24. Pilihan Berat

91 35 13
                                    

HAI SEMUAA🤗
AKU UP LAGI NIEEH
JANGAN LUPA TEKAN TOMBOL BINTANG NYA YAA
TERIMAKASIH

NOTE: PERSIAPKAN MENTAL KALIAN!

Happy reading! 💞💞

Hari ke 18.

"SIAL!! BATU NYA GA MAU GESER SAMA SEKALI!" teriak Soobin kesal.

Sudah semalam suntuk Soobin dan Kai berusaha memindahkan batu yang menutup mulut goa. Beberapa batu kecil berhasil di singkirkan, tapi tumpukan batu yang lebih besar nampaknya sama sekali tidak bergerak.

"Hyung, tenang lah. Coba kita pecahkan saja batu-batu ini." usul Kai sambil terus memukul bebatuan tadi menggunakan batu yang lain dan palu. Berharap hal itu bisa membuahkan hasil.

Seona yang kondisi nya sudah semakin lemah hanya bisa terus terbatuk dan memuntahkan darah kental berwarna kehitaman. Racun nya semakin menyebar.

Merasa sudah tidak kuat bertahan, Seona menyandarkan diri ke dinding goa. Perlahan Seona merasa ada semilir angin dari bagian belakang telinga kanannya. Rambut kecil nya terus bergoyang pelan, menandakan bahwa angin itu memang ada.

Dengan segenap tenaga yang tersisa Seona menoleh, dan meraba dinding goa itu.
Betapa terkejut nya Seona, ketika tangan pucatnya secara tidak sengaja menyenggol bebatuan yang menutupi sebuah lubang di dinding goa.

Bebatuan itu terjatuh dan memperlihatkan lubang yang tidak seberapa lebar, Seona melongok ke arah lubang tersebut.
Ada lorong.
Lorong kecil yang hanya muat dilewati satu orang dewasa itupun dengan cara merangkak, dari lorong tersebut Seona bisa merasakan terpaan angin lebih kencang.
Artinya, ada jalan keluar.

"K-kai." panggil Seona lirih.

Yang dipanggil tidak menoleh. Sibuk dengan aktifitas memecahkan batu bersama Soobin.
Beberapa menit kemudian usaha Soobin dan Kai membuahkan hasil, batu besar yang paling bawah retak. Menyebabkan bebatuan diatas nya goyah dan memberi celah lebih lebar. Wajah senang dan lega terpancar dari keduanya.

Namun ternyata hal itu tak berlangsung lama, dari retakan dan celah yang ada justru masuk lah air hujan dari luar.
Bukan!
Bukan air hujan, banjir! Dari celah tersebut Soobin dan Kai bisa melihat bahwa keadaan di luar sama sekali tidak memungkinkan mereka untuk keluar, dan memecahkan batu yang menutup mulut goa ternyata tidak memecahkan masalah.

Banjir yang kemarin mereka lihat sekarang sudah jauh lebih tinggi, dan air banjir nya bahkan sudah memasuki goa tempat mereka berteduh sekarang. Air banjir itu terus menerus masuk dan mulai menggenangi lantai goa, perlahan tapi pasti banjir itu akan segera menenggelamkan mereka yang ada di dalam goa.

Soobin dan Kai menjadi semakin panik dan berusaha menutup kembali pintu goa, berharap agar air banjir tidak terus terusan membanjiri goa.

Namun arus banjir di luar benar-benar mengerikan, derasnya air banjir itu justru membuat bebatuan di mulut goa semakin terbuka lebar, sampai Soobin dan Kai tak sempat lagi menutup nya.
Nyawa mereka bertiga ada dalam bahaya.

"Ss-soobin!! Kemar-ri!" panggil Seona lagi.

Kali ini Soobin dan Kai menoleh dan mendekati Seona yang masih terduduk kaku.
Seona menunjuk lubang yang ia temukan, dan berkata.

"Lewat sini. Altar pemujaan ada di puncak bukit. Per-gi S-sekarang!"

"Baiklah, biar aku memggendong nuna. Kita akan kesana bersama." kata Soobin.

Seona menggeleng kuat. Dia menyadari lubang yang ada sama sekali tidak muat dilewati jika harus menggendong dirinya. Apalagi di kondisi nya yang semakin parah, akan semakin mempersulit perjalanan mereka.
Seona memilih tinggal.

"Apa maksud nuna?!! Nuna mau tetap disini?! Tidak! Tidak boleh!" teriak Kai sudah menangis.

"A-aku tidak apa. Ka-li-an yang harus pergi. Pergi!"

"Kami tidak bisa meninggalkan nuna disini!!! Nuna bisa tenggelam, banjir di luar sana sangat deras! Setidaknya biarkan kami menutup mulut goa ini! Ayo Kai!" Soobin juga telah menangis, dan berusaha bangkit menuju mulut goa tadi namun usahanya ditahan oleh Seona.

"A-aku mohon. Seka-li ini s-aja. Selamatkan T-taehyun, ad-dik ku." pinta Seona dengan sangat.

Situasi diantara mereka benar-benar mendesak, air banjir yang terus menerus menggenangi goa semakin meninggi, bahkan kali ini sudah setinggi paha manusia dewasa.
Soobin dan Kai masih terus menangis, sama sekali tidak rela meninggalkan Seona yang sudah mereka anggap sebagai kakak sekaligus teman seperjuangan mereka. Situasi ini benar-benar tidak adil bagi siapapun!

Seona kembali mendorong Soobin dan Kai untuk memasuki lorong kecil itu, karena air banjir sudah semakin meninggi.

"Cepatlah! Sela-gi masih ada waktu! Aku ti-tip kan semuanya pada, kal-lian! Per-gi lah. Uhuuuk, uhukkk!!"

Sekali lagi Seona memuntahkan darah, yang kali ini juga merubah warna air banjir yang menggenangi nya.

Dengan perasaan yang sangat berat, dan tangisan yang tidak berhenti Soobin mendorong Kai untuk lebih dulu memasuki lorong kecil itu.
Sebelum ia juga memasuki lorong tersebut, Soobin sempat berkata

"Kami berhutang nyawa pada mu nuna. Percaya kan sisanya pada kami. Kami akan selamatkan Taehyun! Demi nuna!"

Kemudian Soobin turut merangkak memasuki lorong tersebut dan merangkak menjauh. Seona bernafas lega, rasanya seperti beban di pundak nya menghilang.

"Apakah tugas ku sudah selesai? Inikah akhir kehidupan ku?" bisik Seona.

Kemudian, air banjir itu benar-benar menenggelamkan Seona yang malang.
Bersamaan dengan itu juga, Seona mendadak teringat momen-momen penting nya bersama Taehyun dan orang tuanya.








Beginikah rasanya ketika maut datang menjemput?
Rasanya damai. Tapi juga kosong. - Kang Seona.






Oke, aku ga kuat ngelanjutin part ini. 😭😭😭😭
Di lanjut part besok nya aja ya!
Butuh tisuu!!!
Mau nangis dulu bye!

FIGHT -TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang