Part 16

485 10 0
                                    

Satu hari telah berlalu, Affandy dan Hulya masih berada di Kalimantan. Begitu pun dengan Vicky, dia sama sekali tidak nyaman berada di rumah itu. Apalagi dengan tatapan Affandy yang selalu tajam memandangnya. Namun ia juga tidak bisa menolak permintaan dari Irwan-teman baik orangtuanya.

Affandy dan mertuanya sedang berolahraga di sore hari. Bukan hanya mereka, Vicky juga ikut dengan mereka berdua.

"Kalau om punya anak perempuan lagi, pasti om udah jadikan Vicky menantu."

"Nikahkan aja Hulya sama Vicky biar papa seneng," batin Affandy.

Vicky tersenyum simpul. "Lagian kenapa dulu om gak nikahkan Vicky sama Hulya."

Affandy mengernyitkan dahinya, ia terus melangkah mengikuti kedua orang itu yang sudah di depan.

"Bukan jodoh ... Jodoh Hulya, Affan," ucap Irwan. "Om ikut bahagia melihat Hulya bahagia."

"Bahagia apanya. Lakinya aja suka mukulin dia," batin Vicky.

"Affan."

"Iya, pa."

"Gimana kabar perkembangan cucu papa."

"Hehehe ..."

Irwan terkekeh geli.

"Belum rejeki, pa."

"Coba aja Vicky yang jadi suami Hulya. Pasti dari kemaren papa udah dapat cucu."

Affandy mengepalkan tangannya. Ucapan dari Vicky sungguh membuat telinganya panas.

"Kamu bisa aja," ucap Irwan. "Kita pulang sekarang."

"Gak, pa. Affan, mau ngobrol dulu sama Vicky."

"Ya sudah. Papa duluan ya."

Rumah dan tempat mereka joging tidak begitu jauh, Irwan pulang duluan meninggalkan kedua pria itu. Terlihat Irwan sudah menjauh, tanpa aba-aba Vicky kaget ketika lehernya di cekik oleh Affandy.

"Maksud kamu apa ngomong gitu?"

"Tidak perlu munafik Affandy. Saya tau, pernikahan kalian sangat berantakan."

"Kamu gak perlu ikut campur."

"Kalau kamu tidak bisa memberikan cucu sama om, biar aku yang melakukannya."

"Kurang ajar!"

Affandy hendak memukul Vicky, namun tangannya langsung ditangkis oleh pria itu.

"Siapa kamu berani mukul saya."

Bugh!

Affandy mendapatkan pukulan pada wajahnya. Saat pria itu sedang lengah merasakan sakit yang ia dapat. Kembali Affandy dipukuli oleh Vicky.

Bugh! Bugh! Bugh!

Affandy tidak mau kalah, ia juga memberikan pukulan kepada pria itu. Walaupun yang paling parah adalah dirinya.

Affandy berdiri, saat dia hendak menyerang Vicky. Beberapa orang malah melerai perkelahian itu.

Vicky sangat senang, ia merasa jika pukulan tersebut tidak seberapa sakit ketika mendengar Hulya menangis akibat ulah Affandy.

[] [] []

Di rumah, Hulya baru saja pulang bersama ibunya. Mereka keluar untuk membeli bahan masakan di dapur.

"Hulya ke kamar dulu ya, ma."

"Iya sayang ..."

Saat membuka pintu Hulya melihat Affandy duduk di kasur membelakangi dirinya.

"Mas, udah pulang. Mau minum gak?"

Tidak ada jawaban dari Affandy, Hulya mendekati suaminya.

"Affan. Kamu kenapa?"

Tetesan Air Mata SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang