6. Taehyun Hilang

214 79 37
                                    

Perlahan Seona membuka matanya, dan kamar sederhana berukuran 4 × 5 meter menyapa indra penglihatan nya. Namun ada hal lain yang juga menyapa indra pendengaran nya,

"bodoh! Sudah berapa kali kami peringatkan! Jangan melanggar aturan kami! Lihat sekarang akibatnya! Apa yang harus kita katakan pada nona Seona?!" suara kakek John penuh amarah.

"tenanglah suami ku, tenang. Kita bisa bicarakan baik baik, jangan berteriak seperti ini nanti nona Seona bisa terganggu."

Seona mulai berusaha bangkit dari kasurnya, kepala nya terasa sangat sakit begitupun dengan punggung nya. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi padanya,
Terakhir, Seona mendengar suara mendiang ibu memanggilnya, dia mendekati sumber suara melalui lubang besar dilantai tersebut dan terjatuh.

Terjatuh atau ditarik untuk jatuh Seona tidak terlalu paham. Yang jelas, saat ini kepala nya sangat sakit. Jatuh dari ketinggian 6 meter tentu bukan sesuatu yang wajar, jika bukan karena keajaiban mana mungkin Seona bisa bertahan.

"tapi aku sudah berusaha mencarinya. Sungguh! Aku dan dia sudah berniat pulang, tapi semua ini justru terjadi. Aku tidak bisa menemukan nya"

Perasaan Seona semakin tidak karuan, dia memaksakan diri untuk bangun dan membuka pintu kamar. Ketiga orang yang bertengkar tadipun langsung terdiam,

"Apa yang sedang kalian bicarakan? Siapa yang tidak bisa ditemukan? Dimana Taehyun?" Seona mengajukan pertanyaan beruntun, dia bisa merasakan ada yang tidak beres disini.

"Tenang lah nak, mari duduk terlebih dahulu. Biar nenek buatkan teh herbal untuk menenangkan dirimu ya?"
Nenek Emily berusaha memapah Seona agar duduk kembali ke kasurnya namun, Seona tetap berdiri enggan bergeser meski se inci.

"katakan sekarang, apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku ada di kamar? Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Seona sekali lagi.

"Panjang yang harus kita bicarakan, kamu baru saja bangun dari pingsan mu. Maka duduk dan tenangkan dirimu, kami akan menjelaskan semua nya pada mu."

Bam pun maju dan membantu Seona untuk duduk kembali ke kasurnya, sesekali dia melirik ke arah tengkuk Seona dan memastikan bahwa yang ia lihat kemarin tidak salah.

"Apa yang terjadi?"

"Biar kakek nenek yang menjelaskan, sabar dulu." jawab Bam berusaha tenang.

"Bagaimana bisa aku sabar sementara sedari tadi aku tidak melihat adik ku?! Bukankah semalam kamu bilang akan menemui nya?"

Bam hanya tertunduk dan diam, suasana hening sampai akhirnya kakek dan nenek datang.

"Baiklah dengarkan penjelasan kami terlebih dahulu.

Dahulu sekali, ada satu suku yang begitu kejam dan sangat suka berperang yang tinggal di daerah ini. Lebih tepatnya daerah yang berjarak beberapa kilometer dari hotel ini, dan daerah itu bernama Lembah Nahani.

Tidak ada yang tau pasti apa nama suku tersebut dan darimana asal usulnya, bagaimana bisa mereka datang dan menghuni lembah itu. Beberapa mengatakan bahwa suku tersebut adalah suku Naha dan beberapa mengatakan bukan. Tidak ada sejarah pasti tentang suku tersebut.

Beredar kabar dari mulut ke mulut, bahwa suku tersebut sangat mempercayai kekuatan iblis. Ada satu raja iblis dari dasar neraka yang sangat mereka takuti, sekaligus menjadi iblis yang mereka sembah.

Konon katanya mereka mendapatkan kekuatan ghaib dari raja iblis itu, dan kekuatan tersebut akan diwariskan secara turun temurun kepada para pewarisnya. Kekuatan nya begitu kuat dan besar, hingga konon katanya mampu mengubah bumi ini menjadi pecah berkeping keping.

Menurut kabar yang beredar, mereka kemudian diserang oleh beberapa penyihir putih. Tidak ada yang tahu darimana para penyihir putih itu datang dan atas perintah siapa, yang jelas setelah pertarungan tersebut suku jahat itu tak pernah terlihat lagi. Mereka tersegel." jelas kakek John.

"Oh ya tuhan! Aku tidak peduli dengan setan setan itu! Aku menanyakan kemana adikku!!" sela Seona tidak sabar.

"Kalau begitu bagaimana jika pertanyaan kami kembalikan padamu? Kenapa kamu melanggar pantangan kami?" tanya Nenek Emily.

"Aku? Melanggar? Apa yang kulanggar?"

"Aku kan sudah katakan pada nona untuk jangan naik ke lantai 4 kan? Kenapa nona naik?" kini Bam ikut bersuara.

"Alasan mu tidak masuk akal Bam. Untuk apa aku mendengarkan mu?"

"Jika kukatakan bahwa ada iblis yang bisa menghipnotis mu di atas sana apa nona akan percaya?" balas Bam sedikit emosi, peringatan nya dianggap angin lalu.

"Kamu terlalu percaya pada mitos mitos seperti itu! Kalian bertiga, kurasa kalian terlalu lama berdiam di tempat terpencil ini hingga melupakan tentang dunia nyata. Hal semacam itu tidak benar benar ada." Seona semakin emosi.

"Kamu hanya tidak memahami keadaan disini nona. Kamu hanyalah seorang pendatang, kamu tidak menghadapi kejadian kejadian janggal yang terjadi disini. Yang lebih penting lagi, kamu tidak tahu bahwa ada yang berusaha membuka segel itu, dan berniat memanggil kembali sang raja iblis."  Kakek John berdiri dan bersandar di dekat pintu kamar Seona. Dia mulai menyalakan cerutu dan menghisapnya perlahan.

"Ada yang berusaha membuka segel itu. Entah siapa, dan dampak nya sudah mulai terasa. Jika kamu bertanya apa buktinya? Tanyakan hal itu sendiri padamu, apa yang kamu lakukan di lantai 4 sampai subuh begitu?"

"Subuh?! Tidak mungkin! Aku hanya-" Seona terdiam, sangat tidak mungkin ia berdiri di lantai 4 selama itu. Ia ingat saat dia sampai di lantai 4 masih jam 9.30 malam. Bagaimana bisa sampai subuh?

"Kami punya kebiasaan bangun awal sebelum matahari terbit dan memulai aktivitas pagi kami. Saat aku hendak membersihkan lorong lorong aku lihat pintu kamar mu tidak tertutup dan kamu tidak ada di dalamnya.

Aku memanggil John dan mencarimu ke lantai atas lalu tepat saat kami menginjak kan kaki di lantai tiga kamu melompat begitu saja dari lobang di lantai 4. Apa yang kamu lakukan? Tidak kah kamu sadar bahwa tindakan mu mengerikan?!" jelas Nenek Emily dengan nada  khawatir.

"Tidak mungkin. Aku hanya ingin mengecek kondisi bangunan, dan kebetulan aku melihat satu cahaya kekuningan yang samar di balik bukit. Hanya itu, lalu ada suara yang memanggilku dari bawah dan aku terjatuh."

"Tidak! Kamu tidak terjatuh! Kamu melompat, melompat Seona! Kamu membahayakan dirimu sendiri! Kami melihatnya!" Nenek menjadi semakin histeris, air matanya keluar deras.

"Setidaknya kamu bisa bersyukur masih selamat. Jatuh dari ketinggian seperti itu, bukan hal main main. Sebuah keajaiban kamu bisa selamat. Lebih mengerikan lagi jika iblis itu membuat mu terjun keluar hotel dari lantai 4. Kami tidak tahu akan berbuat apa jika itu terjadi."

Seona terdiam karena masih sangat terkejut dengan penjelasan dari keluarga itu. Dia ingat betul, dia hanya mencoba melihat sesuatu dari lantai 4 dan sama sekali tidak berniat untuk lompat.

"Apa kalian sempat memanggilku ketika kalian mencariku?"

"Tidak. Kami tidak memanggilmu. Kami hanya menaiki tangga dan mencari mu di setiap ruang. Lalu itulah yang kami lihat, kamu melompat." jelas kakek John.

Suasana kembali menjadi hening. Lalu Seona kembali teringat dengan adik nya.

"Dimana adikku? Taehyun, bukankah dia bersama mu Bam?" tanya Seona sambil menggenggam tangan Bam kuat, berharap tidak ada hal buruk yang terjadi pada adik satu satunya.

Bam semakin menunduk, dan dengan suara bergetar menahan tangis dia berkata,

"Maaf."

"Kenapa meminta maaf? Apa yang terjadi?"

Bam tidak mampu menjawab, justru tangisan yang ia tahan lepas begitu saja. Seona menoleh ke arah kakek John meminta jawaban atas pertanyaan nya.
Kakek John kembali menghembuskan cerutu nya pasrah dan mengatakan kenyataan pahit nya.


"Taehyun hilang."

FIGHT -TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang