TTL 29

1.4K 24 0
                                    

" Ting!!! "

Pintu lift terbuka dan dengan sedikit tergesa Arbei berlari kecil menuju ruangan pimpinan perusahaan properti yang sangat terkenal di hampir seluruh dunia.

Tiba di depan pintu, tanpa izin terlebih dahulu Arbei membukanya begitu saja. Leon dan Nick menoleh ke arah pintu dan mendapati Arbei yang sedang mengatur nafasnya dan tampilannya yang sedikit berantakan.

" Bu Arbei? " Leon berdiri menatap Arbei dengan wajah terkejut.

" Maaf kalau aku mengganggu. " Ucap Arbei pelan

" Tapi bu, pak Nick ingin meeting. " Balas Leon dan berjalan menghampiri Arbei.

" Beri aku waktu 10 menit untuk menemui atasanmu " Pinta Arbei dengan wajah memelas

Leon ingin membuka mulutnya namun di interupsi oleh Nick . " Beri jeda 10 menit. Setelah itu kita meeting "

" Baik Pak " Jawab Leon dengan tegas.

" Kamu boleh keluar, Le " Perintah Nick lembut dan dibalas anggukan oleh Leon.

" Silahkan masuk bu, Arvei " Leon menunduk dan memberi jalan

" Thanks Leon "

Arbei meneguk ludahnya dan mencoba berdiri tegak dan menatap Nick. Sementara Nick hanya menatapnya sekilas lalu berlalu, berjalan menuju dinding kaca ruangannya.

Melirik jam di tangannya, Nick mulai mengingatkan Arbei. " Waktumu sudah berjalan 3 menit. Ada urusan apa sampai kamu menemuiku ? "

Kaki Arbei berhenti tepat di sebelah Nick yang sedang memandang lurus menatap beberapa gedung pencakar langit. " Aku ingin mengatakan Terima kasih padamu " Suara Arbei mendadak memelan

Nick sama sekali tidak bergeming. " Terima kasih kamu sudah menolongku dengan mendonorkan darahmu " Lanjut Arbei.

Kali ini tubuh Arbei berbalik dan menyentuh lengan Nick, sedikit meminta Nick untuk menghadapnya. " Kenapa ? Hm? " Tanya Arbei dengan mata sendu

Nick akhirnya berani menatap Arbei dengan lekat. " Kamu mengkhawatirkan ku? Kamu takut aku mati dan menghilang dari dunia ini? "

" STOP!!!!! Jangan mengucapkan omong kosong. Kamu tidak perlu merasa hutang budi. Kalaupun saat itu bukan kamu, aku akan tetap menolong siapapun itu " Jawab Nick dingin

" Dan kamu akan merahasiakan itu? Merahasiakan kalau darah kamu sudah mengalir dan menyatu didalam tubuhku. Kenapa tidak memberitahuku ? Kenapa aku harus tahu dari orang lain, hm? " Mata Arbei mulai berkabut.

" Nick, kamu har----"

Nick memotong kalimat Arbei " Waktumu sudah habis, nona Arbei. Pergilah, aku sedang sibuk "

Bagai karma, Arbei teringat ketika Nick meminta waktu di depan cafe saat turun hujan lalu sikapnya juga dingin.

Setelah Nick mengusir Arbei secara halus, Nick melepaskan tangan Arbei dari lengannya lalu beranjak pergi. Namun baru beberapa langkah, Arbei bersuara lagi.

" Aku merindukanmu. Aku membutuhkanmu. walaupun sekuat tenaga aku belajar menepisnya , susah payah mengelak, dan mencoba menyetujui permintaan Arash, aku tetap saja mencintaimu. Akuuuu, aku mencintaimu. "

Isak tangin terdengar. Airmata yang sejak tadi Arbei tahan akhirnya mengalir. Nick mematung. Kalimat Arbei terngiang di telinganya . Nick memutar tubuhnya dan mendapati Arbei menunduk menangis.

" Aku minta maaf, Nick. Aku minta maaf. " Isak Arbei dengan mata terpejam.

Sepasang tangan menangkup wajah Arbei dan mengangkatnya perlahan. Dengan pelan, Arbei membuka matanya, sedikit mengerjap ketika melihat Nick di hadapannya.

The Last Love  (  A R B E I  ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang