Part 34

967 30 8
                                    

Hulya mulai yakin kepada suaminya, makin kesini pria itu benar-benar perhatian. Affandy mulai mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh istrinya. Tidak ada kata terlambat untuk Hulya saat ini. Sebisa mungkin Affandy akan melakukan yang terbaik.

Affandy dan Hulya sedang menyaksikan acara televisi. Sedari tadi mereka hanya fokus menonton tanpa adanya obrolan sama sekali. Tangan pria itu tidak henti-hentinya mengelus perut sang istri.

"Gak bosen ngelus-ngelus?"

"Enggak ..."

Tiba-tiba Affandy merubah posisi untuk berbaring di pangkuan Hulya. Ingin melarang, tapi Hulya juga tidak boleh egois sebagai istri.

"Hulya ..."

"Iya ..."

"Udah hampir satu bulan kamu kembali sama aku ... Kamu gak mau melakukan kewajiban kamu lagi sebagai istri?"

"Kewajiban apa Affan. Makan minummu aku sediakan dengan baik. Pakaian kamu aku cuci, rumah kamu selalu bersih aku buat. Terus apa lagi?"

"Aku laki-laki normal Hulya dan udah menikah sama kamu. Aku yakin kamu tau apa maksud ku."

"Tadi malam kan udah."

"Beda, Hulya. Kamu belum sepenuhnya melakukan kewajiban sebagai seorang istri."

"Kamu memang belum berubah. Kamu cuma menjadikan aku sebagai pelampiasan nafsu mu aja."

"Aku gak bermaksud seperti itu. Aku-"

"Udah cukup. Aku gak mau denger apapun dari kamu."

Hulya mencoba untuk menyingkirkan kepala pria itu. Kemudian ia langsung beranjak dari tempat duduknya.

"Kamu mau kemana?" tanya Affandy.

"Aku bosan. Kamu gak mau ngajak aku jalan?"

"Kamu mau jalan-jalan?" tanya Affandy.

Hulya mengangguk pelan.

Affandy beranjak dari tempat duduknya mendekati wanita itu. Perlahan tangannya mengelus wajah Hulya. "Kamu pakai jilbab dulu sana. Biar kita jalan-jalan."

Wanita itu tersenyum simpul, ia pun menangkup wajah Affandy dan mengecup singkat bibir suaminya.

"Tunggu sebentar ya. Gak lama kok."

Affandy mematung dengan apa yang baru saja terjadi, ternyata seperti itu rasanya jika tidak ada paksaan. Mungkin itu juga yang diinginkan oleh Hulya darinya dulu.

Hulya mengehentikan langkah kakinya, ia menoleh kearah belakang untuk melihat Affandy.

"Apalagi sayang?" tanya pria itu.

"Perutku sakit, mas."

"Sakit gimana?" tanya Affandy yang langsung menghampiri istrinya.

"Sakit."

"Kita ke rumah sakit sekarang."

Affandy langsung menggendong istrinya ala bridal style.

"Hahah ..."

"Turunin, iiih. Aku gak apa-apa tau."

"Kamu bohongi aku?" tanya Affandy.

"Panik banget," ucap Hulya sambil menahan senyumnya.

"Panik lah. Kamu kan istri ku. Kalau terjadi sesuatu sama kamu aku pasti khawatir."

"Yakin khawatir?" tanya Hulya.

"Khawatir sayang. Masih gak percaya juga."

"Ya udah. Turunkan aku sekarang, aku mau ambil jilbab. Terus jalan-jalan."

Tetesan Air Mata SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang