Peran Antagonis ° JenRina

Chapter (13) Teman Lama

Katarina tiduran di kasur dengan posisi terlentang. Matanya sibuk mengikuti ke mana suaminya sibuk bolak-balik dihadapannya.

Semenjak adegan labrak melabrak tempo hari, ketika mengharuskan dirinya masih mengurusi pekerjaan, Jeevans langsung membawanya ke dalam kamar. Ruang kerja adalah hal yang tidak boleh disentuhnya lagi ketika malam tiba. Soalnya ada indung macan yang ngamuk.

Jeevans masih sangat mengingat kejadian itu. Dirinya baru saja memeriksa dokumen yang dikirimkan oleh Hendery. Tiba-tiba saja pintu ruang kerjanya di buka dengan kekuatan besar sampai suara gebrakan itu menggema. Tentu saja mengagetkan dirinya.

"TERUS! TERUS SAJA KERJA! KAMU MENIKAHI AKU CUMA UNTUK PAJANGAN SAJA HAH! SIALAN ORANG INI!" Teriakan menggelegar itu hampir membuat Jeevans trauma dengan ruang kerjanya :)

Tapi tidak masalah kalau dia masih kerja ketika istrinya itu bisa melihat dirinya atau mereka berdua dalam jarak pandang yang dekat. Maka dari itu sekarang dirinya sibuk dengan kerjaannya dan istrinya itu sibuk memperhatikan dirinya.

"Ngomong-ngomong, aku sudah meminta bibi Yejin untuk tetap tinggal disini. Sepertinya dia lebih baik disini dari pada bibi Jesicca."

Jeevans sejenak menaruh fokusnya kepada sang istri. Matanya memperhatikan ekspresi yang istrinya tunjukkan. "Kenapa tiba-tiba?" Jeevans rasa ada sesuatu disini.

"Kita harus melepas tikus supaya dia bebas dan bersenang-senang." Katarina mengubah posisi tidurannya menjadi menelungkup. Sembari menangkup kedua pipi bulatnya, Katarina menatap suaminya dengan pandangan polos.

"Tidakkah ini berbahaya?"

"Apanya yang bahaya? Bibi Jesicca itu polos."

"Orang polos itu berulang kali melakukan atraksi hampir merenggut nyawa orang."

Tok... Tok...

Ketukan pintu menghentikan acara berbincang keduanya.

"Biar aku yang lihat." Jeevans beranjak menuju pintu kamar mereka.

Ceklek

"Aku punya kejutan." Yena langsung menyampaikan maksudnya.

"Kejutan?"

Yena ngangguk, "ya. Ayo ikut aku!" Dengan semangat Yena menarik Jeevans mengikuti langkahnya.

Hingga mereka sampai di paviliun tempat biasa tamu yang baru datang berkunjung.

"Taraaaa~ lihat siapa yang datang!"

Dahi Jeevans menyerengit melihat seorang wanita tersenyum lebar kearahnya.

"Selamat malam, Tuan Ferrero." Ucapnya sopan seraya sedikit membungkuk.

"Jihan."

"Saya kira Anda sudah melupakan saya."

"Tidak perlu terlalu formal."

"Ah baiklah, Jeevans. Aku minta maaf tidak bisa menghadiri pernikahanmu, kau tahu sendiri aku sedang di Italia beberapa tahun belakang."

"Soal itu tidak perlu dipermasalahkan."

"Eh, duduk dulu. Kenapa berbicara sambil berdiri begitu." Yena yang tadi pergi kembali lagi dengan beberapa pelayan mengikutinya.

"Sampai lupa." Jihan jadi salah tingkah melihat senyum kecil diwajah pria dihadapannya ini.

"Apa kau seterusnya menetap di Indonesia sekarang?"

"Tentu saja. Aku ini putri tunggal keluarga Hannan, mana mungkin aku pergi terus-menerus, siapa yang akan mengurus bisnis keluarga kalau bukan aku."

"Memang seharusnya begitu. Berhenti keliling dunia tanpa arah." Ujar Jeevans.