Suasana rumah sakit, terlihat ramai. Nazwa yang hari ini masih menjaga Safa di rumah sakit, sedikit merasakan cemas. Hari ini pembacaan hasil CT SCAN Safa, ternyata tidak sampai CT SCAN saja pemeriksaannya cukup banyak pemeriksaan penunjang lain untuk menentukan diagnosa. Padahal, Safa hanya jatuh dari kuda.
Buru-buru, Nazwa keluar dari ruangan Safa. Ia tak ingin ribut karena Safa tengah beristirahat, padahal ia hanya sebatas mengangkat telepon saja.
"Halo Mas Gibran," ucap Nazwa.
"Naz, sudah makan belum? Aku lagi singgah nih beli ramen kesukaan Safa. Kamu mau sekalian?" Ucap Gibran.
"Iya Mas, ngomong-ngomong terimakasih sudah membantuku," ucap Nazwa tulus.
"Kau ini kayak sama siapa saja. Yaudah, sepuluh menit lagi aku sampai yah," ucap Gibran lalu menutup teleponnya.
Safa lalu duduk di sebuah kursi yang di sediakan di luar, di dalam kamar sana Safa tengah sakit. Hatinya kacau, karena anak itu tak pernah sakit bahkan mengeluh sedikitpun. Di tambah lagi, tiba-tiba saja kondisi Safa menurun dan menyebabkan Nazwa semakin sedih.
Sofia yang baru saja datang dari mengambil obat di apotek menghampiri anaknya.
"Naz, Safa akan baik-baik saja kok. Kamu nggak perlu khawatir yah?" Ucap Sofia menenangkan Nazwa.
Nazwa tersenyum, lalu memeluk tubuh Sofia. Tubuh hangat yang selalu memberinya kenyamanan seorang Ibu.
"Ibu, terimakasih sudah membantun Nazwa merawat Safa. Kalau nggak ada Ibu sama Ayah aku pasti kewalahan," ucap Nazwa.
Sofia membelai kepala Nazwa yang tertutup kerudung "Untuk anak Ibu, in syaa Allah akan Ibu lakukan semuanya. Asalkan kamu jangan sedih, Ibu juga sedih kalau lihat kamu nggak bersemangat."
Nazwa mengangguk. Sofia lalu berdiri dan masuk kedalam kamar. Hingga, Dokter dan beberapa Ners datang dan membuat Nazwa mengikuti langkah mereka masuk kedalam ruangan.
"Ibunya Safa, hari ini kami akan membacakan hasil CT SCAN Safa yah." Ucap Dokter lelaki itu.
Dokter menjelaskan satu persatu kondisi otak Safa. Hingga sampailah pada hasil penyakit yang anak itu derita.
"Setelah itu, hasil pemindai kami berhasil mendapatkan sebuah tumor di otak nak Safa. Setelah melakukan pemeriksaan lanjutan, di temukan bahwa Nak Safa mengalami kanker otak, makanya kemarin keluhannya tiba-tiba saja ia merasa kehilangan keseimbangan sampai jatuh dari kuda dan juga tiba-tiba matanya sering merasa kabur."
Nazwa menatap Dokter itu dengan intens, lalu kembali menatap Sofia. Dadanya terasa sesak, seakan ribuan beban tengah menghantamnya kali ini. Setelah semua ujian rumah tangga yang sudah bisa ia lewati, ternyata masih ada ujian lain yang tengah menunggunya.
"Dokter, terimakasih sudah menjelaskan kepada kami. Mungkin sebentar, Kakeknya Safa yang akan menemui anda untuk meminta pendapat yan terbaik untuk kondisi cucu kami," ucap Sofia lalu Dokter itu pergi.
Safa yang masih tidur lelap sembari memeluk boneka shark yang di berikan oleh Gibran tempo lalu merasa tak terganggu oleh kehadiran orang-orang di sana. Bahkan, ia masih terlelap dengan nyenyak.
Nazwa langsung keluar, kakinya bergerak cepat untuk pergi jauh agar menumpahkan tangisannya. Ternyata, ketika langkahnya akan sampai di taman ia menubruk tubuh Gibran. Spontan lelaki memegang bahu Nazwa.
"Naz, kau kenapa?" Tanya Gibran.
Nazwa diam, di lihatnya air mata yang terus mengalir dari mata indah Nazwa. Spontan, Gibran menarik Nazwa masuk kedalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua Suamiku (On Going)
RomanceNazwa berpikir, bahwa pernikahannya adalah pernihakan bahagia yang jauh dari kata sedih. Di perlakukan bagai ratu, menjadi Ibu dari seorang anak angkat yang cantik juga baik, selalu di sayangi oleh suaminya dan juga rumah tangganya terbilang minim k...