"Nazwa, Yusuf. Kapan sampainya nak?" Tanya Ali yang kini baru saja keluar kamar dan menyambut kedatangan anak dan menantunya dengan pelukan hangat.
"Baru saja Ayah," jawab Nazwa dan juga Yusuf bersamaan.
Nazwa lalu menyalami tangan lelaki yang benar-benar di hormatinya kini.
"Ibu mana?" Tanya Yusuf.
"Ibu mu ke pasar di antar Mas Purwo, sebentar lagi pasti balik dia. Ohiya malam ini menginap yah?" Bujuk Ali.
"Rencananya memang seperti itu Ayah," jawab Nazwa.
Mereka bertiga lalu berjalan ke arah ruang keluarga, Nazwa menatap beberapa foto di dinding dan menampakkan beberapa gambar dirinya di sana.
"Maa syaa Allah, aku nggak sadar kalau Ibu masih menyimpan fotonya Nazwa waktu masih kecil," ucap Nazwa sembari menatap dirinya dengan tatapan geli.
"Hehe..Ibu itu kalau masalah kenangan gak bakal dia sia-siakan dan siapa sangka juga kalau ternyata anak kecil yang di sayangi Ibu waktu itu ternyata kini menjadi menantunya," jawab Ali dengan senyuman indahnya.
"Naz, ini waktu itu kita di ajar sama Ayah mengaji, kamu kerudungnya miring," ucap Yusuf terkekeh geli.
"Aku masih ingat banget di sini aku sampai buat alasan sakit perut karena malas belajar," sambung Nazwa.
"Loh..sudah di sini saja? Tadikan kalian bilang malam datangnya," ucap Rani yang ternyata baru saja datang dari berbelanja.
"Iya Bu, aku balik cepat tadi. Bagaimana keadaan Ibu?" Tanya Yusuf.
"Alhamdulilah seperti yang kamu lihat, Ibu baik. Aduh Ibu belum masak apa-apa nih, Ibu hanya ada kue doang di dapur. Nggak apa-apa yah? Sekalian kita ngeteh aja," ucap Rani lalu membawa keranjang belanjaannya di dapur.
"Iya Bu, udah lama juga Yusuf nggak ngeteh bareng Ibu," jawab Yusuf cepat.
"Nazwa, apakah Yusuf merepotkan mu selama hampir dua minggu hidup bersamanya?" Tanya Rani bercanda.
"Nggak kok Bu, alhamdulilah Mas Yusuf banyak membantu ku. Bahkan, Mas Yusuf memberi ku pekerjaan baru," jawab Nazwa.
"Alhamdulilah, lakukan apa yang membuat mu senang yah Nazwa,"
"Sini Bu, biar ku bantu," ucap Nazwa lalu bergerak membantu Rani yang kini tengah membuat teh.
Melihat keakraban yang terjadi antara Nazwa dan juga Rani, rasanya hidup Yusuf terasa lengkap apalagi ia mendapati dua wanita yang ia cintai melemparkan senyum kebahagiaan. Bahagia mereka sudah lebih dari cukup untuk Yusuf.
————
Sepulang dari rumah orang tua Yusuf, Nazwa terlihat banyak diam. Sebenarnya bukan karena apa, tapi ia sedikit kecewa karena tidak mendapatkan jawaban apapun dari Ali. Padahal, Ali adalah satu-satunya orang yang mampu menjawab pertanyaannya.
"Naz kamu sakit?" Tanya Yusuf khawatir.
Nazwa menoleh ke arah Yusuf "Aku nggak sakit kok Mas, ohiya..besok Mas Yusuf ada rencana ke luar kota kan? Jadi nggak?" Tanya Nazwa.
Yusuf mengangguk "In syaa Allah jadi,"
"Mau ku antar pulang ke rumah Ummi dan Abi dulu?" Tanya Yusuf lagi.
"Nggak usah Mas, kalau Mas berkenan memberi izin aku mau ke rumahnya Azkia. Mau jenguk Ibunya yang lagi sakit, nanti aku rencana ke sana hanya sehari doang kok. Setelah itu, aku akan balik di rumah kita," ucap Nazwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Kedua Suamiku (On Going)
عاطفيةNazwa berpikir, bahwa pernikahannya adalah pernihakan bahagia yang jauh dari kata sedih. Di perlakukan bagai ratu, menjadi Ibu dari seorang anak angkat yang cantik juga baik, selalu di sayangi oleh suaminya dan juga rumah tangganya terbilang minim k...