Part 30

635 30 2
                                    

Affandy kebingungan di kantor, Fatir sama sekali tidak menginginkan kehadirannya di sana. Pria itu juga sadar dengan sikapnya hingga membuat orangtuanya sendiri kecewa pada dirinya.

Dari mulai dia datang, Affandy sama sekali tidak bertemu dengan Fatir. Ingin masuk ke dalam ruangan pria itu. Namun ia takut membuat keributan di sana.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk."

Seorang pria berperawakan rapi masuk ke dalam ruangan Affandy. Ditangannya sudah ada beberapa berkas yang kemudian ia letakkan pada meja kerja Affandy.

"Bang," ucap Affandy saat Gerald hendak melangkah pergi.

"Papi sibuk gak?" tanyanya. "Andy mau ketemu."

"Papi banyak pekerjaan. Jangan tambah dulu dengan permasalahan kamu."

"Andy cuma mau minta maaf sama papi. Andy tau, yang Andy lakukan salah."

"Minta maaf sama Hulya. Bukan sama papi."

"Tapi, kayaknya papi juga kecewa sama Andy."

"Sadar kan! Papi aja kecewa. Apalagi Hulya," ujar Gerald.

"Andy tau, bang ... Tapi Andy benar-benar sayang sama Hulya. Andy gak mau kehilangan dia."

Ceklek!

Pintu ruangan itu terbuka, seorang wanita berhijab sudah berada di depan sana.

"Hulya," ucap kakak beradik itu secara bersamaan.

"Kamu ngapain ke sini? Ada perlu sama aku?" tanya Andy.

"Tadi aku mampir ke rumah mami. Mami suruh aku bawain ini buat kamu."

Affandy tersenyum gembira, hanya ibunya yang bisa ia andalkan untuk saat ini supaya bisa lebih dekat lagi dengan Hulya.

"Ya udah. Abang keluar dulu."

"Abang gak makan sekalian?"

"Enggak, Hulya ... Lihat suami kamu. Dari tadi dia ngomongin kamu terus. Kayak orang kangen aja."

"Kangen sama istri kan gak apa-apa bang." Affandy tersenyum simpul.

"Kan satu rumah. Emang gak ngobrol?" tanya Gerald.

"Ngobrol, bang. Hulya juga perhatian kok. Dia melayani Andy dengan baik."

"Abang keluar ya."

"Makan dulu, bang."

"Enggak Hulya. Kalian aja."

Tinggallah sepasang suami istri itu. Hulya meletakkan makanan tersebut di atas meja.

"Kamu makan ya. Itu dari mami."

"Hulya ... Temani aku makan."

"Aku sibuk. Aku mau keluar."

"Keluar kemana. Harusnya kamu izin sama aku. Siapa tau aku gak kasih kamu pergi."

"Aku gak perlu izin Affan. Aku bukan istri kamu kan?"

Affandy mendekati Hulya, ia menggenggam kedua bahu wanita itu.

"Kamu mau ngapain?"

"Jangan bantah aku Hulya. Aku udah cukup sabar mencoba mengambil hati kamu."

"Aku juga udah sabar dari dulu mencoba mengambil hati kamu. Tapi kamu terus mukulin aku. Kamu gak peduli sama aku. Kamu-"

Cup!

Ucapan Hulya terhenti, Affandy memaksa wanita itu untuk berciuman. Hulya mencoba menolaknya namun Affandy tidak membiarkan istrinya lepas begitu saja.

Di bawah sana Hulya langsung menginjak kaki pria itu. Membuat Affandy melepaskan ciuman tersebut. Hulya ngos-ngosan, tatapan sangat tajam kearah Affandy.

Tetesan Air Mata SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang