Chapter (09) Bingung

859 98 5
                                    

"Sebenarnya kamu punya ambisi tidak untuk berada diposisi ini sekarang?"

"Kalau tidak memikirkan orang-orang, dari awal aku sudah meninggalkan Ferrero."

"Benarkah? Terus kamu jadi miskin dong."

Suara tawa menjawab atas pertanyaan yang barusan Katarina lontarkan. Katarina mendelik mendengarnya. "Aku tidak mau jadi miskin ya, Jeev." Katarina tidak pernah memikirkannya. Apa pulang saja ya? Rencana mulai tersusun dalam otaknya.

"Aku tidak akan jatuh miskin, Sayang."

"Percaya diri sekali." Katarina mencibir, "oh .... Ini perusahaan induk, kan? Siapa yang megang perusahaan cabang?"

"Adik daddy."

"Yang paling muda?"

"Hm."

"Aku akan memeriksa ke sana nanti. Sekretarisnya bilang dia mungkin tidak lama lagi akan sekarat. Apa yang dilakukan pamanmu itu sebenarnya?"

"Kalau aku melepaskan yang induk, mungkin mereka memang akan mati."

"Huh?" Katarina mengedip bingung. Apa sih?

"Sudah, jangan banyak pikiran begitu."

Ceklek

"Pak."

Perhatian Katarina beralih pada seorang yang membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. Ada sekretaris dibelakangnya yang terlihat panik.

"Siapa ya?" Katarina duluan membuka suara membuat Jeevans terdiam.

"Saya dari divisi pemasaran." Jawabannya sopan.

"Ah .... Masuklah." Kemudian Katarina melototi si sekretaris yang kini menciut. Apalagi melihat karyawan itu cuma memberikan berkas lalu pergi tanpa ada hal penting yang akan dibicarakan.

Ketika pintu kembali ditutup, Katarina tidak tahan untuk tidak menyindir. "Lebah selalu mengikuti." Ucapnya sedikit keras.

"Karena madunya terlalu manis."

"Halah." rasanya Katarina ingin muntah.

Besok tepat seminggu Katarina resmi bergabung dengan Ferrero. Sampai saat ini belum ada pergerakan mencurigakan dari orang-orang yang katanya selalu membuat masalah itu. Apa mereka sudah tobat? Katarina jadi ragu.

"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Jeevans ketika melirik istrinya yang merenung. Terlihat seperti banyak sekali pikiran.

"Aku bingung dengan yang katanya sangat patuh dengan pedoman nyonya Ferrero itu. Mereka memang tidak menerima, tapi tidak ada perlawanan ketika aku melanggar. Aku kira akan ada drama mengamuk atau apalah itu. Jadi tidak menantang." Katrina dengan rasa ketidakpuasannya.

"Mereka itu tengah berhati-hati. Mungkin juga pergerakan akan tidak terlihat. Mommy berada jauh dibawah mu saat itu, karenanya mereka berani."

"Tapi tetap saja mereka tidak seseram seperti yang aku tahu. Masa iya orang seperti mereka bisa mengancam nyawamu, hm."

"Kenapa kamu sangat menunggu?"

"Karena aku ingin menambah koleksi, mungkin."

Jeevans melirik Katarina lewat ujung matanya. Wajah excited itu tampak tidak benar. "Karin, aku cuma butuh cerewet mu." Jeevans mengingatkan. Cuma itu, tidak lebih.

--^

Siang menjelang sore, setelah puas merecoki suaminya, Katarina bergegas ke tujuan awalnya. Sekaya-kayanya sebuah keluarga, sebanyak apa pun pekerja di rumah, tetap saja, peran seorang istri dalam urusan rumah itu tetap penting. Katarina memutuskan untuk mengambil alih urusan pangan. Beberapa hari ini Katarina merasa tidak puas. Mereka membeli yang tidak perlu. Katarina merasa seakan di rumahnya orang bisa berbuat sesuka hati. Katarina tidak menerima itu.

Peran Antagonis ° JenRina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang