Chapter (32) Menantu dan Mertua

507 59 11
                                    

"Bagaimana keadaanmu?" Mama Jeevans tersenyum kecil melihat keadaan menantunya yang sepertinya sudah baik-baik saja. Dia bahkan tersenyum lebar sekarang.

"Aku sudah baik-baik saja, Ma. Tidak perlu ada yang di khawatirkan."

Mama Jeevans menggenggam tangan Katarina, mengelus tangan itu perlahan, ia menatap menantunya dengan pandangan teduh. "Mama minta maaf karena Jeevans sudah menyakitimu, Nak. Mama tidak berpikir kalau Jeevans tetap labil setelah hampir setahun kalian bersama."

"Mama tidak boleh meminta maaf, Jeevans yang salah disini." Katarina memasang ekspresi galak membuat mama Jeevans terkekeh pelan. Menantunya ini memang sesuatu sekali.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan setelah ini?"

"Hm, aku tidak terlalu yakin. Tapi seperti yang pernah aku katakan diawal, aku tidak ingin menikah dua kali dalam hidupku, Jeevans belum tahu keadaan pastinya. Mungkin aku akan menerima selir setelah ini." Mama Jeevans kontan tertawa terbahak-bahak, Katarina sampai melongok dibuatnya.

"Kamu ini, hahaha .... Balas dendam memang seseru itu."

"Lho, jadi Mama setuju, nih?"

"Memangnya Mama punya hak untuk menghalangi?"

"Ya, tidak juga sih. Tapi agak aneh saja."

"Walaupun begitu, Mama tetap berharap kalian membicarakan masalah ini dengan kepala dingin. Terlebih lagi kamu sedang hamil, kan. Jeevans pasti tidak akan membiarkan kamu pergi."

"Ya, dia menangis seperti bayi."

"Sudah Mama duga."

"Mama pernah mengatakan padaku kalau Jeevans punya ketakutan soal anak, itu bagaimana, Ma?"

"Apa Mama pernah bilang kalau Jeevans itu semacam ada trauma?" Tanya mama Jeevans, lalu Katarina mengangguk membenarkan.

"Oh, benar. Jeevans itu selalu dalam bahaya. Mama yang dari keluarga biasa-biasa saja tidak punya kuasa untuk melindungi Jeevans, sedangkan papa, dia disibukkan dengan bisnis Ferrero, bukan berarti papa tidak sayang dengan Jeevans, hanya saja memang seribet itu. Eh, sepertinya Mama mengerti kenapa Jeevans memilih kamu." Mama Jeevans membulatkan matanya yang tampak seperti ada bintang-bintang dikelopak matanya yang Katarina lihat.

"Apa, Ma?" Tanya Katarina antusias.

"Jeevans pasti melihat latar belakang keluarga kamu, dan kamu sendiri Jeevans anggap mampu untuk melindungi anak kalian nanti. Sedangkan Mama dulu tidak bisa, itulah kenapa Jeevans selalu kesulitan. Dia tidak ingin nanti ketika dia memiliki anak yang bernasib sama sepertinya. Iya, Mama pikir begitu."

"Berarti Jeevans cuma memanfaatkan aku dong!"

"Jeevans itu pemilih, tidak mungkin karena hanya memanfaatkan saja, pasti ada alasan yang lain. Kamu sendirikan yang bilang kalau Jeevans banyak lebah."

"Hehehe ...." Katarina terkekeh pelan, ia merasa malu tentu saja. Apa-apaan itu dengan sebutan 'lebah'. "Lalu dengan pengakuan Jeevans mencintai Yena itu bagaimana? Aku kesal sekali." Tidak sadar kalau dia merengek seperti bayi juga. Mertuannya sampi mencubit pipi Katarina saking tidak tahannya melihat pipinya yang lumayan berisi sekarang.

"Mama sudah pernah menyuruh Jeevans menikahi Yena, tapi Jeevans tidak mau tuh. Jeevans kuliah semester enam seingat Mama."

"Berarti Jeevans memang belum bisa melupakan Jihan."

"Mana ada, Jeevans tidak pernah suka sama Jihan." Bantah mama Jeevans.

"Lho, bagaimana, sih?" Katarina jadi pusing sendiri.

"Alasan kalian menikah mendadak itu benar karena kalian kecelakaan, kan? Apa itu cuma alasan? Tadinya Mama berpikir Jeevans memang mencintaimu. Tapi Jeevans itu konsisten, dia tidak pernah menyentuh orang sembarangan kalau dia tidak suka. Tapi buktinya kamu hamil sekarang."

"Duh, aku bingung, Ma."

"Sama."

Pasangan menantu dan mertua itu terdiam. Semakin mereka membuka topik, maka semakin bingung.

--^

Peran Antagonis ° JenRina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang