TTL 05

3.4K 53 7
                                    

Arbei dan Leon berada dalam satu lift menuju lobby kantor Nick. Setelah keluar dari ruangan, baik Arbei ataupun Leon tidak ada yang bersuara.

Leon sebenarnya sudah tau sejak dulu dan selalu menyadarkan Nick atas konsekuensi yang di dapatkan jika terus melakukan hubungan seperti ini dengan Arbei. Tapi Nick sungguh tidak peduli.

Arbei wanita yang sangat baik dan lembut, Leon bisa tahu itu sejak pertama kali Leon bertemu Arbei di kantor. Dan sangat menyayangkan Arbei menjadi selingkuhan dari Nick.

Padahal jika dilihat, Arbei sosok yang nyaris sempurna. Arbei bisa mendapatkan pria yang sempurna juga walaupun Nick termasuk salah satu pria itu.

" Tidak perlu mengantarku. Aku masih bisa menyetir. Thank you " Ucap Arbei tanpa menatap Leon yang berada tepat di sampingnya.

Leon menoleh dan menatap Arbei yang menatap lurus ke pintu lift. Memang mereka tidak pernah bertemu secara langsung, karna Arbei selalu datang ke kantor Nick pada saat istirahat siang.

Tapi Arbei tidak tahu, kalau kadang Leon menatapnya secara diam diam dan Arbei tidak menyadarinya ketika Arbei telah selesai bertemu dengan Nick.

" Tapi bu, pak Nick sudah memberi perintah." Ucap Leon pelan tapi tegas

" Katakan saja kamu sudah mengantarku agar kamu tidak merasa takut. "

" Tapi bu, sayaaaa --- " Bunyi lift terdengar dan pintu terbuka.

Arbei melangkah keluar lebih dulu dan mempercepat langkahnya. Leon mengekori Arbei dengan langkah cepat juga.

" Bu " Leon mencekal tangan Arbei. Arbei berhenti dan menoleh. Keningnya mengerut menatap Leon.

" Maaf Bu. " Leon melepaskan cekalannya.  " Biar saya antar ibu. Saya takut Pak Nick marah dan memecat saya "

Arbei memejamkan matanya dan membuang nafasnya. " Aku sudah katakan tidak perlu. Aku akan menelfon Nick jika kamu takut akan di pecat. "

" Tapi bu, tung------" Dan lagi Arbei pergi begitu saja meninggalkan Leon.

" Kasian sekali wanita itu. Pantas saja Nick tidak ingin melepasnya, dia walaupun menahan amarah, tapi terlihat sangat cantik. " Gumam Leon.

-----------------------------------------------------------

" Tinggalkan wanita itu " Desis Vanes

Nick hanya sibuk memakai pakaiannya dan sama sekali tidak ingin meladeni Vanes.

" Nick, kamu dengar aku bukan? Tinggalkan wanita sialan itu!!! "

"Stop!!!!!" Nick menatap Vanes dengan rahang mengeras. " Jangan pernah katakan Arbei dengan kalimat sialan. " Lanjutnya.

" Cih, kamu semarah ini hanya karna aku mengatakan fakta. " Vanes tertawa getir.

" Aku penasaran seberapa hebatnya dia melemparkan tubuhnya padamu sampai kamu lupa semuanya!!! "

Vanes mencekal lengan Nick dan menatap Nick dengan mata memerah " Kita sudah bersama lebih dari sepuluh tahun Nick. Aku sudah melayanimu sekuat tenaga aku. Aku sudah berkorban untukmu. Kenapa kamu berani bermain dengan wanita lain Hah!!!!!!!! "

Akhirnya airmata Vanes yang sejak tadi ditahannya akhirnya tumpah. Tangannya di lengan Nick bergetar menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.

" Apa karna aku tidak secantik dia? Apa karna aku kembali bekerja? Apa karna kita tidak memiliki anak? Katakan apa alasan mu. Aku ingin mendengarnya "

Mulut Nick membuka ingin mengatakan sesuatu tapi diurungkan niatnya. Perasaannya terluka melihat Vanes yang menangis di hadapannya dengan tubuh bergetar.

The Last Love  (  A R B E I  ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang