Part 9

495 20 1
                                    

Hulya Anindita pulang ke rumah, kali ini hatinya benar-benar sakit mendengar pengakuan dari Tiffany. Bagaimana bisa Affandy melakukan hal tak senonoh itu sedang ia mencoba menjaga dirinya dari pria lain.

Hulya menangis di sudut ruangan. Wanita itu tidak harus bagaimana lagi menghadapi kelakuan suaminya. Saat ini hatinya mulai lelah setelah mengetahui pernyataan dari Tiffany.

"Hulya!"

Terdengar teriakan dari Affandy. Pintu terhempas dengan keras, sepertinya laki-laki itu sedang marah besar.

"Hulya!"

Affandy melihat Hulya sedang duduk di lantai bersimbah air mata. Dengan tatapan tajamnya rahang yang begitu keras, Affandy menghampiri Hulya.

"Sini kamu!"

"Aw!"

"Sakit Affan, lepasin."

"Kamu mulai berani main-main sama aku?"

"Lepasin. Tangan aku sakit!"

Hulya mencoba untuk melepaskan genggaman pria itu. "Affan aku mohon lepasin."

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Sakit?" tanya Affandy. "Itu balasan karena kamu udah nampar Tiffany."

"Dia duluan Affan. Dia terus gangguin aku."

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Lepas."

Hulya berurai air mata. Sakit yang ia rasakan sudah tidak tertahankan lagi.

"Kamu jangan bohong Hulya. Tiffany ke sana cuma mau duduk tapi kamu malah menampar dia."

"Affan aku mohon. Tangan aku sakit."

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Sakit 'kan. Ini yang aku rasain setelah kamu menampar kekasih ku."

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Sakit."

Affandy tidak punya hati ia meremas pergelangan tangan Hulya dengan sekuat tenaganya.

"Affan hentiin."

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Rasin aja Hulya. Kamu sendiri yang cari ribut sama aku."

"Affan aku gak kuat. Lepasin."

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Nikmati aja Hulya. Ini 'kan yang kamu mau."

"Affan aku mohon lepasin."

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Kamu yang mulai duluan. Jadi rasain aja."

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

"Mama, papa."

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

Seketika Affandy melonggarkan genggamnya ketika Hulya berteriak memanggil orangtuanya.

Hulya memegangi pergelangan tangan yang sudah memerah.

"Hiks ... Hiks ... Hiks ..."

Dia menangis dengan sesegukan.

"Sakit," lirih wanita itu.

Hulya menatap Affandy. "Kamu mau tau kenapa aku nampar dia?"

"Itu karena salah kamu."

"SALAH KAMU AFFAN!" bentak Hulya.

"Aku mencoba menjaga diri tapi kamu malah tidur sama perempuan lain."

Tetesan Air Mata SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang