Part 14

689 15 0
                                    

Hulya dan Affandy akhirnya jalan-jalan, itu adalah permintaan dari Affandy sendiri. Dia terlalu bosan di rumah mertuanya.

Affandy pergi ke sebuah tempat keramaian di kota itu. Banyak orang-orang datang ke sana, dari semua kalangan umum baik anak-anak maupun dewasa semua orang datang ke tempat itu.

Hulya merasa tenang, saat mereka datang hingga sekarang genggam tangan itu tidak terlepas sama sekali.

"Seru ya. Aku gak pernah datang ke tempat beginian."

"Iya lah. Kamu kan orang sombong, mana mau pergi ke tempat umum seperti ini."

"Ini kan aku mau. Jadi kamu gak usah bilang aku sombong."

"Sama aja kali."

"Aw!"

Affandy menarik kerah baju seorang pria ketika Hulya hampir saja terjatuh akibat pria itu.

"Kamu mau cari ribut sama saya?"

"Maaf, mas. Saya gak sengaja."

"Affan udah. Dia gak sengaja kok."

"Kalau bukan karena istri saya. Mungkin kamu akan kehilangan nyawa malam ini," ucap Affandy.

Ia melepaskan laki-laki itu. "Maaf, mbak."

Hulya hanya senyum saja.

"Ngapain senyum-senyum?" tanya Affandy. "Seneng ya disentuh sama laki-laki itu."

Hulya tersenyum bukan karena tuduhan yang diucapkan oleh suaminya itu benar. Tetap ia tersenyum saat mendengar Affandy mengatakan bahwa dia adalah istri dari pria tersebut.

Mau Affandy sadar dengan ucapannya ataupun tidak. Hulya sudah merasa bahagia akan hal itu.

"Iya. Aku senang lah."

"Affan, sakit."

Lagi-lagi tangan Hulya di cengkram kuat oleh suaminya. "Kamu bilang apa tadi?"

"Sakit, Affan. Lepasin ... Aku bercanda."

"Bercanda kamu bilang. Rasain ini."

"Affan aku mohon. Perih!"

Affandy segera melepaskan genggaman tersebut. Seperti biasa ketika melihat Hulya akan menangis ia langsung merasa bersalah.

"Hulya, aku minta maaf. Aku gak sengaja."

Hulya menundukkan pandangannya menatap lengannya yang sudah memerah.

"Maafin aku."

"Ayo pergi, aku mau pulang."

"Hulya, aku masih mau di sini. Di rumah bosan."

"Kalau kamu mau, kamu di sini aja. Aku mau pulang."

Affandy mengikuti langkah Hulya dari arah belakang. Ia mencoba untuk merayu wanita itu lagi, namun Hulya tidak mau luluh begitu saja.

"Hulya jangan gini. Aku mohon."

"Kamu pulang sendiri. Dekat kan, jadi gak akan tersesat."

"Ojek, bang."

"Hulya."

"Jalan sekarang, mbak?"

"Iya!"

"Hulya jangan tinggalin aku."

Hulya ingin tegas dengan Affandy. Malam ini ia ingin mengetahui apakah Affandy akan mengejarnya.

Perkiraan Hulya salah besar, Affandy malah stres di sana. Dia merasa kesepian setelah Hulya pulang.

Tetesan Air Mata SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang