28. Dibalik Topeng

113 33 29
                                    

HAI HAI SEMUA!!
MASIH ADA YANG NUNGGUIN CERITA INI???

UNTUK BACA PART INI MUNGKIN KALIAN HARUS ME REFRESH INGATAN KALIAN DI PART ANTARA HIDUP DAN MATI

KALAU MASIH INGAT NAHH LANGSUNG AJA CUSS BACA PART INI

HAPPY READING💞💞💞

JANGAN LUPA TEKAN BINTANG NYA SEBELUM BACA YAA!!! LUV U ALL!!

HAPPY READING 💞💞💞

Note : tulisan yang diketik miring, anggap aja itu Flashback.



"Semua pilihan ada di tangan mu, Seona."

Setelah suara tersebut menghilang, Seona terdiam dalam ketidaksadaran nya. Tak lama dari perjalanan antara hidup dan mati yang telah Seona lalui, gelang pemberian dari Taehyun sedikit demi sedikit mengeluarkan cahaya kehijauan bercampur emas.

Seolah cahaya itu sedang menuntun Seona untuk kembali ke dunia nyata, dan menuntut nya untuk menyelesaikan apa yang sudah ia lewati. Seona membuka matanya secara tiba-tiba dan dorongan dari dalam paru-paru nya mendesak keluar melalui rongga mulutnya. Ia terbatuk parah dan kembali mengeluarkan cairan darah kehitaman yang kental, Seona sempat berpikir bahwa ini adalah akhir kehidupannya, namun pikiran itu seolah terhenti setelah tanpa ia sadar ia bahkan telah mampu menggerakkan seluruh tubuhnya.

Seona terus menggerakkan tubuhnya dan berenang menuju ke permukaan air, naas nya banjir yang menggenangi goa itu sudah terlalu tinggi hingga bahkan hampir menyentuh langit dari goa tersebut, sedikit saja Seona melakukan kecerobohan mungkin kepalanya berakhir membentur bagian langit goa yang runcing.

Entah keajaiban apa yang Seona dapatkan dari perjalanan singkat nya antara hidup dan mati, dia justru merasa segar kembali. Semua rasa sakit dan lelah yang ia rasa sebelum ini mendadak hilang, dan karena hal itulah ia kembali mengingat perkataan sang ibu dalam pembicaraan singkatnya.

"Aku harus kembali. Jika benar orang itu bahkan telah membunuh kedua orang tua ku, maka biar aku sendiri yang menusuk jantung nya."

Namun Seona kembali disadarkan oleh keadaan yang ia hadapi kali ini. Kondisi saat ini sedang hujan badai dengan arus banjir yang begitu deras, siap menyeret apapun yang melewati arus banjir tersebut.
Melewati lorong yang ia temukan dalam keadaan seperti ini sama sekali bukan ide yang bagus. Tidak ada yang benar-benar tahu apakah lorong tersebut memang menuju pada ruang lain atau hanya sekedar lorong buntu.

Selain itu, melewati lorong se sempit itu dalam keadaan yang penuh dengan air tentu juga bukan hal tepat, itu sama saja bunuh diri.
Maka satu satunya jalan keluar yang terpikir oleh Seona hanyalah mengambil peruntungan melalui mulut goa tersebut.

Di luar goa sana tentu saja arus banjir tidak akan ramah. Namun setidaknya ia masih akan memiliki kesempatan untuk bertahan dengan berpegang pada apapun yang ada di luar sana dan mendaki bukit ini menuju puncaknya.
Sekali lagi, hal itu terasa begitu mustahil bagi Seona, mendaki bukit batu tanpa peralatan saja sudah sangat sulit apalagi jika harus mendaki dalam keadaan hujan badai seperti ini. Itupun kalau ia mampu bertahan melawan deras nya arus banjir.
Namun, Seona tidak ada pilihan lain lagi selain itu, dia tidak ingin mati konyol hanya karena mencoba mengambil peruntungan dengan melalui lorong sempit yang sudah terendam banjir, yang bahkan ia tidak tahu apakah lorong itu adalah jalan yang tepat.

FIGHT -TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang