Tiga Puluh Enam

887 121 0
                                    

"Thanks udah anterin gue sampek rumah," ujar April tersenyum manis pada Arka yang masih duduk di atas motor kawasaki ninja miliknya.

"Sama-sama, langsung salin terus tidur!" Ucap Arka yang di angguki oleh April.

"Ya udah kalo gitu gue pulang dulu, bay, tidur yang nyeyak, mimpiin gue," lanjutnya tersenyum menggoda April membuat pipi gadis itu memerah karena salting.

Arka tertawa kecil saat melihat pipi merah tomat milik April. Itu sangat lucu menurutnya.

Arka menyalakan mesin motornya. Menutup kaca helmnya, melanbaykan tangannya dan melaju keluar dari gang kecil ini. April membalas lambayan Arka. Setelah memastikan Arka benar-benar pergi ia segera masuk kedalam rumah kecil yang kini menjadi tempat tinggalnya.

Suara keributan lagi-lagi terdengar dari dalam rumah membuatnya menghela napas. Dengan segera ia masuk kedalam mengkhawatirkan keadaan sang adek.

"Udah keberapa kalinya kamu ngelakuin ini, hah? JAWAB IBU UDAH BERAPA KALI KAMU NGELAKUIN INI," teriak ibu April mengguncang badan Rey yang hanya menunduk tak berani menatap sang ibu.

Clek

April masuk kedalam rumah dan betapa terkejutnya ia saat sang ibu memarahi adek nya. Dengan segera ia menghampiri ibunya dan juga Rey.

"Ibu apa-apaan sih? Kenapa marahin Rey?" Tanya April memeluk sang adek agar tenang.

"KAMU TANYA AJA SENDIRI SAMA ADEK KAMU ITU APA YANG DIA LAKUIN," teriak ibu April menatap emosi pada anak keduanya itu.

April menatap Reya, mengusap wajah sang adek dengan lembut. "Ada apa Rey? Kenapa kamu buat ibu marah, hah?"

"Hiks... hiks... ma-maafin Rey kak," ujar Rey sesegukan karena terlalu lama menangis.

"Rey kenapa, hm?" Tanya April dengan lembut dan menghapus air mata Rey di pipi cowok itu.

"Dia ketangkep satpol pp karena ngamen di lampu merah," ujar ibu April memberi tahu apa yang terjadi.

Seketika April terkejut, menatap Rey tak percaya. Ia tak percaya adeknya itu melakukan itu, ia mengenal bagaimana Rey. Namun, sepertinya ia kurang memahami sang adek.

"Rey?" Ujar April terkejut.

"Maafin Rey kak," ucapnya merasa menyesal dan semangkin menangis.

"Kenapa kamu lakuin itu, Rey?" Tanya April berusaha menahan emosinya.

"Hiks... kemaren malam Rey gak sengaja denger ibu sama bapak ngomongin soal ekonomi, jadi Rey mutusin buat ngamen," ujar Rey dengan jujur.

April dan ibunya tentu saja terkejut mendengarnya. Mereka memang kekurangan masalah ekonomi namun, ibu April tak pernah menyuruh anak-anaknya untuk bekerja seperti itu.

"Astaga Rey, kamu sampek ngelakuin itu? Maafin ibu ya?! Jangan lakuin lagi! Biar ibu sama bapak yang cari nafkah, kamu sama kakak kamu tugasnya belajar biar jadi orang sukses di masa depan. Jangan lakuin itu lagi ya?" Ujar ibu April mengusap wajah Rey dengan lembut.

Rey menunduk tak berani menatap mata sang ibu. Ia merasa bersalah sekarang. "Maafin Rey bu," ujarnya mulai mereda tangisannya.

Ibu April mengangguk sebagai balasannya. "Sekarang kamu masuk kamar, tidur! Udah malem," perintah ibu April yang langsung di laksanakan oleh Rey.

"Kamu ajarin apa sama adek kamu sampai ngelakuin itu, hah?" Tuding ibu April membuat gadis itu menatap tak percaya pada ibunya.

April menyatukan kedua alisnya. "Maksud ibu apa? Aku gak ngajarin Rey yang aneh-aneh," ujar April menepis tudingan ibunya.

Gadis Aneh [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang