TTL 25

1.1K 23 0
                                    

Sudah 3 hari Arash dan Arbei tidak saling bicara. Ya, walaupun Arbei tetap ke kantor tapi itu hanya untuk bekerja . Jika ingin menyampaikan sesuatu Arbei hanya mengirimi Arash pesan lewat ponsel ataupun menyimpan catatan di meja kerja Arash.

Jujur, Arash sedih melihat perubahan sikap yang ditunjukan Arbei padanya. Sikap ceria yang dimiliki Arbei seakan lenyap sejak kejadian itu.

Padahal Arash terus mencoba untuk bicara namun Arbei sama sekali tidak berminat untuk mendengarkan. Ada saja hal yang dilakukannya untuk menghindari Arash.

Sebenarnya Arash sangat menyetujui hubungan Nick dan Arbel. Arash sangat senang melihat gerak gerik keduanya yang seperti saling mencintai dan menyayangi. Dan Arash bisa bernafas lega jika Nick bisa menjaga Adik semata wayang nya itu karna Arash yakin Nick pria yang baik tanpa melihat status Nick yang adalah seorang Duda.

Namun, sebelum memberi izin ternyata Arash menerima berita yang seolah seperti bom untuknya. Detektif yang disewanya untuk menyelidiki Nick dan adiknya memberi laporan yang membuat dirinya marah.

Orang tersebut memberi tahu kalau Nick dan Arbei sudah berhubungan sejak 4 tahun yang lalu ketika Nick sudah menikah. Dan yang bikin Arash terluka, Arbei mengetahui itu dan tetap saja ingin bersama Nick.

Apartemen yang menjadi tempat tinggal Arbei selama ini tanpa di ketahui Arbei, ternyata lahan itu adalah milik Arash. Semua pekerja dan pegawai diminta untuk memberikan laporan tentang keseharian adiknya selama di apartemen.

Dan lagi, Arash dikejutkan jika ada seorang pria yang selalu mengunjungi dan menginap apartemen adiknya yang ternyata adalah Nick.

Sampai pada akhirnya, Arash menerima kabar jika seorang pengusaha terkenal Nick Zafir William bercerai karena ada rumor orang ketiga.

Saat itu Arash sempat kalang kabut karena tiba tiba Arbei menghilang. Detektif yang di sewanya tidak bisa melacak keberadaan Arbei. Lalu Arash memutuskan untuk melacak sendiri posisi Arbei dan akhirnya Arash bisa menemukan Arbei.

" Arbei, kakak ingin bicara " Arash mencekal lengan Arbei

Tanpa suara, Arbei melepaskan diri mengambil tasnya lalu berjalan meninggalkan ruangan. Arash membuang nafasnya pelan merasa putus asa.

------------------------------------------------------------------------

Sementara itu di ruangannya, Nick memandang kosong kearah jendela kaca. 3 hari dirinya menghuni kantor tanpa berniat beranjak keluar. Semua meeting di handle oleh Leon.

Rasanya tidak ada gairah bertemu dengan siapapun kecuali Arbei. Nick merindukan Arbei sampai setiap dirinya tertidur, Arbei selalu hadir dalam mimpinya.

Wajahnya kini sudah agak mendingan walaupun bulu dirahangnya terlihat lebat dan rambutnya sedikit tidak terurus termasuk caranya berpakaian.

Kalau biasanya dirinya terlihat rapi, kali ini Nick hanya memakai kemeja tanpa memasukkannya kedalam celana. Tidak mengenakan dasi ataupun jas. Dua kancing atasnya pun dibiarkan terbuka.

" Pak, ini sudah jam 5 " Ucap Leon pelan

Tiba tiba hujan deras turun, membuat kaca jendelanya berembun. Nick masih diam ditempatnya. " Pasti dia sedang berlindung. Dia benci suara petir, Le " Lirih Nick.

Ya setiap jam pulang kantor, Nick selalu membuntuti kemana Arbei pergi. Mengawasi nya agar sesuatu yang buruk tidak terjadi padanya. Melihat Arbei baik baik saja jadi hari ini Nick seolah ingin berhenti.

"Mungkin ini waktu yang tepat bertemu dengannya. Dia sedang berdiri di depan coffee shop favoritnya. Jangan menyiksa dirimu terlalu lama, Nick. Pergilah. " Leon menepuk pelan bahu Nick

" Cinta itu tidak mengenal kata menyerah. Siapa tahu saat ini dia membutuhkanmu. Cepat pergi sebelum Arbei bergegas pergi dari sana. "

" Kamu bagaimanaaa--- "

Leon memotong " Aku melacak gpsnya melalui pegawai cafe disana. Aku menyewa pegawai sana untuk mengawasi Arbei ketika berada di cafe. " Cengir Leon.

Nick memeluk Leon erat  " Terima kasih, Le "

" Berterima kasihlah pada hujan. Jika tidak hujan, dia mungkin sudah pergi. Perbaiki penampilanmu dulu, jangan membuat Arbei ketakutan melihatmu nantinya "

" Sudah tidak ada waktu lagi. Aku pergi. "

-----------------------------------------------------------------------

Tangan Arbei mengadah merasakan hujan menghujam telapak tangannya. Langit terlihat sangat gelap. Kilat berkali kali menghiasi langit namun suara petir belum juga terdengar membuat Arbei merasa sedikit aman.

Semakin lama, hujan semakin deras. Samar Samar suara petir mulai terdengar membuat Arbei otomatis menutup kedua telinganya. Arbei menengok kedalam cafe, dan ternyata cafe terlihat rame dan penuh. Tidak ada tempat buat Arbei duduk menunggu hujan.

" Aku harus kembali ke mobil, jika berlama disini aku akan mati kedinginan. "

Arbei menengok outfit yang dikenakannya saat ini. Hanya kemeja crop top dan rok span selutut. Ingin menembus hujan, Arbei menutup kepalanya dengan tas ditangannya tapi Baru saja selangkah, jalan Arbei terhalang oleh seseorang.

Perlahan kepala Arbei mendongak, dan mendapati Nick berdiri menjulang di hadapannya. Mereka saling bertatapan. Bibir mereka kelu sampai tidak bicara apapun.

Mata Arbei menyelusuri wajah Nick. Terakhir melihatnya waktu wajah itu babak belur karena pukulan Arash. Tapi sekarang terlihat jauh lebih baik walaupun sedikit tidak terurus dan bercukur.

Sementara Nick menatap Arbei dengan seksama. Wajah cantik tanpa riasan kecuali lipstik pink muda, membuatnya sangat rindu. Melihat pakaian yang Arbei kena kan membuat nya sedikit geram. Bagaimana bisa Arbei memakai pakaian seperti ini disaat musim hujan.

Nick semakim merapatkan dirinya lalu menyampirkan jasnya di tubuh Arbei. " Kamu bisa masuk angin " Kata Nick serak

Suara yang Arbei rindukan akhirnya terdengar ditelinganya. Arbei memejamkan matanya berharap suara Nick bukan halusinasi atau ilang dalam sekejap. Ketika Arbei membuka matanya, Nick tetap ada di hadapannya.

Tangan Arbei meremas jas yang tersampir di tubuhnya menahan air matanya agar tidak jatuh. " Maaf aku harus pergi "

Arbei pamit lalu bergeser mengambil jalan, namun lagi Nick menginterupsi nya " Tidak ada waktu semenit untukku? "

Langkah Arbei terhenti. Tangan dan kakinya gemetar ingin sekali memeluk Nick tapi tidak bisa. Arbei tidak ingin menyakiti Arash lagi. " Katakan " Ucap Arbei tanpa ingin menatap Nick

" Aku hanya ingin memelukmu. "

" Waktumu sisa 30 detik. " Arbei kemudian mendekati Nick lalu masuk kedalam pelukannya.

Seketika Tubuh Nick seperti sedang diberi baterai. Tanpa membuang kesempatan, Nick memeluk Arbei sangat erat. Wajahnya mendarat diceruk leher Arbei yang mengeluarkan aroma khas favorit Nick.

Arbei menyembunyikan wajahnya di dada Nick agar Nick tidak tahu jika dia sedang menangis. Mereka berpelukan dalam diam. Menyalurkan rasa rindu mereka.

" Aku merindukanmu, sayang. I miss you so much " Suara Nick bergetar diiringi dengan tangisannya.

Dalam hati Nick ingin menghentikan waktu. Nick ingin selamanya seperti ini. Dengan ada Arbei di pelukannya, di sisinya, disampingnya, selama lamanya.

Arbei menyeka mata dan pipinya lalu mengendurkan pelukannya sampai mundur melepaskan pelukan Nick. " Kamu bahkan sudah mendapatkan ekstra time. Sudah lewat semenit. Aku pergi " Arbei bicara dengan menunduk tanpa berani melihat Nick.

" Aku tidak akan masuk angin jadi ambil kembali jasmu. Terima kasih. "

Tidak ingin mendengarkan ucapan Nick lagi, Arbei bergegas pergi tanpa ingin menoleh melihat Nick yang terpaku di tempatnya. Sementara itu nick memperhatikan Arbei yang berlari menjauhinya sampai hilang dari pandangannya.


Double Up


Jangan lupa vote, komen dan follow yaaaa

Thankyou

- Ann -



The Last Love  (  A R B E I  ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang