TTL 09

2.6K 58 0
                                    

Arash dan Arbei akhirnya tiba di kota dimana kota tersebut memiliki banyak kenangan khususnya untuk Arbei. Sebenarnya sebelum mengizinkan tubuhnya untuk datang lagi, Arbei sempat menolak ajakan Arash karena Arbei takut dan tidak ingin mengingat kenangannya lagi.

Namun, Arash meminta bantuan Arbei untuk membantunya mengurus perusahaan orangtua mereka. Arash juga berjanji tidak akan melarang ataupun membatasi Arbei jika ingin tetap berada di dunia modeling.

Merasa kalau sudah lama Kakaknya berjuang sendiri, Arbei sangat tidak tega jika membiarkan Arash mengurus semuanya sendiri lagi. Mereka harus bekerja sama agar perusahaan peninggalan orangtua mereka tetap berjalan.

Kalau ingin egois, Arbei sangat bisa. Tapi mengingat banyak pekerja ataupun karyawan yang bergantung pada perusahaan, Arbei merasa tidak tega. Mereka semua berjuang untuk menghidupi diri juga keluarganya, dan Arbei sangat paham bagaimana rasanya.

" Lalu apa tugasku di sini? " Arbei bersandar pada dinding kaca ruangan Arash.

" Tentu saja tugasmu seperti apa yang menjadi posisiku sekarang " Arash tersenyum sambil memainkan pulpen nya di meja kerjanya.

" Aku tidak memiliki pengalaman mengurus perusahaan kak. Jika aku memaksakan diri memimpin perusahaan ini juga, tidak lama perusahaan ini akan berantakan dan hancur "

Arash menyandarkan tubuhnya dan tertawa melihat ekspresi Arbei. Sungguh adiknya sangat menggemaskan.

Mereka sejak kecil sering bersama sampai orangtua mereka meninggal, Arash memilih memimpin perusahaan sedangkan Arbei bersikeras ingin menghidupi dirinya dengan bekerja sebagai model.

Sejak saat itu, mereka jarang bertemu. Bahkan 6 tahun terakhir, mereka sama sekali tidak pernah bertemu kecuali melalui media video call.

Sekarang, Arash tidak ingin lagi jauh dari Arbei yang menjadi keluarga satu satunya. Arash ingin selalu dekat, menjaga walaupun Arbei sekarang sudah besar, sudah bisa protes, dan bisa melindungi dirinya sendiri.

Arbei berjalan menghampiri Arash " Aku jadi asisten pribadi mu saja. Mmmmmm aku banyak belajar dari Kala yang menjadi asisten aku ketika jadi model. "

" Wanita yang selalu mengekori mu itu? Yang menatapku seperti ingin memakanku? "

Arbei tertawa dan mencubit pinggang Arash " Masih bagus ingin memakan mu daripada membunuhmu. " Arash bergidik ngeri.

" Dia wanita yang baik daaaaannnn " Arbei menggantung kalimatnya.

Arash memutar kursinya " Stop. Tidak perlu di lanjutkan. Aku ingin bekerja Arbei. Pekerjaan ku masih banyak. "

Arbei mendengus dan tiba tiba menutup laptop Arash. " Hei apa yang kamu lakukan " Tanya Arash dengan mata melebar.

" Semoga kamu bisa kenyang dengan pekerjaanmu itu kakak Arash tersayang. " Ucap arbei kemudian berniat meninggalkan Arash.

" Arbei, mau kemana kamu? " Teriak Arash tak bergeming di kursinya.

" Aku lapar. Aku mau makan. Aku tidak akan kenyang hanya dengan melihatmu berpacaran dengan pekerjaan mu. "

Sebelum benar benar pergi, Arbei mengintip dari balik pintu " Hari ini aku bukan pegawaimu, jadi aku bisa bebas sampai jam pulang bukan? " Arbei mengedipkan salah satu matanya kearah Arash lalu menutup pintu.

Tidak ada yang bisa Arash katakan. Kepalanya menggeleng dan mulutnya tertawa melihat tingkah adiknya itu. Sama seperti dulu, selalu sesukanya , selalu bersikap polos tapi Arash juga bisa melihat kalau Arbei semakin dewasa.

----------------------------------------------------------

" Strawberry milkshake buat nona cantik dengan wangi strawberry " Kata salah satu pegawai pria di sebuah cafe dekat kantor Arash.

The Last Love  (  A R B E I  ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang