11. Tatoo

162 58 39
                                    

Hari kelima

"Kamu yakin Bam? Tebing ini terjal banget loh. Astaga! Pinggang ku bisa copot nanti!"

"Cerewet! Makanya jangan bawa barang kebanyakan! Tinggalkan saja peralatan masak mu itu! Merepotkan betul!"

"Isssh, apa sih hyung?! Kan hyung sudah lihat sendiri manfaat lain dari panci dan teflon yang aku bawa? Nih lihat sendiri, panci ku sampai peyok gegara kamu pakai buat getok ular kemarin!"

"Coba kemarin hyung lagi ga cuci panci ku, pasti hyung ga bisa ngelawan ular nya! Pokoknya pulang nanti hyung harus ganti panci kesayangan ku ini SELUSIN!" lanjut Soobin masih sambil mencoba membetulkan panci nya yang sudah tidak berbentuk akibat ulah kakaknya.

Perjalanan Seona dan Bam setelah bergabung dengan Soobin dan Yeonjun menjadi sedikit lebih berwarna, tidak ada kata damai antara kedua kakak beradik Choi itu. Bahkan hanya untuk berdamai selama satu jam saja tidak bisa, selalu saja ada yang mereka perdebatkan, bahkan jika mereka berempat sedang berada di situasi yang genting sekalipun.

Meski begitu Bam bisa sedikit merasa bersyukur setidaknya dengan keberadaan Yeonjun dan Soobin, Seona jadi lebih bisa tenang dan tidak terlalu tegang. Seona jadi lebih bisa tersenyum.
Lagipula, jika terjadi sesuatu di luar jalar antara dia dan Seona ada Yeonjun dan Soobin yang akan membantu mereka. Sejauh ini semua tampak lebih baik, meski rintangan mematikan dari hutan ini masih terus berdatangan, namun kerja sama mereka mampu membuat semuanya bisa ditangani dengan sangat baik.

"Bam? Bagaimana? Kamu yakin kita hanya perlu melewati tebing itu untuk sampai ke Lembah Nahani?"

"Ssst... Jangan sebut nama lembah itu keras-keras dong, punya rasa takut dikit bisa gak?!" Soobin memajukan jari telunjuk nya ke depan mulut Seona.

"Apa sih? Takut banget sama lembah itu? Kenapa? Takut kalau suku Naha turun dan memenggal kepala mu?" sewot Seona.

"Issshh, malah sebut nama suku nya lagi! Bukan sih, cuma aku kok ngerasa semakin dekat dengan lembah itu rasanya makin berat. Kita yakin nih beneran mau kesana?"

"Iya aku juga ngerasa begitu. Kalian ngerasa juga  gak?" Yeonjun menyetujui perkataan adiknya.

"Memang berat sih. Tapi mau bagaimana lagi? Bukan nya kita udah sepakat untuk menghentikan kebangkitan si raja iblis? Apa kalian ragu?" Bam turut membenarkan.

"Jujur aku masih ragu dengan yang satu itu, soalnya niat awal ku kemari hanya untuk mencari tahu kebenaran kematian orangtua ku, yang aku asumsikan pasti itu ulah manusia, dan memastikan dalang nya mendapatkan hukuman seberat beratnya. Tapi, aku sama sekali tidak berpikir kalau ini beneran ulah manusia yang menggunakan sihir, apalagi dengan cerita kalau orang itu hendak membangkitkan iblis."

"Ditambah kita tidak tahu pasti bagaimana cara kita menghentikan nya."

"Apapun itu, aku tetap pada keputusan ku. Aku tetap akan kesana, soal bagaimana caranya menghentikan semua ini bisa dipikir nanti. Yang jelas kita harus sampai sana dulu." usul Seona.

"Tidak kah itu terlalu gegabah dan beresiko tinggi? Apa tidak bisa kita cari tahu dulu, maksudku kita keluar dari hutan ini dan menyelidiki nya dari informasi di luar sana. Daripada kita justru tetap melangkah maju tanpa petunjuk sama sekali?" kali ini Soobin ikut bersuara.

"Aku tidak yakin dengan yang itu. Seperti yang sudah Bam katakan pada kalian kemarin, waktu kita hanya sampai bulan purnama besok, dan itu ada 20 hari. Sementara kita bahkan telah menghabiskan 5 hari di hutan ini. Kalau kita mundur dan melihat semuanya dari luar,  aku tidak yakin waktunya akan cukup."
Pada  kalimat terakhir suara Seona menjadi lebih lirih, seperti sedang berbisik. Bam mengetahui hal itu, sudah bisa memastikan Seona sedang berusaha mengontrol emosi nya, gadis itu sedang berusaha menahan tangis nya.

FIGHT -TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang