TTL 28

1.2K 22 0
                                    

Bokong Nick mendarat di pinggir ranjang di sisi sebelah kanan Arbei. Tangannya dengan telaten mengaduk fettucine di dalam bowl. Arbei bersusah payah untuk tidak melirik ke arah Nick ataupun fettucine yang sangat menggoda selera.

" Buka mulutnya "

Kalau tadi Arash yang menyuapinya dengan segala bujukan, beda halnya dengan Nick yang to the point . Sekarang ujung Sendok sudah menyentuh bibir tipis miliknya

Arbei mendongak dan menyambar sendok juga fettucine di tangan Nick. " Aku bisa sendiri. " Ucap Arbei dingin.

Dengan cepat, Arbei menyimpan sendok ke dalam bowl dan menaruh nya di atas pangkuannya. Nick memperhatikan Arbei yang sama sekali tidak ingin menatap nya. Bahkan ketika merebut makanan dari tangannya, Arbei tidak melihat wajah Nick sedikit pun.

" Sepertinya kamu tidak suka aku datang kesini " Ujar Nick sendu.

" Arash yang memintaku membawakan makanan kesukaan mu, jadi aku pikir kamu sudah ingin menemuiku " . Tatapan Nick tidak lepas dari Arbei.

" Harusnya Arash tidak perlu merepotkan siapapun. Lagipula itu sama sekali bukan tugasmu. " Balas Arbei dingin

Nick terdiam sesaat. Jemarinya berjalan memperbaiki helai rambut Arbei yang terkena perban. Arbei tersentak, dan akhirnya menoleh menatap Nick.

" Apa yang k---- " Kalimat Arbei terpotong oleh Nick

" Aku akan pergi setelah ini "

" Aku tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman jika aku ada di sekitarmu. " Lanjut Nick.

Meninggalkan rambut Arbei, sekarang jemarinya mengelus pipi Arbei pelan. " Melihat kamu perlahan pulih seperti ini, aku bersyukur dan bahagia. "

" Boleh aku meminta sesuatu darimu? " Tanya Nick dengan menatap Arbei sangat dalam.

" Tolong Jaga diri kamu. Aku mencintai jiwa dan ragamu. Tolong jaga itu untukku. Kalau nanti aku tidak bisa bersamamu, sampaikan pada orang beruntung itu untuk selalu menjagamu. " Suara Nick mulai serak. Kepalanya sedikit menunduk.

" Hmmm "

Hanya itu respon dari Arbei yang kemudian menjauhkan tangan Nick dari pipinya lalu memalingkan wajahnya.

" Kamu sudah berjanji pada Arash, habiskan makananmu. Aku harap kamu segera sembuh. Aku pergi "

Setelah Nick pamit dan meninggalkan ruangan, Arbei menatap pintu dengan air mata sudah bercucuran di pipinya. Dadanya sangat sakit. Perasaannya terluka lagi.

Perlahan Arbei menyuap makanan kedalam mulutnya masih dengan keadaan menangis. " Kenapa harus seperti ini " Lirih Arbei.

Sementara di balik pintu, Arash bisa melihat Arbei lewat kaca sempit yang terdapat pada pintu. Hatinya ikut sakit melihat adik satu satunya menahan perasaannya karena menuruti permintaannya .

------------------------------------------------------------------------

3 hari kemudian

" Aaaaaaahhhhhhhhhh akhirnya aku pulang "

Arbei merentangkan tangannya menghirup udara di halaman rumahnya. Matanya terpejam bersyukur akhirnya dirinya masih bisa hidup.

Arash merangkul bahu Arbei. " Ayo kita masuk  " Arbei tersenyum dan mengangguk.

Setibanya di depan pintu, Arash mengajak Arbei untuk berhenti. " Ada apa? Kamu melupakan sesuatu? "

" Kamu bisa buka pintunya? " Tanya Arash

Arbei tertawa . " Aku fikir ada apa . Tentu saja bisa. Otot gerakku tidak bermasalah, setidaknya masih bisa membuka pintu . "

Kedua tangan Arbei memegang handle pintu dan mendorongnya. " Duaaaaaarrrrrrrrrrrrrrr"

The Last Love  (  A R B E I  ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang