Empat Puluh Empat

812 107 5
                                    

Di sini Sandy dan Zidan berada, Di depan rumah yang lumayan besar. Mereka sengaja datang kerumah paman Sandy untuk meminta bantuan kakak dari ibunda Sandy itu. 

"Lo yakin ini rumahnya?" Tanya Zidan sedikit ragu menatap rumah mewah di depan matanya ini.

"Iya gue yakin! Walau kecil gue sering kesini, gue masih inget kok rumahnya ini," jawab Sandy sedikit ragu.

Seketika Zidan langsung menatap kearah Sandy tak percaya.

Plak

"Bodoh, lo kesininya masih kecil bambang!" Sungut Zidan menggeplak belakang kepala Sandy lumayan kencang membuat sang embu mengaduh kesakitan.

"Anjir! Sakit kampret!" Maki Sandy mengelus belakang kepalanya.

"Awas lo salah rumah! Gue gamplang lo!" Sungut Zidan menunjuk wajah Sandy kesel dan menekan tombol bel rumah yang ada di dekat pintu masuk.

Beberapa kali memencet bel rumah, pintu utama terbuka dan muncullah seorang maid dengan pakaian kerjanya yang melekat di tubuhnya.

"Ya, cari siapa ya?" Tanya maid itu pada kedua remaja di depannya.

"Hm... apa benar ini kediaman pak Leon?" Tanya Sandy sopan.

"Ya benar, kalian siapanya tuan Leon?" tanya maid yang terlihat masih muda itu.

"Saya ponakannya dan ini teman saya," jawab Sandy memperkenalkan diri.

"Oh... mari masuk! Saya akan memanggilkan tuan Leon terlebih dahulu," ujar maid muda itu mempersilahkan mereka masuk.

Sandy dan Zidan duduk di sofa ruang tamu yang terlihat mewah itu. Maid tadi pergi untuk memanggil tuan Leon, sedangkan Sandy menatap sekitar ruang tamu yang tampak masih sama dengan 12 tahun yang lalu. Dimana ia dan sepupunya sering bermain dan tertawa bersama.

Tak lama tuan Leon datang menghampiri Sandy dan Zidan yang ada di sofa ruang tamu. Di sebelahnya terdapat seorang wanita berumur sekitar 30 tahunan. Itu Sera, istri Leon. (Masih inget gak sama mereka? Kalo gk inget baca ulang part 17).

Sesampainya Leon di hadapan dua remaja itu, mereka langsung menyalimi punggung tangan Leon dan juga Sera.

"Eh Sandy, udah gede mangkin ganteng aja," puji Sera saat melihat Sandy.

Sandy tertawa kecil menanggapinya. "Makasih tan, aku emang ganteng," ujar Sandy menyugar rambutnya kebelakang menyombongkan diri.

"Ck! Malah sombong," decih Sera menatap Sandy sinis, Sandy tertawa kecil melihat reaksi tantenya itu. Itu hanya gurauan ya walau pun emang fakta bahwa ia ganteng sih.

Leon yang melihat interaksi antara ponakan dan tantenya itu hanya tertawa kecil. Sera adalah ibu-ibu tipikal jaman now yang bisa di ajak bercanda dan tidak terlalu kuno.

"ini siapa?" Tanya Leon menatap kearah Zidan dengan kening mengkerut.

"Ini Zidan, paman, teman aku," jawab Sandy memperkenalkan Zidan pada sang paman. Zidan yang di perkenalkan itu tersenyum.

Sera langsung menoleh kearah Zidan dengan wajah berbinar. "Wah, kamu tampan ya, gak kaya di sebelah kamu tuh," sinis Sera melirik kearah Sandy.

Zidan yang telah di puji tampan oleh tante Sandy hanya bisa tersenyum kikuk. "Terima makasih tante puniannya," ucap Zidan sedikit kaku.

"Biasa aja sama tante mah, gak usah kaku kaya gitu," ucap Sera saat melihat gerak-gerik Zidan.

"Iya tante," balas Zidan tersenyum hangat.

"Ya udah kalo gitu kalian lanjut ngobrol deh, tante mau ke belakang nyiapin saran," ujar Sera berpamitan.

"Masak yang banyak ya tan, mau numpang makan soalnya," ujar Sandy sedikit berteriak.

Gadis Aneh [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang