22. Mimpi

92 37 32
                                    

Hai hai, aku up lagi nih baik kan? 😁😁

Yuk yuk ramaikan, terima kasih.




Seona terbangun ketika beberapa suara dentuman juga tanah yang ia pijak terasa bergetar. Kepalanya masih terasa pusing, badannya pun terasa begitu berat untuk digerakkan.

Ketika netra nya sudah benar-benar terbuka dia menjadi sangat terkejut, sejauh mata memandang yang ia lihat hanyalah gurun pasir. Kemudian ia melihat ke diri sendiri, semua masih sama.
Pakaian nya, luka luka nya, bahkan rasa sakit di betis akibat sengatan dari kalajengking kemarin masih sangat terasa.

Seona mencoba menggerakkan badannya dan mulai berjalan mencari tahu dimana keberadaan nya. Apalagi ketika ia sama sekali tidak dapat melihat lagi gunung batu yang menjadi kunci dari semua kekacauan yang ada.

Panik.
Tentu hal itu lah yang Seona rasakan siang ini. Terik matahari yang sangat panas khas daerah gurun membuatnya semakin mengalami dehidrasi. Dengan susah payah Seona terus berjalan mencari siapapun atau apapun yang bisa membantu nya.

Kemudian ketika ia sampai pada salah satu bukit pasir yang panas ia tumbang, kaki kiri nya mendadak mati rasa dan tidak bisa digerakkan. Seona mungkin melupakan melakukan pertolongan pertama pada dirinya sendiri setelah sengatan hewan paling mematikan di gurun pasir tersebut.

"Sial! Bagaimana bisa aku melakukan sesuatu jika aku bahkan tidak menemukan apapun disini?!"
Seona benar-benar sendiri, bahkan tas ransel dan perbekalan nya pun tak ada. Di seperti terlempar ke gurun pasir yang mematikan itu.

Suara dentuman dan getaran itu kembali terdengar. Setelah mengumpulkan keberanian, Seona kembali mendaki bukit pasir tersebut, meski saat ini kaki kiri nya bahkan tak bisa digerakkan. Mungkin saja separuh tubuhnya nanti juga tak akan bisa digerakkan jika tidak segera mendapat pertolongan.

Dengan menyeret kaki sebelah, Seona berhasil mencapai puncak bukit.
Yang ia lihat kali ini jauh lebih membuatnya kebingungan.

Ribuan orang mati telah memenuhi gurun pasir tersebut. Bahkan sebagian dari mereka banyak yang kehilangan anggota tubuh mereka. Gurun yang semula berwarna kecoklatan kini menjadi tergenang darah. Bahkan beberapa dari darah mereka terus mengalir menuju satu sumber mata air. Kalau tidak salah namanya oase.

Diantara banyaknya mayat mayat yang tergeletak, terlihat dua sosok yang sedang bertarung. Seona sama sekali tidak mengenali mereka, tapi dilihat dari pakaian yang mereka kenakan, bisa dipastikan jika mereka bukan orang biasa.

Jenderal? Panglima pasukan? Atau raja?

Seona kemudian terpaku melihat betapa mengerikan nya pertarungan kedua sosok itu. Salah satu dari mereka seperti sedang menggunakan kekuatan sihir nya, bersamaan dengan itu hampir seluruh pasir yang ada disana terangkat dan angin gurun bertiup begitu kencang.

Badai pasir.
Seona mencoba untuk berlindung, meski sebenarnya tidak ada tempat baginya untuk berlindung. Dia hanya berjongkok sambil menutup wajahnya, berharap badai segera berhenti.

"Bukan ini yang seharusnya terjadi! Aku harus kembali ke Lembah itu! Aku bahkan sudah menemukan gunung batu itu! Sialan! Tempat apa apaan ini?!"

Badai itu masih saja terjadi, bahkan seperti bertambah mengerikan, suara gemuruh angin bercampur pasir yang panas itu terus bergaung di telinga Seona. Namun anehnya angin itu bahkan seperti tak menyentuh Seona sama sekali.

Sedikit takut, Seona mulai mencoba mengangkat wajahnya dan melihat ke sekitar. Benar saja, badai pasir itu memang terjadi, namun Seona sama sekali tidak terkena dampaknya. Seolah ia hanya sedang berdiri melihat sebuah pertunjukan drama yang tampak begitu nyata di hadapan nya.

FIGHT -TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang