Selama satu Minggu, persiapan demi persiapan sudah mulai dilakukan. Setiap harinya Maria-orang tua Affandy selalu mengambil informasi dari keluarga mempelai wanita.
Menjelang hari pernikahannya. Affandy Frazendra beserta keluarganya sudah bersiap-siap untuk pergi ke Kalimantan. Tidak terlalu banyak barang-barang yang disiapkan. Dikarenakan semua bawaan untuk sang mempelai wanita akan di siapkan di pulau tersebut.
Keempat orang itu sudah berada di Bandara untuk bertolak dari pulau Jawa menuju pulau Kalimantan.
"Hulya cantik 'kan, mi?" tanya Affandy.
"Cantik banget. Cantiknya bertambah," jawab Maria.
Affandy sangat senang mendengar penuturan dari ibunya itu. Niatnya untuk memanas-manasi sang mantan akan segera terwujud.
Terdengar suara pemberitahuan untuk para penumpang. Bahwa pesawat yang membawa mereka akan segera berangkat.
Keluarga kecil itu segera memasuki lapangan Bandara untuk masuk ke dalam pesawat.
Setelah melewati lautan di atas udara. Sampailah mereka di Kalimantan. Tidak langsung ke rumah mempelai wanita. Keempat orang tersebut harus bermalam di hotel. Sebelum akhirnya melangsungkan acara pernikahan.
Tanpa basa-basi lagi, masing-masing mereka masuk ke dalam kamar. Hanya dua kamar yang di pesan, dan masing-masing tempat tersebut diisi oleh dua orang.
Tidak ada obrolan apa-apa lagi setelah mereka sampai di sana. Karena sama-sama merasa lelah. Keempatnya istirahat di dalam hotel.
Hingga malam hari tiba, mereka berempat sedang berada di luar untuk makan malam.
"Berapa hari kita di sini?" tanya Affandy.
"Setelah pernikahan besok kita langsung pulang," jawab Fatir. "Banyak kerjaan di kantor. Gak mungkin papi sama Gerald yang ngurusin."
"Oh iya ... Mami sama papi juga udah siapin hadiah buat kamu."
"Hadiah apa?" tanya pria itu kepada ibunya.
"Hadiah rumah. Jadi nanti kalau kamu udah nikah. Kamu bisa tinggal di rumah itu."
"Hadiah Gerald mana?" tanyanya.
"Kalau kamu mau hadiah. Kamu harus nikah juga," sambung Fatir.
"Hahaha ..."
Mereka pun tertawa setelah mendengar perkataan yang di ucapkan oleh Fatir. Semuanya kembali melanjutkan makan di sela-sela obrolan ringan.
[] [] []
Pagi hari tiba, seorang pemuda dengan gagahnya sudah berpakaian rapi berwarna putih layaknya seorang pengantin. Tinggal beberapa jam lagi ia akan berstatus menjadi suami orang.
"Tunggu pembalasanku," batin Affandy mengingat mantan kekasihnya.
Laki-laki itu sudah tidak sabar lagi untuk segera melaksanakan ijab kabul. Ia ingin cepat-cepat membawa sang istri ke pulau Jawa. Untuk dikenalkan kepada mantan pacar.
Kebahagiaan tengah terpancar pada wajah Affandy Frazendra. Hanya hitungan menit lagi dia akan berubah status menjadi suami orang.
Kini laki-laki itu sudah duduk di tempat yang disediakan oleh pihak wedding organizer. Ia sudah tidak sabar untuk melihat Hulya Anindita, gadis cantik yang dijodohkan dengan dirinya.
Satu persatu tamu-tamu undangan mulai duduk di kursi untuk menyaksikan acara pernikahan itu. Begitu juga dengan orang tua dari Hulya, yaitu Irwan. Pria paruh baya itu sedang berhadapan dengan seorang laki-laki yang akan menjadi menantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetesan Air Mata Surga
Espiritual"Affan, aku mau nafkah batin," pinta Hulya. "Kalau kamu mau nafkah batin. Aku bisa mencarikan pekerjaan buat kamu sebagai PSK, biar kamu bisa merasakannya." Pernikahan mendadak tanpa adanya pertemuan terlebih dahulu membuat kekacauan tersendiri dala...