Part 29

510 20 0
                                    

Malam hari Hulya sedang berada di kamar tamu. Wanita itu sedang menyetrika pakaian di sana. Janjinya kepada mertuanya tidak ia tepati. Hulya hanya ingin membuat hati orang tua Affandy senang. Tetapi pada kenyataannya, Hulya sudah tidak segila itu terhadap Affandy.

Kepeduliannya terhadap laki-laki itu sudah pudar. Bahkan untuk menatap Affandy saja dia sudah tidak mau. Hulya berada pada posisi yang seharusnya dari dulu ia lakukan, dengan tidak tergila-gila lagi kepada laki-laki yang ada di rumah tersebut.

["Maafin mama ya sayang. Mama belum sempat datang jenguk kamu."]

["Gak apa-apa, ma ... Hulya udah sehat kok, mama sama papa tenang aja."]

Sekarang Hulya sedang melakukan video call dengan kedua orang tuanya. Saat masih memiliki perasaan kepada Affandy, ia begitu jarang berkomunikasi dengan orangtuanya. Karena Hulya terlalu sibuk mengejar cinta laki-laki itu.

Kini Hulya menghabiskan waktunya untuk mengobrol dengan kedua orangtuanya karena sudah tidak mau tau tentang suaminya. Saat ini fokus Hulya hanya ingin berpisah dari Affandy.

["Padahal bentar lagi kami dapat cucu. Tapi mungkin belum rejeki ya,"] ucap laki-laki yang terlihat di layar ponsel Hulya.

["Mama ikut sedih sayang. Padahal baru aja kamu hamil setelah lama menunggu. Tapi malah keguguran."]

Hulya hanya tersenyum melihat kedua orangtuanya. Namun wanita itu kaget ketika ada yang merangkul pinggangnya.

Ia menatap sinis kearah Affandy yang duduk langsung di sampingnya.

["Assalamualaikum, ma, pa."]

["Waalaikumsalam ..."] Jawab kedua orang tua Hulya.

["Mama sama papa apa kabar?"]

["Alhamdulillah, baik. Kamu gimana, sibuk kerja ya karena itu gak pernah bawa Hulya ke sini lagi."]

["Iya, ma ... Dalam waktu dekat ini, Andy janji akan bawa Hulya pulang."]

Hulya menghentikan kerjaannya, ia sungguh tidak nyaman berdekatan dengan pria itu. Hulya mencoba untuk melepaskan rangkulan Affandy, namun laki-laki itu tetap tidak mau melepaskannya.

["Papa gak ada kerjaan di Jakarta?"]

["Untuk saat ini belum. Nanti kalau ada, papa kabarin kalian."]

["Andy mau minta maaf sama papa dan mama. Kalau aja Andy jagain Hulya, pasti sekarang Hulya masih mengandung."]

["Gak apa-apa sayang. Mama doain supaya kamu dan Hulya secepatnya diberikan momongan lagi."]

["Aamiin ..."]

Hulya menatap Affandy, ucapan dari laki-laki itu terlihat tulus. Namun Hulya tidak akan semudah itu untuk luluh dengan suaminya lagi.

["Udah dulu ya, sayang. Mama sama papa mau istirahat."]

["Iya, ma."]

Sambungan video call terputus, Hulya segera berdiri dan menatap kearah Affandy. Dia sangat kesal dengan kelakuan pria itu.

"Kenapa?"

"Kamu gak usah cari-cari kesempatan ya. Aku gak suka."

"Kamu kan istriku, wajar dong aku peluk."

"Aku bukan istrimu. Itu yang sering kamu bilang dulu."

"Hulya–"

"Dengerin aku Affan ... Kamu pikir aku akan menerima kamu. Jangan harap!" ucap wanita itu. "Aku udah terlanjur sakit hati karena ulah kamu sendiri."

"Hulya, maafin aku."

"Jangan sentuh aku!"

"Hulya, aku–"

Tetesan Air Mata SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang