Hari demi hari telah Hulya lewati bersama Affandy, namun sampai saat ini juga laki-laki itu belum pernah mengatakan kepada Hulya bahwa ia telah menerima wanita itu sebagai jodohnya.
Saat ini saja, Affandy sedang menyusun rencana untuk bercerai dengan Hulya. Dia tidak mau jika Tiffany menikah dengan orang lain.
Pagi ini Hulya sekarang bersiap-siap untuk segera pergi. Namun entah apa yang terjadi pada suaminya, Affandy malah melarang wanita itu untuk bekerja.
"Aku heran aja. Ngapain kamu larang aku kerja."
"Sekarang kerjaan kamu cuma jadi pembantu di rumah ini. Gak boleh kerja di luar."
"Apaan sih. Aku gak mau ... Aku akan tetap kerja, dan kamu gak usah takut. Rumah kamu ini gak akan berantakan."
"Kamu bisa dengerin aku gak?"
"Aku selalu kok dengerin kamu. Bahkan udah aku dengerin kamu tetap marah sama aku."
"Hulya ... Bisa gak sih kamu itu jangan melawan."
"Awas! Aku mau pergi."
Affandy tetap berdiri di depan pintu supaya istrinya tidak pergi kemana-mana. "Kamu boleh pergi. Tapi harus ganti pakaian dulu."
"Aku gak mau. Kamu jangan paksa aku."
"Aku malu Hulya. Gara-gara kamu berpakaian seperti ini aku di ejek sama temen-temenku."
"Harusnya kamu senang aku berpakaian seperti ini. Bukannya malah marah gak jelas."
"Aku gak suka. Aku mau kamu pakai baju seksi, baju terbuka."
"Awas, Affan. Aku mau pergi kerja."
Sekuat tenaga Hulya mencoba mendorong tubuh Affandy, namun aksinya gagal.
"Kamu gak boleh keluar rumah lagi kalau pakaian kamu seperti itu."
"Kamu gak ada hak buat larang aku. Kamu sendiri yang bilang aku bukan istrimu."
Affandy menarik lengan Hulya membuat wanita itu kesakitan.
"Affan lepasin. Tangan aku sakit."
"Kamu harus aku hukum. Karena berani melawan."
[] [] []
Beberapa menit sudah berlalu, sekarang Hulya duduk kurang meja rias dengan tubuh yang terikat oleh tali.
"Lepas, Affan. Kamu jangan gila."
"Kamu gak boleh kemana-mana."
"Aku gak akan kemana-mana. Tapi lepasin aku."
"Gak akan Hulya. Malam ini teman-teman ku mau datang, kamu harus aku kunci di kamar ini."
"Affan. Jangan gila. Aku istri kamu bukan tahanan."
"Arghhh ... Kamu itu benalu di hidupku, bukan istriku."
"Tolong, tolong."
Affandy panik ketika Hulya berteriak, ia pun menyumpal mulut wanita itu sendiri sapu tangan. Hulya jadi susah berbicara. Tatapannya sangat tajam kearah Affandy.
"Tenang Hulya. Gak lama lagi aku akan membebaskan kamu ... Kita akan ceria."
Air mata Hulya menetes, bukan hanya perlakuan laki-laki itu. Ia juga tidak terima jika harus berpisah dengan suami. Hulya Anindita sudah terlalu mencintai Affandy, membuat dia sampai lupa dengan kelakuan kasar pria itu.
Seperti biasa, melihat Hulya meneteskan air matanya. Affandy malah merasa kasihan, segera mungkin pria itu mengeluarkan sapu tangan yang ada di mulut Hulya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetesan Air Mata Surga
Spiritual"Affan, aku mau nafkah batin," pinta Hulya. "Kalau kamu mau nafkah batin. Aku bisa mencarikan pekerjaan buat kamu sebagai PSK, biar kamu bisa merasakannya." Pernikahan mendadak tanpa adanya pertemuan terlebih dahulu membuat kekacauan tersendiri dala...