apa, aku ingin merasakan seperti apa menjadi nyonya besar bagaikan ratu yang memiliki banyak musuh. Seperti novel yang sering aku baca."

"Jadi kamu akan menikmatinya?"

"Hm, kurasa iya."

"Kalau begitu kemari, kita harus istirahat." Jeevans menepuk sisi kosong disebelahnya.

Katarina beringsut naik ke ranjang melalui sisi di mana Jeevans terbaring. Menimpa tubuh Jeevans tanpa ada niat untuk menyingkir.

"Aku ingin pamer kepada orang-orang yang bermimpi bisa berada di atas tubuhmu." Bisik Katarina seduktif membuat jantung Jeevans berpacu menunjukkan kalau dia excited.

Tangan Jeevans yang melingkar di pinggang Katarina beringsut turun ke bawah menyentuh sesuatu yang membuat orang ingin memukul wajahnya.

"Jangan meraba anak perawan." Protes Katarina. Kemudian menarik tangan Jeevans menjauh dari tubuhnya.

"Perawan? Memangnya kamu masih perawan? Tujuan kita menikah karena kita sudah melakukannya, kan?"

"Oh maaf saja Tuan, saya masih tersegel!" Seru Katarina kesal. Setelahnya Katarina menggigit gemas leher Jeevans.

"Besok bakal kita buka." Jawab Jeevans santai.

"Maunya!"

"Jadi, mau tidur belum?"

"Ya, besok kita kan mau liburan."

---^

Pagi hari keadaan rumah besar keluarga Ferrero sudah tampak sibuk. Mengingat masih ada keluarga besan yang menginap di sana. Keluarga Ferrero tentu akan menjamu besan mereka dengan sebaik mungkin. Selalu ada nama baik keluarga yang dipertaruhkan jika sesuatu hal terjadi.

Meja makan sudah terisi oleh masing-masing anggota keluarga, termasuk pasangan pengantin baru. Mereka berdua mengikuti sarapan bersama sebelum terbang ke Jeju. Senyum cerah sang nyonya baru keluarga Ferrero begitu menyilaukan. Membuat para maid merasa tidak nyaman akan kehadiran anggota baru dan mengkhawatirkan nyonya baru mereka tentunya.

Keluarga Ferrero tidak cocok untuk orang-orang yang memiliki aura lembut seperti itu. Ibaratkan, domba masuk kandang serigala.

Sarapan berlalu begitu saja, sangat damai, tidak ada sindir menyindir seperti yang terjadi setiap harinya. Seluruh anggota keluarga Ferrero begitu menjaga etika mereka dihadapan sang besan. Entahlah, akankah mereka memiliki ketakutan, atau hanya ingin mencari muka. Jeevans patut merekam kejadian ini di dalam ingatannya.

"Adik ipar, gunakan waktu kalian sebaik mungkin. Aku menginginkan keponakan secepatnya."

Uhuk!

Celetukan Lucy sukses membuat beberapa orang tersedak dengan tidak elitnya.

"Bibi tidak apa-apa? Paman?" Katarina menatap para anggota keluarga barunya itu khawatir.

"Ah tidak apa-apa, airnya terlalu panas." Bibi Ferrero menjawab seakan tidak ada hal yang serius.

"Syukurlah ...."

"Jadi?" Tanya Lucy lagi.

"Kakak jangan khawatir, aku akan memberimu dalam waktu dekat." Tutur Katarina santai tanpa mengindahkan atmosfer ruangan berubah menjadi canggung.

Kedua orang tua Jeevans saling lirik tanpa mampu berkomentar. Menginginkan penerus untuk pewaris selanjutnya, jangan harap itu hal yang mudah. Untuk menghadirkan Jeevans ke dunia saja membutuhkan waktu yang panjang. Karena serigala kelaparan begitu tamak dan tidak tahu diri.

Menantu Ferrero ini, kenapa Jeevans gegabah menikahi orang yang bahkan belum beradaptasi dengan keluarga Ferrero, bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan? Terlebih menantu Ferrero berasal dari keluarga yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Ini bukan sesuatu yang sederhana.

Apakah Jeevans bisa sekuat itu melindungi istrinya?

---^

Peran Antagonis ° JenRina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang