21. Ilusi Atau Sihir

106 36 27
                                    

Jangan lupa vote dan komen nya ya bestie se-MOA.

Happy reading

Malam ke 10.

Seona baru saja terbangun dari mimpi buruk nya. Rupanya dia sudah tertidur cukup lama karena kelelahan setelah berjalan hampir dua hari, tanpa berhenti. Entah tertidur atau pingsan, Seona sendiri tidak mengerti.

Kini dia melihat ke sekeliling, masih di tempat yang sama dengan yang sebelumnya, hutan lebat dengan kabut tebal yang menyelimuti.

Tes tes tes

Seona melihat ke arah langit, rupanya yang menutupi jarak pandang nya bukan hanya kabut melainkan awan mendung, sinar bulan sama sekali tidak terlihat. Mau seberapa keras Seona berusaha melihat ke segala arah yang ia temui hanya kegelapan.

Hujan semakin deras dan Seona merutuki diri nya sendiri akibat kecerobohan nya, kalau saja ia tidak langsung tidur di bawah pohon begini mungkin dia sudah aman berada di dalam tenda nya.

Hujan deras membuat Seona kesulitan untuk membangun sebuah tenda, ditengah usahanya membangun tenda petir tiba-tiba menyambar beberapa pepohonan di sekitar nya, dalam sekejap pohon yang letaknya tak jauh dari Seona sudah tumbang dan terbakar.

Seona terkejut bukan main, melihat situasi sekacau ini. Badai petir itu terus berlanjut, kini petir-petir itu seperti sedang berusaha menyambar apapun yang berada di dekat Seona. Seperti petir itu sedang mencoba membunuh Seona dengan tegangan tinggi nya.

Merasa tidak aman, Seona nekat berlari meninggalkan tenda yang hendak ia dirikan, kemudian segera berlari sambil membawa apa yang bisa ia bawa dan meninggalkan area itu.

Sesuai dugaan Seona, badai petir itu seperti mengarah kepadanya. Petir itu terus saja berdatangan, seperti mengejar Seona. Rasa takut sudah kembali menguasai diri Seona.

Sendirian didalam hutan gelap, penuh kabut, hujan deras disertai angin kencang, ditambah badai petir yang terus menerus menyambar pepohonan di sekitarnya, bagaimana mungkin Seona tidak ketakutan.

Ingatan tentang kematian kedua temannya, Yeonjun dan Bam entah mengapa tiba-tiba hadir menambah rasa takut yang ada dalam diri Seona. Seona semakin mempercepat larinya, dia sama sekali belum mau mati apalagi dengan segudang masalah dan misteri yang belum terpecahkan.

"Tidak! Aku belum mau menyusul yang lain! Aku harus membereskan kekacauan ini."

"Aku tidak boleh mati sekarang! Tidak boleh mati! Tidak! Aku harus hidup!"

Lari Seona semakin kencang begitupun rasa takut yang semakin memenuhi relung hati Seona? Apakah ini juga yang dirasakan Yeonjun dan Bam ketika maut hendak menjemput? Rasa takut akan kematian apakah benar-benar sebesar ini?

Seiring dengan semakin kencang nya Seona berlari, semakin petir itu seolah tidak ada hentinya memyambar pohon dan tanah di hutan itu. Seona bahkan tidak peduli lagi ketika kedua telinganya sudah berdarah, berlari di situasi sekacau ini ditambah suara petir yang sangat kencang secara terus menerus tentunya dapat membuat gendang telinga siapapun terasa sakit.
Seona terus berlari dan berharap ada nya suatu keajaiban yang menghampiri nya.

"Bukankah 'sang pemimpin' menginginkan aku sebagai wadah bagi Nephthys? Jadi harus nya aku tidak akan mati disini."
Seona terus berusaha meyakinkan dirinya bahwa dia tidak akan mati begitu saja.

Entah sudah berapa lama Seona berlari, kini pemandangan di hadapan nya sudah jauh berbeda dari sebelumnya. Badai petir itu tak lagi mengikuti nya, meski hujan deras masih membasahi bumi.

FIGHT -TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang