Part 4

615 19 0
                                    

Sepulangnya Affandy dari kantor, ia langsung mencari keberadaan Hulya. Laki-laki itu masih belum bisa terima atas kejadian di kantornya tadi.

Affandy benar-benar merasa malu, ia beranggapan harga dirinya jatuh dikarenakan menikahi wanita berhijab. Secara orang-orang tau bahwa ia sangat suka dengan wanita yang berpakaian terbuka.

"Hulya!"

"Hulya!"

Affandy melangkahkan kakinya menuju beberapa ruangan secara bergantian untuk mencari sang istri.

Ternyata Hulya sedang berada di halaman belakang menyirami tanaman yang ada di sana.

"Aku di sini mas."

Mendengar sahutan dari istrinya, Affandy langsung menghampiri Hulya. Dengan raut wajah yang sangat masam, ia pun menggenggam lengan wanita itu dengan sangat kuat.

"Lepasin aku. Sakit."

"Sakit kamu bilang. Kamu tau gak, karyawan di kantor membicarakan aku gara-gara aku menikahi wanita berhijab seperti kamu."

"Masalah kamu apa sih. Harusnya kamu senang punya istri berpakaian tertutup."

"Itu menurut mu. Tapi aku lebih suka punya istri yang berpakaian terbuka. Aku sama sekali gak tertarik sama kamu."

"Lepasin mas. Aku mohon."

Affandy melepaskan genggamannya, ia pun mengambil alih untuk memegang selang air yang mengalir. Kemudian ia menyiramkan air tersebut kepada Hulya.

"Kamu ngapain sih. Kurang kerjaan banget."

"Aku malu Hulya. Aku malu punya istri seperti kamu."

"Mas, udah. Dingin tau."

Affandy pun menghentikan aksinya, ia masih menatap Hulya dengan tatapan yang sangat tajam.

"Kalau kamu mau aman. Ikuti kata-kata ku."

Affandy langsung berlalu pergi. Dalam kedinginan, Hulya menangis. Kalau tidak memikirkan orang tuanya. Mungkin ia akan meminta cerai kepada pria itu. Namun pernikahan mereka baru beberapa hari, akan malu rasanya jika harus berpisah.

[] [] []

Malam tiba, Hulya dengan wajah pucatnya sedang memasak makanan untuk sang suami. Ia melakukan kewajibannya sebagai seorang istri dengan sangat baik.

Saat dia sedang menyiapkan makanan tersebut, Affandy datang dan langsung duduk di kursi.

"Pembantu. Siapkan makanan ku sekarang."

Sekilas Hulya memejamkan matanya ketika Affandy berkata seperti itu. Dengan perlahan ia pun melakukan apa yang di perintahkan oleh suaminya.

Affandy mulai makan, sedangkan Hulya. Ia terus saja memandangi suaminya tanpa berkedip.

"Mas. Kamu beneran gak mau menganggap aku sebagai jodoh mu."

Affandy terdiam, ia terus saja mengunyah tanpa menoleh kearah Hulya.

"Sebenarnya kamu kenapa sih?" tanya Hulya bingung.

"Aku salah apa sama kamu?"

"Kenapa kamu marah sama aku?"

Prang!

Affandy melemparkan piring ke lantai membuat Hulya kaget. Ia beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Hulya.

Detik kemudian, tangan kasar itu sudah mencengkram kuat dagu Hulya.

"Aku, menyesal, menikahi, kamu."

Air mata Hulya menetes, lagi dan lagi Affandy mengeluarkan kata-kata itu.

Tetesan Air Mata SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang