Part 12

472 17 0
                                    

Betapa senangnya hati Hulya, saat ini ia dan Affandy sudah berada di pesawat. Terlihat dari atas pemandangan begitu indah membuat hati menjadi tenang dan damai.

Affandy mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan wanita itu. Hulya merasa aneh dengan perubahan Affandy akhir-akhir ini, senyuman yang ia perlihatkan dibalas dengan tulus oleh Affandy.

"Indah ya."

"Iya ... Tapi kalau kita lewati kota malam-malam. Pasti lebih indah, ini kan yang kita lewatin laut."

"Maksud aku bukan itu, Hulya."

"Terus?" Hulya langsung menatap suaminya.

"Senyuman kamu ... Indah."

Hulya memalingkan wajahnya, Affandy benar-benar terlihat berubah drastis. Ia menyembunyikan rasa malunya dari laki-laki itu.

"Kenapa senyum-senyum gitu. Gak pernah di puji sama laki-laki?"

"Pernah. Tapi sekarang kan yang muji aku suami sendiri."

Affandy memutar bola mata malas, ia masih enggan untuk mengakui Hulya sebagai istrinya. Walaupun perlahan tanpa sadar dia mulai bergantung kepada Hulya.

"Affan ..."

"Hmmm ..."

"Nanti kalau di rumah, aku mau minta sesuatu."

"Minta apa?" tanya Affandy.

"Aku harap kamu jaga sikap jangan kayak di rumah kita ... Aku gak mau mama sama papa tau permasalahan kita."

"Hulya. Aku gak bodoh, kalau aku bersikap seperti itu. Sama saja aku membunuh diriku."

"Satu lagi."

"Apa?"

"Kalau mau telponan sama Tiffany. Tolong liat kondisi ya. Aku beneran gak mau kalau kamu dimarahi sama orangtuaku."

"Kamu tenang aja. Aku tau apa yang akan aku lakukan di rumah orangtua kamu."

"Makasih ya."

"Hmmm ..."

Genggam itu masih belum terlepas, Hulya berinisiatif menyandarkan kepalanya di pundak pria itu. Reaksi dari Affandy membuatnya heran.

"Kalau ngantuk tidur di sini," ucap Affandy menepuk pahanya.

"Di sini aja. Udah nyaman kok."

"Terserah kamu lah."

Tidak di sangka, Affandy malah menepuk-nepuk wajah Hulya. Sungguh perlakuan itu membuat Hulya lupa dengan sikap kasar Affandy Frazendra.

"Sebentar," ucap Affandy.

Hulya kembali memperbaiki posisi duduknya, Affandy mengulurkan tangannya kebelakang wanita itu dan ternyata dia membawa Hulya ke dalam pelukannya.

"Biar tambah nyaman kan."

Hulya semakin senang mendapatkan perlakuan itu dari Affandy. Dia sangat berharap jika pria itu akan terus bersikap sedemikian rupa.

[] [] []

Waktu terus berlalu hingga akhirnya Hulya dan Affandy sampai di rumah. Wanita itu sangat bahagia, setelah sekian lama berpisah dengan orangtuanya. Sekarang ia sudah berada di depan rumah tempat ia dibesarkan.

"Assalamualaikum ..."

Tok! Tok! Tok!

"Waalaikumsalam ..."

Terdengar suara seorang perempuan dari dalam rumah. Hulya dan suaminya saling memandang.

"Senang?"

"Iya ... Makasih ya udah bawa aku pulang," ucap Hulya.

Tetesan Air Mata SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang