Bimbang

1.1K 65 6
                                    

"Safa, Ibu Guru pulang dulu yah? Mungkin besok kita bertemu lagi. Ibu Guru akan segera menemuimu," ucap Nazwa ketika pamit kepada Safa.

Wajah Safa kembali terlihat sedih.

"Hey, kamu kenapa sayang? Jangan sedih dong."

"Safa sama siapa disini? Nenek udah nggak ada," jawab Safa dengan suara mungilnya.

Nazwa langsung memeluk tubuh mungil Safa dan terus menenangkannya dan membuatnya sedikit tersenyum.

"Safa, Paman Hasan masih disini kok nak. Kamu nggak sendiri," sahut Hasan.

Yusuf yang melihat ini merasa iba. Dia langsung bertanya kepada Hasan tentang detail kematian Nenek Safa dan dengan senang hati Hasan menceritakan hal itu dan bukan hanya kejadian tadi, Hasan juga turut menceritakan hal lain tentang Safa. Tak ingin tinggal diam, Yusuf langsung mengambil alih berbicara kepada Safa.

"Hay Safa, kenalkan aku Paman Yusuf. Suaminya Ibu Guru cantik. Jangan sedih yah? Bagaimana kalau besok Paman datang menjemputmu dan membawamu bermain? Kita ketempat-tempat yang kamu inginkan dan belanja mainan yang kamu suka," ucap Yusuf membujuk Safa.

Nazwa tersenyum mengangguk dan meyakinkan Safa lagi. Safa bergantian menatap Yusuf dan juga Nazwa.

"Tidak apa-apa nggak kemana-mana, asalkan Ibu Guru Nazwa kemari untuk mengunjungiku," jawab Safa mantap.

Yusuf tersenyum.

"Kita harus jalan-jalan besok. Jadi, hari ini Safa harus istrahat, tidur yang cukup biar besok Safa bisa lebih fresh untuk bermain dan berjalan-jalan. Safa ada rekomendasi mau kemana nggak?" Tanya Yusuf lagi.

Safa menangguk.

"Besok boleh tidak kita ke makam Nenek? Safa harus izin dulu sama Nenek kalau mau kemana-mana," jawab Safa polos.

Yusuf mengangguk "Kalau begitu, sebelum pulang tolong berikan Paman pelukan," ucap Yusuf dengan nada memohon.

Safa lalu masuk ke pelukan Yusuf. Setelah berpamit kepada Safa, Hasan, dan juga keluarga Safa mereka berdua lalu pulang.

Di tengah perjalanan menuju pulang ke rumah, di balik kacamata hitamnya, Nazwa terus mengeluarkan air matanya. Bayang-bayang tentang pembicaraan keluarga Safa terus berputar di kepalanya bagaikan kaset rusak. Yusuf yang melihat itu merasa iba, dia lalu menepikan mobilnya dan berhenti.

"Sayang," panggil Yusuf lembut.

Nazwa menatap Yusuf lalu tanpa aba-aba masuk ke dalam pelukan lelaki itu tanpa kata, tanpa suara. Tangan Yusuf bergerak mengusap lembut punggung Nazwa dan terus menenangkan istrinya itu.

"Apa yang membuatmu terlarut dengan kesedihan ini?" Tanya Yusuf.

"Safa," jawab Nazwa berterus terang.

"Mengapa dengan Safa? Apa kau masih bersedih atas kematian Neneknya yang meninggalkan gadis sekecil dia?" Tanya Yusuf lagi.

"Bukan hanya itu Mas, keluarganya nggak ada yang mau mengasuhnya. Bahkan, belum semalam Neneknya meninggal mereka sudah sibuk membicarakan perihal hak asuh dan hanya mampu memberikan Safa tempat tinggal selama dua minggu, sisanya mereka akan membawa Safa di panti asuhan," ucap Nazwa.

"Kita harus apa untuk dia?" Tanya Yusuf lagi

Namun, Nazwa hanya diam. Dia belum memutuskan keputusannya dengan cepat. Karena, di sini sudah pasti yang terlibat akan banyak keluarga bukan hanya dirinya ataupun Yusuf saja.

"Kita cari jalan keluarnya yah? Aku punya panti asuhan, dia bisa di bawa kesana jika kau mau."

"Sebaiknya kita pulang saja Mas," ucap Nazwa.

Wanita Kedua Suamiku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang