Part 1

1.3K 31 0
                                    

Kehancuran Affandy Frazendra terjadi ketika saat dia sedang berjuang bekerja keras untuk menikahi kekasihnya gagal total. Dikarenakan wanita itu belum siap menikah dan malam memilih pergi meninggalkan Affandy.

Setelah kejadian tersebut, kehidupan Affandy Frazendra menjadi tidak menentu lagi. Bahkan kedua orangtuanya begitu juga abangnya menjadi heran dengan perubahan perilaku pria itu.

Affandy Frazendra seperti kehilangan akal, setiap malam pria itu pulang dalam keadaan mabuk. Putus cinta yang ia alami benar-benar membuat dirinya berubah total.

"Ger ... Mami mau tanya sesuatu sama kamu," ucap wanita paruh baya.

"Mami mau tanya apa?"

"Kamu gak punya temen perempuan. Mami beneran kasian sama adik kamu itu. Mami berencana mau menikahkan dia, biar Andy cepat melupakan Fany."

"Hmmm ... Enggak ada, mi," jawab Gerald. Abang kandung Affandy Frazendra.

"Biarin dia gitu dulu. Dia butuh waktu untuk melupakan semuanya," ucap Fatir Zendra, suami dari Maria.

"Kalau kita biarin, takutnya kelakuan Andy jadi parah." Maria sangat khawatir dengan keadaan anak keduanya.

Kembali mereka melanjutkan sarapan pagi. Sama seperti hari-hari sebelumnya, Affandy masih enggan untuk berkumpul dengan keluarga kecil itu. Ia sangat terpukul ketika sang kekasih memutuskan pernikahan mereka.

"Eummm ... Bukannya papi sama mami dulu pernah menjodohkan Andy ya?"

Maria dan Fatir saling memandang, mereka mencoba memikirkan sesuatu yang di ucapkan oleh anak tertua mereka.

"Kalau gak salah anaknya om Irwan sama tante Liya," sambung Gerald Frizendra.

Kedua orang dewasa itu tersenyum. Sepertinya mereka memiliki pemikiran yang sama seperti pria yang mengingatkan mereka tentang perjodohan tersebut.

Disaat mereka sedang membicarakan Affandy Frazendra, pria punya nama pun datang dengan keadaan berantakan. Namanya saja baru bangun tidur, sudah pasti rambutnya acak-acakan.

Affandy Frazendra duduk di samping abangnya, bahkan kepalanya sangat pusing membuat dirinya bersandar pada laki-laki itu.

"Andy! Kalau kamu masih ngantuk, tidur aja di kamar."

"Kepala Andy pusing, bang. Pijitin ya." pinta Affandy.

"Pijitin apaan. Abang harus ke kantor. Gara-gara kamu gak masuk. Abang jadi banyak kerjaan."

"Andy ... Papi gak mau kamu terus-menerus seperti ini. Jujur, papi sebenarnya gak suka kamu mabuk-mabukan gak jelas," ucap Fatir.

"Dikit aja, pi. Gak banyak kok." Affandy masih mencoba untuk membela diri.

"Andy, kalau kamu seperti ini. Mami jadi sedih, mami juga gak bisa fokus kerja."

"Mami, papi ... Andy mau bersenang-senang. Biar Andy bisa melupakan Fany," ucapnya.

"Tapi cara kamu ini salah." Gerald membuka suara. "Kalau kamu beneran mau nikah. Harusnya kamu berdoa supaya cepat didatangkan jodohnya."

"Hoam ..." Pria itu menguap di depan wajah Gerald.

"Bau alkohol Andy. Gara-gara Fany kamu jadi rusak gini."

"Berdoa gak guna juga, bang. Gak akan datang secepat itu."

"Setidaknya kamu usaha," ucap Gerald.

"Andy."

"Kenapa mami?"

"Mami sedih lihat kamu yang sekarang. Kami gak tau harus gimana lagi supaya kamu bisa berubah kayak dulu."

"Caranya mudah, mi. Nikah! Andy mau nikah, biar Fany nyesel karena udah membuang Andy, gitu aja," ungkap Affandy.

Tetesan Air Mata SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang