"Appa meminta kamu untuk ikut pulang." Itulah yang dikatakan kakaknya kemarin lusa. Hari ini Katarina sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Tetapi Katarina tidak akan pulang ke rumah Ferrero, melainkan ke rumah Kim yang belum lama di beli oleh keluarganya, mengingat Katarina belum bisa terbang ke Korea sebelum usia kandungannya 14 minggu, takutnya beresiko dengan yang terparah adalah keguguran. Tadinya Katarina tidak perduli akan hal itu, tetapi kakaknya tidak mengizinkan, mau bagaimanapun bayi dalam kandungan Katarina itu membawa darah Kim, dan keluarga Kim kurang setuju jika sampai kehilangan. Maka dari itu keluarga Kim akan bertandang ke Indonesia menemani Katarina.
"Tidurlah terus lama-lama. Tidak akan kutemukan kalian nanti." Ancam Katarina tidak perduli Jeevans mendengar atau tidak. Katanya sih orang koma harus sering-sering diajak berbicara, nah, Katarina ancam saja biar lebih menantang.
"Kau bisa bernapas lega karena Kim juga tidak setuju dengan keinginanku, tapi bukan berarti tidak bisa, ya! Aku kan yang mengandungnya. Lagipula takutnya kau berpulang jika bertemu appa nanti." Katarina menatap Jeevans asat, tidak ada tanda-tanda akan bangun.
"Mana mau Jeevans bangun kalau kamu marahi begitu."
Katarina melirik kakaknya, "bukannya Kakak lebih suka begitu?"
"Oh jelas." Lucy menjawab cepat. "Appa sudah sampai rumah."
"Aku sangat bersyukur kalian begitu sayang padaku." Katarina tiba-tiba nyeletuk.
"Keluarga memang harus saling sayang." Lucy menatap adiknya aneh.
"Tapi banyak yang tidak demikian kok. Malah menjadi musuh dalam selimut, atau memusuhi secara terang-terangan."
Lucy mengerutkan alisnya, "Jeevans maksudmu?" Tanyanya.
"Salah satunya."
"Apa kamu menaruh simpati sekarang?"
"Entahlah. Dia hanya sangat menyebalkan."
"Tapi kamu cinta, kan? Kalau memang kamu mencintai pria tidak tahu diri ini, kalau dia tidak cinta balik, paksa saja. Kalau dia menolak, potong saja kedua kakinya biar tidak bisa kabur."
"Ide macam apa itu?" Katarina menatap kakaknya ngeri. "Aku hanya saja sulit mencintai orang baru. Kalau bisa secepat itu, aku sudah menempel pada selirku sekarang." Beber Katarina atas niat tidak baiknya.
"Sungguh luar biasa pemikiranmu, ya."
--^
"Mama."
"Kamu memang salah. Sudah Mama katakan kalian itu tidak saling mencintai. Jangan ganggu Jeevans karena dia sudah menikah. Kamu bilang perduli dengan Jeevans? Tapi Mama lihat kamu egois disini. Kamu memanfaatkan ketidakberdayaan Jeevans demi kepentingan pribadi kamu sendiri, Yena. Padahal jika kamu tidak mengacau, Mama bisa menjodohkan kamu dengan keluarga Jung. Maka kita benar-benar punya hubungan keluarga dengan Jung. Sangat disayangkan, bukan? Jung sama berkuasanya dengan Ferrero."
Yena hanya tertunduk lesu. Dia tidak berpikir panjang sebelum bertindak, iri hati serta cemburulah yang menguasai hati Yena. Yena tidak menyangka tadinya kalau Jeevans menikah dengan seseorang yang tidak diketahuinya, membuat posisinya yang selalu menjadi sandaran Jeevans sekarang tidak lagi setelah kehadiran Katarina. Maka dari itu Yena menggunakan Jihan untuk memisahkan Jeevans dan Katarina. Yena tahu kalau Jeevans hanya menganggap Jihan hanya teman, dan perlindungan Jeevans terhadap Jihan memang murni atas permintaan Yena. Kalau Jeevans terlihat perduli dengan Jihan, maka Katarina pasti akan marah. Lalu nanti mereka akan berpisah. Itulah rencana sederhana Yena.
"Kamu tidak ingin melihat Jeevans menderita, tetapi kamu sendiri yang membuat Jeevans menderita. Mama tidak mengerti cara jalan pikiranmu, Yena."Mama Jeevans menghela napas lelah. Dia terlihat santai bukan berarti dia terima dengan keadaan Jeevans sekarang. Tapi mau bagaimana lagi?
--^
KAMU SEDANG MEMBACA
Peran Antagonis ° JenRina
RomantizmKatarina yang terkenal akan pribadi lemah lembut membuat dirinya disukai banyak orang. Tetapi sejatinya manusia tidak ada yang sempurna, meski begitu Katarina adalah tipe orang yang sekali bicara langsung ngena ke jantung apabila dia tidak menyukai...