Sore harinya rumah besar itu kembali ramai. Satu persatu penghuni rumah kembali setelah seharian sibuk dengan pekerjaan mereka. Paviliun sebelah barat pun tampak ramai di isi oleh beberapa pasang mata yang tampaknya menguarkan aura ingin mencekik terhadap seseorang yang menjadi pusat perhatian mereka.
"Tidakkah dia begitu berani? Tidak sadarkah dia berada di mana sekarang? Domba itu ...."
"Akan tetapi kita tidak bisa meremehkannya, dia bisa berbahaya untuk posisi kita."
"Dia begitu karena cinta Jeevans. Melihat dari gelagatnya aku yakin apapun terjadi dia tidak akan melibatkan keluarganya."
"Tapi Nyonya, dia memang terlihat ramah dan ceria, berbeda sekali ketika dia melakukan hal itu, aku merasakan hawa tidak enak menguar darinya."
"Lain kali kau jangan diam saja. Balas seperti yang sudah-sudah kau lakukan. Apa ini? orang seperti itu tidak pantas ditakuti dan dihormati."
"Menurutmu orang yang pantas seperti apa, bibi?"
"Seseorang yang memiliki taring. Jangan kau tanya, aura menentukan segalanya, Jesicca."
"Langkah selanjutnya?"
"Kita tidak bisa mengganggu gugat posisi Jeevans lagi. Tapi kita bisa merusak keluarga kecilnya hingga tidak memiliki penerus, atau kehilangan cintanya. Dengan begitu, hak waris akan jatuh kepada cucu tertua selanjutnya. Itulah mengapa aku menyarankan Eric untuk segera menikah."
'Yakin sekali wanita tua ini. Kau pikir aku akan memihak begitu. Dalam mimpi! Siapa yang mau berada dibawah kaki? Semua orang menginginkan kepala.' Ingin sekali Jessica meludahi wajah sok berkuasa itu.
"Akhirnya sampai juga." Katarina dengan energi penuh memandang senang mobil Van yang barusan masuk ke halaman utama dan kini berada tepat dihadapannya.
"Selama sore, Nyonya Ferrero." Sapa salah satu pegawai.
"Selamat sore." Katarina menjawab riang, kemudian menoleh ke arah Naya yang berdiri dibelakangnya. "Tolong kau tunjukkan ruangannya."
"Baik, Nyonya Ferrero."
Sembari melihat barang-barangnya diturunkan satu persatu, Katarina duduk di depan gazebo kecil yang posisinya tidak terlalu jauh dari paviliun barat.
"Kamu tahu Airaa, terkadang aku bingung dengan suamiku itu." Katarina menghela nafas seolah dia memang begitu kebingungan. "Kami pernah bertengkar hebat waktu itu. Aku sangat marah padanya, hingga aku berkata ingin mengakhiri hubungan kami. Dan kamu tahu apa yang suamiku itu lakukan?"
Airaa menggeleng. Lagipula Airaa mana mau menebak. Nanti salah tebak malah berimbas pada pekerjaannya. Airaa tidak mau menyia-nyiakan gaji besar hanya karena salah tebak. Berlebihan memang, tapi ya begitulah.
"Suamiku bersujud dan berjanji akan menuruti semua permintaanku asal aku tidak pergi darinya. Wah .... Terlihat sekali sangat mencintaiku bukan. Dan benar saja, saat itu aku pernah," Katarina mengisyaratkan Airaa untuk lebih mendekati. Kemudian Katarina membisikkan sesuatu..
"Menyiksa seseorang hingga meregang nyawa."
"APA?!"
"Kenapa kamu teriak sih?" Katarina mengusap telinganya yang tiba-tiba saja berdengung.
"N-nyonya"
"Karena dia ingin merebut cintaku."
"Tapi tetap saja itu nyawa orang." Airaa tidak bisa membayangkan hal itu.
"Cinta itu buta, hehehe ..."
Senang sekali Katarina rasanya melihat berbagai macam ekspresi para siluman serigala itu. Coba saja mencoba merebut cintanya, maka taruhannya nyawa. Sebenarnya Katarina tidak mau melakukan itu. Tapi lihat saja nanti. Atau tidak begitu?

KAMU SEDANG MEMBACA
Peran Antagonis ° JenRina
Romance(Belum revisi) Katarina yang terkenal akan pribadi lemah lembut membuat dirinya disukai banyak orang. Tetapi sejatinya manusia tidak ada yang sempurna, meski begitu Katarina adalah tipe orang yang sekali bicara langsung ngena ke jantung apabila dia...