Part 7

503 19 1
                                    

Semalaman kedua pasangan suami istri itu tidur berpelukan. Lebih tepatnya, Affandy lah yang memeluk Hulya sehingga tanpa sadar wanita itu merangkul pinggang suaminya.

Di pagi hari Minggu, Hulya Anindita terbangun dari tidurnya. Dia pikir sedang memeluk guling sampai-sampai wanita itu meremasnya. Namun ada yang aneh. Wanita itu membuka matanya.

Hulya sangat kaget ketika mendapati dirinya di peluk oleh Affandy. Dengan cepat Hulya mendorong tubuh pria itu hingga membuat Affandy terbangun.

"Kamu ngapain Affan?" tanya Hulya.

Wanita itu meraba kepalanya dan ternyata dia tidak mengenakan hijab.

"Jilbab ku," lirihnya.

"Ta-tadi malam. Kamu ngapain a-aku?"

Affandy mengucek matanya, dia ikut duduk menghadap kearah wanita itu. Tangan kekar itu terulur menuju wajah Hulya.

"Biru ... Masih sakit?" tanya Affandy.

Hulya ikut memegang wajahnya. Dia juga tidak sadar bahwa semalam telah di tampar oleh seorang pria hingga membuatnya jatuh pingsan.

"Perih," jawab Hulya.

"Makanya jangan jadi jagoan. Udah tau perempuan malah sok melindungi orang."

"Aku 'kan melindungi suami ku," ucap Hulya.

"Aku bukan suami mu," balas Affandy.

Perkataan yang sama, namun biasa saja bagi Hulya. Nada suara pria itu juga pelan. Hulya berpikir keras apa sebenarnya yang terjadi pada pria itu.

"Muka kamu juga biru-biru tau."

"Biarin."

"Makasih ya udah mau lindungi aku."

"Lindungi?" Affandy menaikkan sebelah alisnya. "Aku sama sekali gak melindungi kamu Hulya."

"Terus tadi malam apa?" tanya Hulya. "Gak usah gengsi kali."

Affandy menghembuskan nafasnya dengan perlahan. "Kamu dengerin aku. Gak ada yang boleh memukul kamu."

Perkataan itu membuat Hulya tersenyum.

"Kecuali aku," sambung Affandy.

Senyum yang terukir tadi kembali menghilang. Affandy sungguh tidak punya mengatakan hal itu kepada istrinya.

"Kamu makan dari hasil kerja ku. Jadi cuma aku yang boleh main kasar sama kamu. Bukan orang lain!"

Hulya menepis kasar tangan pria itu. Dia pun beranjak dari tempat duduknya menuju kamar mandi. Ada hal yang harus ia kerjaan di Minggu ini, seperti beres-beres rumah.

[] [] []

Hulya sedang berada di luar menyiram tanaman yang ada. Seorang pria di sebelah rumahnya juga baru saja keluar rumah dan menyapa dirinya.

"Pagi, Hulya."

"Pagi, pak."

"Wajah kamu kenapa?" tanya Vicky. "Dipukul suami kamu?"

"Bukan, pak!" jawab Hulya secara tegas.

"Terus?"

"Maafin saya, pak. Sepeda bapak rusak, tadi malam saya digangguin sama preman. Untungnya suami saya lewat."

"Apa saya bilang. Gak baik keluar malam-malam. Saya mau nganterin kamunya gak mau."

"Enggak apa-apa, pak."

Sejenak Hulya terdiam, saat pria itu hendak pergi dia kembali memanggil.

"Pak, Vicky."

"Iya, Hulya."

Tetesan Air Mata SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang