TTL 15

2.2K 46 0
                                    

Kini Arbei dan Nick duduk bersebrangan di meja makan. Keduanya makan dengan diam. Setelah apa yang dilihat Arbei tadi, rasanya sangat sulit untuk mengunyah makanannya.

Kegiatan Nick terbayang bayang di kepalanya. Melihat ekspresi puas Nick walaupun hanya dengan bermain solo, membuat Arbei merasa merinding dan juga berkedut.

Arbei menutup matanya meredam semua perasaan yang menimpanya saat ini. Salah menawarkan Nick untuk tinggal dan makan di rumahnya. Harusnya Nick sudah pergi sejak tadi sehingga hal seperti ini tidak terjadi didepan matanya.

" Aku sudah kenyang " Arbei mendorong pelan piringnya.

" Aku perhatikan hanya sesuap saja yang masuk dimulutmu . Bahkan kamu mengunyahnya sangat lama dan susah payah "

Nick memutar ujung sendoknya sambil memperhatikan Arbei yang mulai merasa gelisah di tempat duduknya. Terlihat Arbei berkali kali menjilat bibirnya sendiri tanda yang sangat Nick hapal jika Arbei merasa gelisah.

" Tapi aku tidak ingin makan lagi " Arbei menyambar gelas dan meminum air dengan cara tergesa gesa sampai Arbei tidak merasa airnya menetes dari mulutnya

Entah sejak kapan Nick sudah ada di sebelahnya dan merebut gelas ditangan Arbei. Aktifitas minum Arbei terhenti. Arbei melotot dan memandang Nick tajam.

" Minum dengan benar. Tubuhmu bisa basah kalau cara minum mu seperti itu "

Tangan Nick dengan lihai menyeka air yang menetes di dagu bahkan sampai leher Arbei. Tetesan air juga memasuki area belahan dada Arbei.

" Kalau kamu tidak ingin makan, bagaimana kalau memakanku saja? " Ucap Nick . Refleks Arbei menahan tangan Nick yang menyeka bagian dada atasnya.

" Pulanglah " Pinta Arbei.

" Kamu mengusirku? Bukankah tadi kamu menawarkan makan padaku? Lihat makananku saja belum habis "

" Oke. Setelah makanan mu habis , kamu langsung pulang saja " Arbei mengambil tissue dan menyeka air yang mengenai tubuhnya.

" Kenapa hm? Kamu tidak suka aku disini? Atau kamu takut tidak bisa mengontrol dirimu sendiri? " Tebak Nick sambil memainkan rambut Arbei.

" What are u talking about? " Desis Arbei dan menyingkirkan tangan Nick yang mengelus rambutnya. Nick tahu itu salah satu kelemahan Arbei.

" Forget it. Aku akan menyelesaikan makanku, setelah itu aku akan pulang. "

Nick kembali ke tempat duduknya dan melanjutkan makannya. Tidak lagi ingin menatap Arbei dan hanya sibuk menghabiskan makanannya.

Arbei menggigit bibirnya memperhatikan Nick yang sedang serius melahap makanannya. Benar saja, berdekatan dengan Nick selalu saja membuatnya ingin menempel dan melemparkan dirinya pada Nick.

Dihadapannya Nick terlihat sangat menggodanya. Dengan rambut yang acak acakan, bulu di rahang yang mulai tumbuh, kemeja yang di keluarkan dari celana, juga dua kancing teratas terbuka menampilkan dadanya yang berbulu.

" Aku sudah selesai. Aku akan membantumu membereskan ini semua " Nick membersihkan mulutnya dengan tisu.

" Tidak perlu. Biar aku saja sendiri. " Tolak Arbei

Sempat diam sebentar, Nick kemudian bersuara " Baiklah. Kalau begitu aku langsung pulang saja. "

Nick menyambar jasnya di lengan sofa dan mengambil kunci mobilnya. Arbei yang melihat Nick sama sekali tidak menatapnya merasa sedikit kecewa. Dirinya sadar kalau sudah tega pada Nick. Arbei yang menawarkan lalu Arbei pula yang mengusir nya.

Arbei mengantar sampai di mobil Nick. Setelah mengucapkan Terima kasih atas jamuannya, Nick langsung saja masuk mobil dan menyalakan mesinnya. Tidak lama Nick menjalankan mobilnya tanpa mengucapkan perpisahan pada Arbei.

The Last Love  (  A R B E I  ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang