TTL 07

3K 53 0
                                    

Lengan Arash di genggam kuat oleh Arbei dan pandangan Arbei pun mulai sayu. Rekan bisnis Arash perlahan melepaskan tangannya dan kembali berdiri tegak.

Perlahan, Arash membantu Arbei mendapatkan posisi berdiri yang nyaman. Tangannya merapikan rambut Arbei yang sedikit berantakan.

" Kamu tidak apa apa? " Ulang Arash. Arbei menggeleng.

Arash bernafas lega. " Oh kalau begitu kenalkan ini rekan bisnis aku. Pak ini s---- "

" Arbei " Arbei mengulurkan tangannya di hadapan rekan bisnis Arash.

" Aku rekan bisnis pak Arash. Nick William Zafir " Dengan senang hati dan tatapan yang tak lepas dari Arbei, Nick menyambut uluran tangan Arbei.

" Panggil saja saya, Nick. Nonaaaaaa Bei " Tangan Nick sedikit meremas tangan Arbei yang ada di dalam genggamannya.

" Maaf, anda menjabat tangan saya terlalu erat pak. Bisa tolong lepaskan? Ini durasi yang terlalu lama untuk berjabat tangan " Sarkas Arbei.

" Oh baik. Maaf " Nick menyunggingkan senyumnya lalu menyudahi jabat tangannya

" Dan saya tidak suka jika nama saya dipotong seperti tadi, Pak Nick. " Tatap Arbei menantang.

" Dan lagi aku minta maaf . " Nick membalas tatapan Arbei tak kalah tajam. Matanya menelisik tubuh Arbei dari ujung kepala sampai kaki.

" Sayang, aku seperti nya tidak enak badan. Boleh kita pulang saja? " Pinta Arbei pada Arash.

Arash memandang Arbei tidak mengerti. Namun Arash melihat wajah Arbei mulai memucat pertanda Arbei serius dengan perkataannya.

" Baiklah. " Ucapnya. " Maaf Pak Nick, kami pulang lebih dulu. Sepertinya wanita saya ini kondisinya lagi tidak enak badan " Pamit Arash

Mendengar Arash, Nick melirik mereka bergantian. Ada perasaan aneh yang dirasakan Nick ketika Arash menyebut Arbei wanitanya.

" Tentu. Silahkan. Kalian hati hati. Terima kasih sudah menghadiri acara saya pak Arash dan nona Arbei . Sayang sekali, padahal saya masih ingin berbincang dengan kalian. Tapi it's okay, kita atur di waktu lain bagaimana pak Arash? " Tawar Nick

" With my pleasure, Pak. Hubungi saya kapan pun itu " Balas Arash sopan.

" Tidak !!! " Kata Arbei cukup keras membuat Arash dan Nick menatapnya.

" Ma.. Maksud aku tidak. Aku tidak bisa. Aku sibuk. Kamu juga bukankah akan pergi lagi? " Tanya Arbei pada Arash.

Sebelum Arash menjawab, Arbei sudah lebih dulu berbicara " Kami tidak punya waktu. Jadi kita tidak bisa bertemu lagi di lain waktu pak Nick. "

" Tapi bukankah segala kemungkinan bisa terjadi, Nona Arbei? Kita tidak tahu takdir kedepannya. Siapa tahu kita bisa bertemu lagi "

" Tapi sepertinya kecil kemungkinan. "

" Setidaknya ada kemungkinan itu. "

" Hm, Arbei ayo kita pergi. " Ajak Arash segera karena merasa atmosfer menjadi panas.

" Permisi pak Nick. Selamat dan semoga sukses dengan bisnis baru anda. " Nick mengangguk sopan.

Arash dan Arbei kemudian meninggalkan Nick dengan saling bergandengan tangan. Nick menatap mereka dari tempatnya. Memperhatikan tubuh Arbei dari belakang yang sedikit berubah karena sedikit kurus dari sebelumnya.

" Kamu tetap terlihat menggoda walaupun kamu bersama pria lain saat ini, Bei " Lirih Nick.

-----------------------------------------------------------

The Last Love  (  A R B E I  ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang