Empat Puluh Sembilan

568 86 1
                                    

Sesampainya Sandy di rumah sakit jiwa tempat di mana Bundanya di rawat. Ia langsung berlari menuju dalam rumah sakit setelah memarkirkan motor ninja Kawasakinya.

Terpampang raut wajah cemas di wajah tampan pria itu. Tadi suster menelpon bahwa Tuan Dean atau Ayah nya berkunjung menjenguk Bundanya dan membuat Hera ketakutan dan menjerit histeris saat melihat pria seumuran dengannya itu. Tentu saja Sandy takut Ayah nya akan menyakiti Bundanya kembali.

Ia terus berlari tidak memperdulikan teriakan para pasien rumah sakit jiwa  yang melihatnya atau memanggil namanya. Ya... Ia mulai populer di kalangan orang-orang gila karena sering kemari.

Sesampainya Sandy depan pintu ruangan Hera di rawat ia mendengar suara teriakan sang Bunda dari dalam. Suara itu membuat hatinya terasa teriris. Ia terluka saat mendengar teriakan ketakutan dari sang Bunda. Tanpa berkata ia langsung membuka pintu kamar rawat VIP Bundanya, dan betapa terkejutnya ia saat melihat sang Bunda duduk di pojok ruangan dengan keadaan kacau. Dengan cepat ia langsung berlari menghampiri Hera dan memeluk wanita berkepala 3 itu.

Sandy berusaha memeluk Bundanya dan mencoba menenangkan wanita setengah baya itu. Matanya menatap Dean dengan tajam.

"Kenapa anda kemari? Ingin menyakitin Bunda lagi? Tak akan ku biarkan pria tua seperti mu menyakiti Bunda ku lagi," ucap Sandy tajam.

"Keluar dari sini pria tua sialan!" Lanjutnya mengusir Dean sambil menunjuk pintu keluar ruangan rawat Bundanya.

"Aku kemari ingin menjenguk istri ku, bukan kah aku baik?" Tanay Dean dengan santai sambil memasukan tangannya di saku celana yang ia kenakan.

"Baik kau bilang? Kau tak pantas menjadi seorang suami atau pun Ayah, kau lebih dari binatang. Binatang saja masih memiliki hati untuk merawat anaknya, sedangkan kau? Jangankan merawat, menyentuhnya saja tak mau," ujar Sandy dengan berapi-api.

Hera sudah sedikit lebih tenang di dalam pelukan anaknya walau masih ada suara sesegukan. Ia meremes baju seragam yang di kenakan Sandy sampai kusut. Sungguh ia sangat takut melihat pria yang seumuran dengannya itu tengah berdebat dengan anaknya.

"Sa-Sandy!" Panggil Hera lirih bahkan menyerupai bisikan.

Sandy yang mendengar panggilan sang Bunda pun langsung menolehkan kepalanya dan mengelus surai berantakan sang Bunda dengan sayang.

"Bunda tenang aja, ada Sandy di sini. Bunda gak akan di sakitin lagi sama pria tua itu," tunjuknya pada Dean. Ck! Bahkan untuk menyebutnya Ayah saja ia malas.

Sandy kembali menatap Dean dengan tatapan tak bersahabat. "Keluar anda dari sini dan jangan pernah menampakan batang hidung lagi!" Usir Sandy sambil menunjuk pintu keluar.

Dean yang merasa terhina menatap sekilas anak sulungnya itu dan pergi dari sana tanpa mengatakan apa-apa. Rencananya untuk menaklukan anak pertanya itu gagal. Tapi, ia tak kehilangan akal, ia masih memiliki anak keduanya yaitu. Aya. Untuk mengancam Sandy agar mau bekerja padanya lagi. Ck! Kejam memang.

Setelah kepergian Dean, Sandy menggendong Bundanya dan ia letakan di atas brankar yang lumayan besar. Sengaja ia memilih tempat VIP untuk Bundanya agar tak bercampur dengan orang-orang gila lainnya yang di rawat di sini. Sebenarnya mereka tidak gila, hanya rasa trauma mereka yang tinggi dan membuat otak mereka kehilangan fungsi untuk berfikir. Ya mungkin seperti itu.

"Bunda tenang, pria tua itu gak akan berani lagi dateng kesini! Ada Sandy di sini buat jagain Bunda," ucap Sandy mengelus kening Hera agar wanita berkepala 3 itu tenang dan tak takut lagi.

Hera mengambil tangan Sandy yang berada di keningnya dan memegangnya erat. "Sandy jangan tinggalin Bunda ya," pinta Hera dengan suara bergetar.

"Sandy gak akan tinggalin Bunda.... dan Aya," lirihnya di akhir kalimat. Sungguh ia tak sanggup mendapati dua wanita kesayangannya menderita apa lagi di tangan pria tua yang bersetatus sebagai Ayahnya itu.

Gadis Aneh [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang