Hari itu, lelaki yang kucintai menungguku datang di rumah yang menjadi istana kami dahulu. Namun, saa itu ia tak menungguku sebagai wanita yang ia cinta namun sebagai wanita yang pernah ia cintai. Aku menghela nafas berat ketika akan melangkahkan kakiku masuk kedalam rumah itu. Rumah penuh kenangan, rumah yang pernah menjadi tempat berlindung paling hangat.
"Assalamualaikum," ucapku dengan suara tertahan.
"Waalaikumsalam," jawabnya dengan datar.
Sejenak, kami saling tatap. Tak ada yang bersuara, hingga pada akhirnya ia kembali membuka suara.
"Silahkan ambil semua barang-barang yang kau perlukan," ucapnya dingin.
Aku hanya tersenyum, percayalah kedatanganku kemari bukan untuk mengambil barang-barang di dalam rumah ini namun hanya mengambil pakaianku. Bahkan, di pengadilan aku tak menuntut harta gono-gini.
Foto pernikahan kami ternyata sudah turun dari tahtanya. Bahkan, aku melihat foto kami sudah berada di lantai. Sakit memang, namun aku tak ingin terlarut.
Di sana, aku melihat foto pernikahan baru. Foto pernikahan antara Khalisa dan juga Mantan suamiku. Ternyata mereka menempati kamar lama kami. Bagaimana bisa Khalisa mampu menempati kamar bahkan ranjang yang pernah kami pakai? Sungguh akupun kehabisan pikiran. Setelah mengambil beberapa pakaian ku, aku kembali keluar di sana sudah ada mantan Ibu mertuaku menungguku dengan senyum menang di wajahnya.
"Terimakasih sudah mengisi waktu kosong Yusuf selama enam tahun," ucapnya enteng.
Aku mengangguk "Terimakasih sudah menjadi mertua baik untukku. Semoga tidak ada lagi Nazwa yang lain karena perbuatanmu," jawabku.
Mantan Ayah mertuaku menarik tanganku lalu memeluk tubuhku. Ia memang tidak berdaya, istrinya sungguh berkuasa sampai-sampai ketidak adilan mereka tak bisa ia lawan sendiri.
"Nazwa, jadilah wanita hebat nak. Berikan penyelesakan kepada mereka yang membuatmu sakit."
Aku mengangguk. Setidaknya, ia tak mencelaku atau bahkan memberiku hinaan. Dia tetap menjadi Ayah mertua terbaik, dan selalu berpihak padaku. Jika kalian bertanya mengenati Mas Yusuf saat ketahuan berselingku, Ayah mertuaku adalah prang pertama yang marah terhadapnya bahkan memberikan pukulan. Namun, lagi-lagi tetap saja Ibu Rani membela mati-matian perbuatan salah anaknya itu. Ternyata manusia model Yusuf dan Ibu Rani memang hidup dan memang ada. Aku lalu pamit, sembari menarik koperku, aku bernafas lega.
Aku telah menyimpan perasaan cintaku di rumah kesedihan ini. Menyimpannya dengan rasa benci dan kecewa terhadap lelaki yang pernah ku puja-puja.
"Nazwa," panggil Azkia.
Lamunan Nazwa seketika buyar, satu tahun berpisah ternyata menyisahkan sakit yang sulit untuk di sembuhkan. Buktinya sekarangpun, Nazwa masih memikirkannya.
"Iya kenapa?" Ucap Nazwa.
"Kamu melamun lagi? Ckckck...anak perawan nggak boleh loh melamun," ucap Azkia menegur.
"Udah janda kali, lagian kamu ada perlu apasih?" Tanya Nazwa.
"Ada customer rewel, dia menulis review jelek di aplikasi pesan online terus ada juga beberapa yang komen nggak baik tentang produk terbaru kita di laman instagram," ucap Azkia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua Suamiku (On Going)
RomanceNazwa berpikir, bahwa pernikahannya adalah pernihakan bahagia yang jauh dari kata sedih. Di perlakukan bagai ratu, menjadi Ibu dari seorang anak angkat yang cantik juga baik, selalu di sayangi oleh suaminya dan juga rumah tangganya terbilang minim k...