Beberapa hari telah berlalu, Affandy masih berada di rumah sakit untuk menemani Hulya Anindita. Akibat tendangan dari pria yang tidak dikenal, Hulya mendapatkan pendarahan didalam tubuhnya. Karena itulah ia sampai memuntahkan cairan merah tersebut beberapa waktu yang lalu.
Ingin sekali rasanya Affandy menemui Tiffany, namun tidak bisa ia lakukan karena harus menunggu kesadaran istrinya. Lagi pula dia tidak mungkin meninggalkan wanita itu, jika hal tersebut terjadi Affandy pasti akan mendapatkan amarah dari keluarganya.
Affandy yang sedang duduk di kursi samping brankar tempat Hulya berbaring tiba-tiba dikejutkan dengan pintu yang terbuka secara mendadak. Pria itu tersenyum ketika abangnya-Gerald Renandra tiba di ruangan itu.
"Abang gak ke kantor?" tanyanya.
Gerald dengan raut wajah yang masam menghampiri pria itu.
"Abang kenapa?" tanyan Affandy.
Deg!
Affandy kaget ketika laki-laki yang lebih tua darinya menarik kerah bajunya hingga mereka menjauh dari tempat Hulya berbaring.
"Abang ngapain?" tanyanya bingung.
"Tiffany."
Affandy menghela nafasnya, saat ini posisinya tidak aman.
"Jangan bilang, Hulya." Gerald menunjuk ke arah istri Affandy yang sedang tertidur lelap. "Hulya celaka karena Tiffany."
"Abang ngapain sebut dia."
"Kamu masih ada hubungan sama Tiffany?"
"Hubungan gimana, bang. Ketemu aja gak pernah."
"Abang udah tau, Andy ... Preman yang mencelakai Hulya suruhan dari Tiffany."
"Abang serius?"
Gerald bingung, reaksi Affandy kaget ketika mendengar ungkapan tersebut.
"Kamu beneran gak tau ini semua ulah mantan kamu itu?"
Affandy menggeleng pelan. "Ini baru tau karena abang bilang."
Gerald melepaskan kerah baju Affandy. "Abang minta maaf ... Abang pikir kamu masih berhubungan sama Tiffany."
Affandy membelakangi saudaranya itu. "Aku harus ketemu sama Tiffany, bang ... Ternyata dia yang udah buat istri Andy seperti itu."
"Tiffany memang gak punya hati. Setelah dia meninggalkan kamu sekarang dia malah mencelakai istri kamu."
"Dia bukan istriku," batin Affandy.
Affandy mencoba untuk berpura-pura dihadapan abangnya untuk melindungi dirinya sendiri.
"Eummm ... Bang, Andy bisa titip Hulya sebentar?"
"Abang harus buru-buru ke kantor. Memangnya kamu mau kemana?" tanya Gerald.
"Mau ketemu sama Tiffany. Andy gak akan biarin dia bahagia."
Gerald menatap adik iparnya yang tengah berbaring.
"Tunggu mami datang aja. Gak baik kalau abang disini sama Hulya."
"Andy percaya sama abang ... Abang gak mungkin macam-macam sama istri Andy."
"Enggak, Andy. Kamu tunggu aja di sini. Katanya mami nyusul tadi."
Affandy mengalah, untuk meninggalkan Hulya bersama abangnya pun sama sekali tidak membuatnya takut. Karena sampai saat ini rasa cintanya kepada Hulya tidak tumbuh juga.
"Abang pergi dulu ... Ingat, jangan tinggalin istri kamu."
Melihat saudara laki-lakinya sudah keluar dari dalam ruangan, Affandy kembali pada tempatnya tadi. Tangannya terulur mengelus wajah Hulya yang terlihat membiru akibat tamparan dari pria yang berkelahi dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetesan Air Mata Surga
Spiritual"Affan, aku mau nafkah batin," pinta Hulya. "Kalau kamu mau nafkah batin. Aku bisa mencarikan pekerjaan buat kamu sebagai PSK, biar kamu bisa merasakannya." Pernikahan mendadak tanpa adanya pertemuan terlebih dahulu membuat kekacauan tersendiri dala...